google3394c6c8fadba720.html KUNCUP BIO
SELAMAT DATANG DI TAUFIK ARDIYANTO'S BLOG

DESKRIPSI PENDIDIKAN SAAT SMA (slide)

SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono adalah salah satu sekolah yang terletak di Lampung Timur

DESKRIPSI PERGURUAN TINGGI YANG DITEMPUH (DIJALANI)

Universitas Lampung (Unila) adalah salah satu perguruan tinggi di propinsi Lampung

DESKRIPSI PRIBADI

Taufik Ardiyanto adalah seorang pemuda yang dilahirkan tahun 1992 di kampung kecil Sribhawono

DESKRIPSI MENGENAI ISI BLOG INI

Blog ini memuat tentang informasi seputar pendidikan terutama yang menyangkut Biologi

DESKRIPSI MENGENAI HOBI DAN MINAT

Suka membaca, menulis dan bereksperimen adalah hobiku dan akan selalu auk kembangkan demi meraih cita-cita gemilang.

Jumat, 23 September 2011

TAKSONOMI, KLASIFIKASI DAN SISTEMATIK TUMBUHAN


  1. Pendahuluan
Makhluk hidup yang ada di bumi kita ini banyak sekali jumlahnya dan beraneka ragam pula jenisnya. Hasrat dan keinginan untuk menggolong-golongkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya adalah naluri yang dibawa manusia sejak ia dilahirkan dan semenjak semula manusia telah berusaha untuk memahami bahwa beraneka ragam tumbuhan ada di bumi kita. Kesadaran dan usaha itulah yang akhirnya melahirkan salah satu cabang ilmu biologi yang disebut taksonomi atau sistematik.

Taksonomi atau sistematik tumbuhan menjadikan tumbuhan sebagai objek studinya baik tumbuhan yang sekarang masih hidup maupun tumbuhan dari masa lampau yang sekarang tinggal ditemukan sisa-sisanya dalam bentuk fosil atau "cap"nya pada batuan. Menghadapi objek yang sedemikian besarjumlah, macam, dan ragamnya, tentulah kita harus berusaha terlebih dahulu menyederhanakan objek studi agar lebih mudah penanganannya. Objek yang besar itu dipilah-pilah, dikelompok-kelompokkan menjadi kelas-kelas atau golongan atau unit-unit tertentu.unit-unit inilah yang sekarang ini kita sebut dengan istilah takson, dan pembentukan takson-takson ini kita sebut klasifikasi.


 

  1. Pengertian Taksonomi, Sistematik, dan Klasifikasi
Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tata nama, dan klasifikasi, yang biasanya terbatas pada objek biologi, bila terbatas pada tumbuhan sering disebut sistematik tumbuhan. Unsur utama yang menjadi lingkupnya taksonomi tumbuhan adalah pengenalan yang didalamnya tercakup pemberian nama dan penggolongan. Sistematik diberi batasan sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari tentang macam-macam dan keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan di antara mereka. Dengan batasan demikian, beberapa ahli menganggap bahwa sistematik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada taksonomi.

Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu sistem hierarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual, dengan hasil akhir yang menggambarkan hubungan kekerabatan. Klasifikasi yang bertujuan untuk menyederhanakan objek studi pada hakekatnya adalah mencari keseragaman dalam keanekaragaman. Betapapun besarnya keanekaragaman yang diperlihatkan oleh suatu populasi pastilah kita menemukan kesamaan ciri atau sifat-sifat tertentu diantara warga populasi itu.

Identifikasi penunjukan, penentuan, dan pemastian nama yang benar dan penempatannya di dalam sistem klasifikasi. Oleh karena di dunia ini tidak ada dua benda hidup yang identik atau persis sama dalam arti hakiki, maka istilah determinasi dianggap lebih tepat daripada identifikasi. Kunci adalah suatu proses yang digunakan untuk identifikasi tumbuhan yang belum diketahui namanya. Skema proses ini disebut kunci taksonomi.

