google3394c6c8fadba720.html Makalah Baku Mutu Lingkungan ~ KUNCUP BIO
SELAMAT DATANG DI TAUFIK ARDIYANTO'S BLOG

Minggu, 10 Juli 2011

Makalah Baku Mutu Lingkungan

1.1  Latar Belakang
Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam serta lingkungan hidup, sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin.
Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya mengelola sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupaun yang tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, serta menerapkan secara efektif penggunaan indikator-indikator hidup. Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya kualitas lingkungan hidup sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
Dewasa ini, ada banyak pendapat yang sering terjadi di masyarakat, misalnya seseorang mengatakan bahwa sungai telah tercemar, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa sungai tersebut masih baik. Untuk mengatasi perbedaan pendapat yang sering terjadi, dan supaya seseorang tidak memandang sesuatu dari sudut kepentingannya sendiri, maka perlu adanya tolok ukur yang dapat digunakan bersama. Di antaranya yaitu untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar, dipakai baku mutu lingkungan. Penetapan baku mutu lingkungan diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia.


1.2  Tujuan
Setelah membaca makalah yang berjudul “Baku Mutu Lingkungan” pembaca diharapkan:
  1. Dapat memahami pengertian baku mutu lingkungan
  2. Dapat mengetahui jenis-jenis baku mutu lingkungan
  3. Dapat mengetahui contoh penerapan baku mutu lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Baku Mutu Lingkungan
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien. Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.
Contoh kriteria:
Kriteria bahan pencemar dalam media air untuk kehidupan ikan:
Konsentrasi Pencemar (mg/l)
Pengaruh terhadap Ikan
0,01
Tidak ada pengaruh
0,05
Ikan menderita dalam taraf rendah
0,1
Kematian telah terjadi masih dalam tingkat rendah
0,5
Tidak ada yang dapat hidup
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
  1. Pencemaran air
  2. Pencemaran udara
  3. Pencemaran tanah
Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.
Kemampuan lingkungan sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi dan daya tenggang, atau istilah asingnya disebut carrying capacity. Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang batas yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.
Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau telah melampaui.
Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 15 yang berbunyi sebagai berikut: “Perlindungan lingkungan hidup dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.”
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
“Agar dapat ditentukan telah terjadi kerusakan lingkungan hidup perlu ditetapkan baku mutu lingkungan, baik penetapan kriteria kualitas lingkungan hidup maupun kualitas buangan atau limbah. Kriteria dan pembakuan ini dapat berbeda untuk setiap lingkungan, wilayah atau waktu mengingat akan perbedaan tata gunanya. Perubahan keadaan lingkungan setempat serta perkembangan teknologi akan mempengaruhi kriteria dan pembakuan yang telah ditetapkan.”
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali, hal ini mengingat penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut di atas.
Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:
  1. Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus dilindungi (objektif sumber daya tersebut tercapai).
  2. Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.
  3. Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.
  4. Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan yang akan menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan.
  5. Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah objektif yang telah ditetapkan tercapai.
2.2  Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan
Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal menentukan apakah telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu:
  1. 1. Effluent Standard
Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan.
  1. 2. Stream Standard
Stream Standard merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti sungai, waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada kemampuan sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas kadar badan air untuk air minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air untuk pertanian.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:
  1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
  2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air;
  3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda;
  4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien;
  5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.
  1. Baku Mutu Air dan Limbah Cair
Kriteria mutu air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan perlindungan sumberdaya air dalam jangka panjang, sedangkan baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan, perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dan pelbagai sektor seperti pertambangan dan lain-lain.
Kriteria kualitas sumber air di Indonesia ditetapkan berdasarkan pemanfaatan sumber-sumber air tersebut dan mutu yang ditetapkan berdasarkan karakteristik suatu sumber air penampungan tersebut dan pemanfaatannya.
Badan air dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
  1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
  2. Golongan B, yaitu air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk golongan A.
  3. Golongan C, yaitu air yang baik untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan tersebut pada golongan A dan B.
