Sejumlah faktor berperan dalam menentukan laju glikolisis maupun arah dari banyak reaksi dapat dibalik yang ada dalam jalur metabolik tersebut. Konsentrasi yang meningkat dari suatu metabolit tertentu akan mendorong terjadinya reaksi dengan metabolit tersebut sebagai subtratnya, sementara konsentrasi yang menurun akan menarik reaksi enzimatik dengan metabolit tersebut sebagai produknya. Sebagai contoh, dalam reaksi A à B, peningkatan jumlah A akan mendorong reaksi ke kanan, sementara penurunan jumlah B akan menarik reaksi ke kanan. Pengurangan jumlah A atau peningkatan jumlah B akan mengerem laju reaksi tersebut.
Karena salah satu tahapan dari glikolisis, oksidasi PGAL menjadi asam 1,3-difosfogliserat, memerlukan NAD+, ketersediaan koenzim tersebut dalam bentuk teroksidasi juga akan menimbulkan suatu aksi regulatoris. Dengan cara yang serupa, jumlah Pi (fosfat anorganik) di dalam sitosol menjadi faktor pembatas, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Barangkali mekanisme kontrol yang paling penting bagi glikolisis dan berbagai jalur metabolik lainnya adalah adanya enzim-enzim alosterik di dalam sistem. Dalam struktur tiga dimensi (konformasi) enzim-enzim tesebut, terdapat situs aktif untuk perlekatan subtrat dan juga sebuah daerah alosterik tabahan yang bisa dilekati oleh zat-zat yang akan memodifikasi konformasi enzim. Zat-zat pemodifikasi tersebut mengubah konformasi keseluruhan enzim dan karenanya mengubah aktivitas katalitiknya. Salah satu enzim alosterik dalam glikolisis adalah fosfofruktokinase (PFK). Enzim yang mengkatalisis pembentukan fruktosa 1,6-difosfat dari fruktosa 6-fosfat. ATP cenderung untuk berikatan dengan situs alosterik enzim dan menghambat aktivitasnya. Dengan demikian dalam sel yang mengandung ATP dalam jumlah yang cukup, penghambatan PFK akan cenderung menghentikan glikolisis sampai diperlukan lagi produksi ATP.
0 komentar:
Posting Komentar