Kunci identifikasi merupakan daya penganalisis yang berisi ciri-ciri khas takson tumbuhan yang dicakupnya, dan ciri-ciri tadi disusun sedemikian rupa sehingga selangkah demi selangkah pemakai kunci dipaksa memilih satu dari beberapa sifat yang bertentangan, begitu seterusnya sehingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan. Tatanama (nomenklatur) adalah penerapan tekhnik penamaan tumbuhan sesuai dengan peraturan-peraturan yang tertera dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT).


 

  1. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya
Ilmu taksonomi mempunyai beberapa tugas yaitu:

  1. Menyediakan jalan untuk memungkinkan orang untuk mengadakan pengenaian, penentuan atau pendeterminasian semua jenis tumbuhan yang ada didunia ini. Untuk itu para ahli sistematik telah menciptakan sistem tatanama ilmiah yang universal, menyusun kunci determinasi, menghimpun koleksi spesimen acuan dan lain-lain.
  2. Pengumpulan semua data yang lengkap untuk dipertalakan secara teratur sehingga memungkinkan orang menarik keuntungan dari pengetahuan yang ada dengan cepat.
  3. Menciptakan terciptanya sistem klasifikasi yang tersusun sedemikian rupa dan mencerminkan dekatnya hubungan kekerabatan alamiah diantara tumbuhan, yang sekaligus harus pula dapat mengungkapkan jalannya evolusi tumbuhan.
  4. Dari segala pengetahuan yang sudah tercapai ini dilakukan pengkajian analisis dan disintesiskan kembali untuk memperoleh pengertian dasar ilmiah dari keanekaragaman dan hubungan kekerabatan tumbuhan dan untuk mengetahui bagaimana mekanisme pendekatannya.
Mata rantai hubungan ilmu-ilmu lain dengan taksonomi tidaklah hanya masalah nama, peraturan pemberian nama yang benar secara internasional dan penggolongan saja, melainkan juga menentukan hubungan kekerabatan antar tumbuahan. Sehingga, ini penting untuk ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kehutanan, farmasi, dan ilmu lainnya. Penggolongan tumbuhan harus dilengkapi dengan suatu dasar yang mantap dari ilmu-ilmu yang termasuk biologi, misalnya morfologi, anatomi, sitologi, embriologi, fisiologi, fitokimia, genetika, ekologi, fitogeografi, dan lain-lainnya.

Taksonomi merupakan dasar dari ilmu-ilmu lain, tetapi perkembangan taksonomi juga tergantung pula dari perkembangan ilmu-ilmu tadi. Klasifikasi yang baik dapat merupakan pedoman pencarian problem-problem penalitian biologi, serta bidang-bidang ilmu lainnya. Oleh karena itu para ahli taksonomi mempunyai tanggung jawab berat dalam membuat sistem klasifikasi yang dapat menjadi pedoman secara umum bagi ilmu lainnya.


 

  1. Sistem Klasifikasi dalam Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Pebedaan dasar yang digunakan dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda-beda sehingga dari masa ke masa melahirkan sistem klasifikasi yang berlainan juga. Menurut sejarahnya sistem klasifikasi tumbuhan dibedakan menjadi:

  1. Sistem klasifikasi buatan
Klasifikasi yang didasarkan pada satu atau dua ciri morfologi yang mudah dilihat yang tujuan utamanya adalah untuk mempermudah pengenalan tumbuhan. Terdiri dari 2 periode yaitu:

  1. Periode sistem Habitus
Dalam periode ini sistem klasifikasinya didasarkan pada habitus, yaitu kesan keseluruhan yang nampak dari suatu tumbuhan. Berlangsung dari 300 SM hingga pertengahan abad ke-18, dengan pelopornya adalah Theopratus (370-385 SM). Menurut sistem ini tumbuhan digolongkan menjadi pohon, perdu, semak, dan herba. Para ahli filsafat dan penggemar alam pada periode ini adalah Albertus Magnus(1193-1280), Otto Brunfels(1464-1534), Jerome Bock (1489-1554), Andrea Caesalpinus (1519-1602), Jean Bauhin(1541-1631), Josseph Pitton De Turnefort (1656-1708), John Ray (1628-1705), dan lain-lainnya mengajukan gagasan-gagasan baru tentang dasar-dasar klasifikasi tumbuhan.