  4. Golongan D, yaitu air yang baik untuk keperluan pertanian dan dapat dipergunakan untuk perkantoran, industri, listrik tenaga air, dan untuk keperluan lainnya, tetapi tidak sesuai untuk keperluan A, B, dan C.
  5. Golongan E, yaitu air yang tidak sesuai untuk keperluan tersebut dalam golongan A, B, C, dan D.
Untuk melindungi sumber air sesuai dengan kegunaannya, maka perlu ditetapkan baku mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991. Baku mutu limbah cair tersebut ditetapkan oleh gubernur dengan memperhitungkan beban maksimum yang dapat diterima air pada sumber air.
Baku mutu air dan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh gubernur dimaksudkan untuk melindungi peruntukan air di daerahnya. Dengan demikian harus diperhatikan dalam setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair dan yang membuang limbah cair tersebut ke dalam air pada sumber air. Limbah cair harus memenuhi persyaratan:
  1. Mutu limbah cair yang dibuang ke dalam air pada sumber air tidak boleh melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan.
  2. Tidak mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah.
Hal tersebut mengharuskan agar setiap pembuangan limbah cair ke dalam air pada sumber air, mencantumkan kuantitas dan kualitas limbah.
  1. Baku Mutu Udara
Baku mutu udara ambien dan emisi ditetapkan dengan maksud untuk melindungi kualitas udara di suatu daerah.
Baku mutu udara ambien dan emisi limbah gas yang dibuang ke udara harus mencantumkan secara jelas dalam izin pembuangan gas. Semua kegiatan yang membuang limbah gas ke udara ditetapkan mutu emisinya dalam pengertian:
  1. Mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara tidak melampaui baku mutu udara emisi yang telah ditetapkan.
  2. Tidak menyebabkan turunnya kualitas udara.
Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:
  1. Sulfur dioksida;
  2. Karbon monoksida;
  3. Oksida nitrogen;
  4. Oksida;
  5. Hidrogen sulfida;
  6. Hidrokarbon;
  7. Amoniak;
  8. Timah hitam/timbal;
  9. Debu.
Baku mutu udara ambien
Parameter
Baku mutu
Waktu
SO2, ug/M3 (ppm)
260 (0.1)
24 jam
CO ug/M3 (ppm)
2.260 (20)
8 jam
NOx ug/M3 (ppm)
92.5 (0.05)
24 jam
O3 ug/M3 (ppm)
200 (1.0)
1 jam
Debu ug/M3 (ppm)
260
24 jam
Pb ug/M3 (ppm)
60
24 jam
H2S ug/M3 (ppm)
42 (0.03)
30 menit
NH3 ug/M3 (ppm)
1.360 (2)
24 jam
HC ug/M3 (ppm)
160 (0.24)
3 jam
(KepMen KLH. No. 02/MENKLH/1988): 9
2.3              Penerapan Baku Mutu Lingkungan
Baku  mutu lingkungan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban pencemaran maksimum. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut:
  1. Beban Pencemaran Maksimum (BPM)
BPM = (Cm)j x Dm x A x f…………………………..(II. 1. 1)
Keterangan:
BPM = Beban Pencemaran Maksimum yang diperbolehkan, dinyatakan dalam kg parameter per hari
(Cm)j = kadar maksimum parameter j dinyatakan dalam mg/I.
Dm = Debit limbah cair maksimum dinyatakan dalam L limbah cair per detik per hektar.
A = luas lahan kawasan yang terpakai dinyatakan dalam hektar
F = faktor konversi =
1 kg                    24 x 3600 detik
——————x———————- = 0.086….(II. 1.2)
1000000 mg         hari
  1. Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut
BPA = (CA)j x (DA) x f               ……………         (II.2. 1)
Keterangan:
BPA          = beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per hari
(CA)j         = kadar sebenarnya parameter j, dinyatakan dalam mg/l
DA                        = debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam liter/detik
f                 = faktor konversi = 0.086
  1. Evaluasi
Penilaian beban pencemaran adalah:
BPA tidak boleh melewati BPM
  1. Contoh Penerapan
Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri adalah:
  1. Luas areal kawasan industri yang terbangun (A) [hektar, ha]
  2. Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/liter]
  3. Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik]
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Parameter
Kadar Maksimum
(mg/liter)
Beban Pencemaran Maksimum
(kg/hari/ha)
BOD5
50
4.3
COD
100
8.6
TSS
200
17.2
pH
6.0 – 9.0
Debit limbah cair maksimum: 1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai.
Contoh perhitungan:
Suatu kawasan industri mempunyai luas lahan kawasan terpakai 1500 hektar. Parameter dari tabel di atas yang akan dijadikan contoh perhitungan adalah parameter (j) BOD.
Dari tabel tersebut diketahui:
  1. Debit maksimum yang diperbolehkan (Dm) = 1 liter/detik/ha
  2. Untuk parameter BOD diketahui:
Kadar maksimum (Cm) = 50 mg/liter
  1. Beban maksimum yang diperbolehkan = 4.3 kg/hari/ha
Data lapangan
  1. Kadar BOD hasil pengukuran (CA) = 60 mg/liter
  2. Debit hasil pengukuran (DA) = 1000 liter/detik
  3. Luas lahan kawasan terpakai (A) = 1500 ha
Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk kawasan industri tersebut (persamaan II. 1.1) adalah:
BPM                = Cm x Dm x  f x A
= 50 x 1 x 0.086 x 1500
= (4.3 kg/hari/ha) x 1500 ha
= 6450 kg/hari
Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industri tersebut (persamaan II. 2.1) adalah:
BPA                = CA x DA x f
= 60 x 1000 x 0.086
= 5160 kg/hari
Dari contoh di atas, BPA (5160 kg/hari) lebih kecil daripada BPM (6450 kg/hari), jadi untuk parameter BOD kawasan tersebut memenuhi Baku Mutu Limbah Cair.

BAB III
KESIMPULAN
  1. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
  2. Jenis-jenis baku mutu lingkungan, baku mutu air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi, dan baku mutu air laut.
  3. Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.


DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Valentinus. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
http://docs.google.com/gview?url=agus_dh.staff.gunadarma.ac.id

baku+mutu+lingkungan+dan+Mekanisme+pemantauan+%28presentation%29.pdf&chrome=true
http://www.pdfgemi.com/book/hubungan-limbah-dengan-baku-mutu-lingkungan-pdf.html

1 komentar:

Posting Komentar