  1. Periode sistem Numerik
Sistem klasifikasinya didasarkan pada jumlah-jumlah dan susunan alat kelamin tumbuhan. Disebut juga sistem seksual, penciptannya adalah Carolus Linnaeus (1707-1778). Linnaeus membagi tumbuhan menjadi 24 kelas antara lain monoandria (golongan tumbuhan dengan satu benang sari), diandria (golongan tumbuhan dengan dua benang sari), dan seterusnya. Tokoh-tokoh lain yang dikenal dalam periode ini adalah Peter Kalm (1716-1779), Fredrick Hasselquist (1723-1752), dan Peter Thunderg (1743-1828).

  1. Sistem Klasifikasi Alam
Klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunnjukkan oleh banyaknya persamaan bentuk yang terlihat sehingga dapat disusun takson-takson yang bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap mencerminkan keadaan sebenarnya seperti terdapat di alam. Kesadaran mengenai adanya hubungan kekerabatan disebabkan oleh bertambahnya ilmu pengetahuan tentang fungsi dan morfologi dari organ tumbuhan serta kemajuan ilmu pengetahuan optik, sehingga pengamatannya lebih seksama dibandingkan periode sebelumnya. Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain adalah Lamarck (1744-1829), Michel Adenson (1727-1826), dan Antonie Laurent de Jussieu (1748-1836) yang membagi tumbuhan menjadi Acotyledonae, monocotyledonae, dan dicotyledonae. Sistem de Jussie ini kemudian disempurnakan oleh tokoh-tokoh lain seperti Augustine Pyrame de Candole (1778-1884), Sir Joseph Dalton Hooker (1817-19) dan George Bentham (1800-1884).

  1. Sistem Klasifikasi Filogenetik
Klasifikasi yang didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson satu dengan takson lainnya. Sistem klasifikasinya didasarkan pada filogeni takson-takson dengan mengikutsertakan teori evolusi. Takson-takson yang dibentuk ditempatkan dengan urutan-urutan , yang diberi segi filogeni mempunyai tingkatan yang lebih rendah (primitif) sampai ke tingkatan yang tinggi (maju). Periode ini bertahan dari pertengahan abad 9 hingga sekarang, merupakan salah satu akibat logis timbulnya teori evolusi yang dipelopori oleh Jean Baptise Lamarck (1744-1824), disusul oleh Charles Darwin dengan karyanya On the Origin Of Species by Means of Natural Selection (1859). Tokoh-tokoh yang terkemuka pada periode ini antara lain August Wilhem Eichler (1839-1887), ia membagi tumbuhan menjadi Cyptogameae (thalophyta, bryophyta, pteridophyta) dan Phanerogamae (spermatophyta). Masing-masing golongan masih dibagi lagi menjadi takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini kemudian disempurnakan lagi oleh tokoh-tokoh lain seperti Adolph Engler (1844-1930), Richard von Wettstein (1862-1931), Charles E. Bessey (1845-1915), dan Hans Hallier (1868-1932).

  1. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Klasifikasi yang didasarkan pada pengkuatitatifan data penelitian taksonomi dan penerapan matematika dalam pengolahan datanya. Sistem ini lahir akibat kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dalam abad ke-20. Komputer telah digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yaitu taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri. Taksometri numerik didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti fenetik, artinya atas kemiripan yang diperlihatkan objek studi yang diamati dan dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empirik operasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalui observasi dan eksperimen. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam melaksanakan kegiatannya meliputi:

a. pemilihan objek studi, yang dapat berupa individu, galus, varietas, jenis, dan seterusnya. Yang terpenting adalah setiap unit-unit yang dijadikan objek studi tersebut harus mewakili golongan organisme yang sedang diteliti.

b. pemilihan ciri-ciri yang akan diberi angka atau skor. Jumlah ciri yang dipilih untuk pemberian angka harus cukup banyak, sekurang-kurangnya 50 ciri, yang masing-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel atau matriks.

c. pengukuran kemiripan, dengan cara membandingkan tiap ciri pada masing-masing unit takson. Besarnya kemiripan akan berkisar dari 0 (tidak ada kemiripan) sampai 100 untuk keadaan persis sama (identik).

d. analisis kelompok. Matriks kemiripan ditata kembali sehingga unit-unit takson yang memiliki kemiripan bersama yang paling tinggi dapat dikumpulkan menjadi satu. Kelompok-kelompok itu disebut fenon, dan dapat ditata secara hierarki dalam suatu diagram yang disebut dendogram.

e. diskriminasi. Setelah klasifikasi dilakukan kita dapat menelaah kembali ciri-ciri yang dilibatkan dalam kegiatan ini, untuk menemukan ciri yang paling konstan, dan oleh karena paling bernilai untuk pembuatan kunci identifikasi dan diagnosis.

Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain: Harold C.Bold (1909-1987), dan R. Whittaker (1921-1980), A. Gundersen (1877-1958), dan masih banyak lagi yang diusulkan seperti: Stebbin (lahir 1909), Armen L. Takhtajan (lahir 1910), Arthur Cronquist (lahir 1919), Robert F. Thorne (lahir 1920), dan Rolf M.T. Dahlgren (1932-1987).


 

Daftar Pustaka

Lawrence, G.H.M. 1964. Taxonomy of Vascular Plants. The Machmillan Coy. New York

Linnaeus,C. 1953 Species Plantarum. The Machmillan Coy. New York

Pudjoarinto, A., S. Sabbithah, dan S. Sulastri. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Proyek Pelatihan Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta

Stafleu, F.A. 1978. International Code of Botanical Nomenclature. Bohn, Schelkema Utrecht. Netherlands

Tjirosoepomo, G. 1998. Taksonmi Umum, Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumber: Hasnunidah, Neni. 2007. Buku Ajar Btani Tumbuhan Rendah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

UNIT-UNIT KLASIFIKSI

A. Pendahuluan

Dalam setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.


 

B. Takson dan Kategori

Takson adalah setiap golongan (unit) taksonomi tingkat yang menapun atau dengan kata lain sebagai satuan unit dari pengelompokan dalam klasifikasi. Takson-takson dibedakan dalam tingkat yang berbeda-beda, sehingga takson-takson itu menurut urut-urut tingkatnya. Ada 7 tingkat takson yang utama berturut-turut dari bawah ke atas, yaitu: jenis (species), marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas (classis), divisi (divisio), dan dunia (regnim).

Dalam sistem klasifikasi, istilah tingkat takson disebut kategori. Spesies merupakan kategori dasar dari hierarki taksonomik, karena spesies merupakan batu dasar dalam klasifikasi biologik, dan dari spesies itu konsep-konsep golongan-golongan yang lebih tinggi maupun lebih rendah dikembangkan. Istilah kategori lazim digunakan dalam taksonomi hewan, namun jarang digunakan secara eksplisit dalam taksonomi tumbuhan.


 

C. Jenis/Species

Dalam taksonomi tumbuhan spesies sebagai unit merupakan suatu yang benar-benar ada di alam, dan telah banyak ahli-ahli ilmu tumbuhan yang telah berusaha untuk menjelaskan apakah yang dimaksud dengan spesies dan bagaimana batasan-batasannya. Ternyata hal itu bukan pekerjaan yang mudah. Hingga sekarang tidak ada seorang ahli pun yang mampu memberikan batasan mengenai konsep jenis itu yang dapat memuaskan semua pihak. Beberapa pengertian spesies menurut pandangan para ahli biologi antara lain:

1. Species taksonomi, populasi-populasi yang terdiri atas individu-individu dengan ciri-ciri morfologi yang sama, dan dapat dipisahkan dari spesies lainnya oleh adanya ketidaksinambungan ciri-ciri morfologi yang berkolerasi.

2. Species biologi, populasi-populasi yang disatukan sama lain oleh kemungkinan untuk saling kawin mengawini secara bebas, dan terpisah atau terisolasi dari species-species lainnya oleh penghalang reproduksi.

3. Species genetik, membatasi spesies dengan suatu ukuran dari perbedaan genetik atau jarak di antara populasi atau kelompok dari populasi.

4. Species paleontologik, didasarkan pada aliran gen dan isolasi reproduksi.

5. Species kladistik, sesuatu keturunan dari populasi organisme yang dianggap sebagai nenek moyang yang tetap mempertahankan identitasnya dari keturunan tadi, dan mereka mempunyai kecenderungan secara evolusi dan kenyataan historik.

6. Species biosistematik, mencerminkan suatu unit-unit yang mencerminkan keanekaragaman hubungan kekerabatan reproduktif diluar pembatasan yang diberikan oleh hierarki Linnaeus. Banyak kategori yang telah diusulkan berhubungan dengan unit-unit hasil dari penyelidikan biosistematik yang menginterpretasi batas-batas reproduktif dari taksa, contohnya homogen dan heterogen. Homogen adalah suatu spesies yang secara genetik dan morfologik homogen, semua anggota-anggotannya interfertil, heterogen adalah suatu spesies yang tersusun dari kumpulan tumbuhan yang mempunyai keturunan yang sama, bila sendiri menghasilkan populasi yang secara morfologi tetap, tetapi bila disilangkan dapat menghasilkan tipe keturunan yang fertil dan viable.


 

D. Tingkat-tingkat Takson (Kategori) di Bawah Jenis

Menurut kesepakatan internasional, dalam suatu jenis atau spesies dapat dibedakan beberapa kategori yang berturut-turut disebut istilah: anak jenis (subspecies), varietas (varietas), anak varietas (subvarietas), vorma (forma), dan anak forma (subforma). Anak jenis dianggap sebagai variasi dari salah satu jenis yang telah ditentukan serta merupakan variasi morfologi suatu jenis yang telah ditentukan, serta merupakan variasi morfologi suatu jenis yang telah ditentukan, serta merupakan variasi morfologi suatu jenis yang mempunyai daerah distribusi geografi tersendiri, tidak ditemukan bersama-sama dengan anggota populasi lain yang sejenis. Anak jenis adalah suatu kategori yang didalamnya termasuk unsur-unsur yang dengan memiliki ciri-ciri morfologi, geografi, dan ekologi tertentu, yang memberikan pembenaran untuk dipisahkan dari sisa populasi dalam suatu jenis.

Varietas merupakan suatu kategori di bawah tingkat jenis yang banyak digunakan dalam dunia pertanian. Oleh para ahli taksonomi, varietas dikonotasikan sebagai setip varian morfologi suatu jenis tanpa mengaitkan dengan masalah distribusinya; punya daerah distribusi sendiri; bersama-sama dengan varietas lain dalam jenis yang sama menempati daerah distribusi yang sama; menunjukkan beda warna atau habitus.

Forma lazimnya dianggap sebagai takson terendah atau kategori paling kecil. Biasanya forma digunakan untuk menempatkan variasi dalam jeis yang tak begitu penting. Variasi tersebut menyangkut: warna mahkota, warna buah, tanggapan terhadap habitat tertentu, dan sebagainya. Ke dalam forma dapat dimasukkan setiap varian yang kadangkala terjadi dalam populasi suatu jenis tanpa memperhatikan besarnya derajat penyimpangan dan konsistensinya.


 

E. Tingkat Takson Di Atas Jenis

Kategori di atas jenis yang dibicarakan dibatasi pada beberapa kategori utama saja, yaitu: marga, suku, bangsa, kelas, divisi, dan dunia. Marga (genus) adalah suatu kelompok spesies yang dari kesamaanya menampakkan hubungan yang lebih dekat satu sama lain daripada mereka yang berada dalam kelompok spesies lain. Kategori yang tingkatannya lebih tinggi adalah suku (familia). Tiap suku dapat mencakup satu marga atau lebih, dan biasanya lebih mudah dikenal karena wargannya menunjukkan ciri-ciri yang memberikan indikasi adanya pertalian yang erat. Pada umumnya suku terdiri atas anggota-anggota yang berasal dari nenek moyang yang sama, jadi mempunyai warga yang bersifat monofiletik. Suku merupakan kategori yang ukurannya sangat bervariasi, dari yang sangat kecil hanya terdiri atas satu marga dan beberapa jenis saja, ada yang sangat besar terdiri atas puluhan marga dan ratusan jenis atau bahkan lebih besar lagi.

Satu sukau atau lebih dapat membentuk suatu kategori yang lebih tinggi yaitu bangsa (ordo). Sebagai unit yang lebih besar daripada suku, suatu bangsa merupakan kategori yang semakin sukar dikenali sebagai unit yang bersifat natural, namun sebagai unit klasifikasi tetap memperlihatkan keseragaman sifat-sifat tertentu yang sering kali sangat karakteristik untuk seluruh bangsa itu. Sehubungan dengan hal tersebut, bangsa kerap kali diberi nama sesuai dengan ciri khas yang dimiliki oleh seluruh wargannya.

Kategori yang lebih tinggi daripada bangsa adalah kelas (classis). Suatu kelas terdiri atas sejumlah bangsa, dan arena merupakan takson yang lebih sukar lagi untuk dilihat sebagai suatu unit yang bersifat natural. Sekalipun pada dasarnya di antara wargannya juga ditemukan ciri-ciri tertentu, namun selain pada kedua kelas yang terdapat pada golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan tertentu, yaitu dikotil dan monokotil, kekhasan ciri yang dijadikan kriteria untuk penentuan suatu kelas tidak tampak mencolok. Golongan tumbuhan seperti tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae), tumbuhan paku (Pteridophyta), dan tumbuhan tingkat rendah (Bryophyta dan Thalophyta), kriteria untuk penentuan kelas tidak begitu jelas sehingga ada ahli yang tidak membedakan adanya kelas pada Gymnospermae.

Gabungan kelas yang mempunyai persamaan sifat tertentu digolongkan ke dalam divisi (divisio), seluruh wargannya menunjukkan ciri morfologi atau organ yang sama atau mempunyai cara reproduksi yang sama, seperti tercermin dari nama-nama divisi Spermatophyta (tumbuhan biji), Thallophyta (tumbuhan talus), Schizophyta (tumbuhan yang membelah diri). Konsep dunia (regnim) digunakan untuk menunjuk keseluruhan tumbuhan atau keseluruhan hewan yang masing-masing lalu disebut sebagai dunia tumbuhan (regnum plantarum) dan dunia hewan (regnum animale).

Dengan semakin majunya teknologi dan pengetahuan, kemudian diintroduksikan pula golongan jasad-jasad yang kebanyakan bersifat prokariotik sebagai makhluk hidup, seperti virus dan ricketsia, ditambah dengan adanya subjektifitas perorangan, belakangan muncul gagasan-gagasan yang menyatakan bahwa makhluk hidup hendaknya jangan dibedakan dalam dunia tumbuhan dan dunia hewan saja, tetapi diusulkan pula agar jamur dan ganggang masing-masing dipisahkan menjadi dunia makhluk tersendiri yang disebut dunia jamur (regnum fungorum) dan dunia ganggang (regnum algorum).


 

Daftar Pustaka

Lawrence, G.H.M. 1964. Taxonomy of Vascular Plants. The Machmillan Coy. New York

Linnaeus,C. 1953 Species Plantarum. The Machmillan Coy. New York

Pudjoarinto, A., S. Sabbithah, dan S. Sulastri. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Proyek Pelatihan Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta

Stafleu, F.A. 1978. International Code of Botanical Nomenclature. Bohn, Schelkema Utrecht. Netherlands

Tjirosoepomo, G. 1998. Taksonmi Umum, Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumber: Hasnunidah, Neni. 2007. Buku Ajar Btani Tumbuhan Rendah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sabtu, 10 September 2011

Hewan Porifera

Porifera dalam bahasa latin , porus artinya pori, sedangkan fer artinya membawa.Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana.Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons. Beberapa jenis porifera ada yang berukuran sebesar butiran beras,sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial.Bentuknya ada yang seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan.Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil atau pori(ostium)

CARA HIDUP PORIFERA DAN HABITAT
Porifera hidup secara heterotof.Makananya adalah bakteri dan plankton.Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan.Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit.Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km.Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.

REPRODUKSI PORIFERA
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.Gemmule disebut juga tunas internal.Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar.Porifera dapat membentuk individu baru dengan regenerasi.Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum).Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit.Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit.

KLASIFIKASI PORIFERA

1. Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika.Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk.Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid.Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m.Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.

2.Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit.Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari.Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter.Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid.Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis.

3.Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid.Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer.Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera : askonoid, sikonoid, dan leukonoid

PERAN PORIFERA BAGI MANUSIA
Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok.Namun, spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera.Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.