google3394c6c8fadba720.html KUNCUP BIO
SELAMAT DATANG DI TAUFIK ARDIYANTO'S BLOG

DESKRIPSI PENDIDIKAN SAAT SMA (slide)

SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono adalah salah satu sekolah yang terletak di Lampung Timur

DESKRIPSI PERGURUAN TINGGI YANG DITEMPUH (DIJALANI)

Universitas Lampung (Unila) adalah salah satu perguruan tinggi di propinsi Lampung

DESKRIPSI PRIBADI

Taufik Ardiyanto adalah seorang pemuda yang dilahirkan tahun 1992 di kampung kecil Sribhawono

DESKRIPSI MENGENAI ISI BLOG INI

Blog ini memuat tentang informasi seputar pendidikan terutama yang menyangkut Biologi

DESKRIPSI MENGENAI HOBI DAN MINAT

Suka membaca, menulis dan bereksperimen adalah hobiku dan akan selalu auk kembangkan demi meraih cita-cita gemilang.

Rabu, 10 Agustus 2011

Transport Zat pada Ginjal

I.    PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
  
    Sel sebagai unit terkecil suatu makhluk hidup secara struktural dan fungsional. Itu berarti sel merupakan penyusun tubuh makhluk hidup. Sel-sel yang tersusun akan membentuk suatu jaringan. Sekumpulan jaringan kemudian akan tersusun menjadi suatu organ. Organ-organ tersebutlah yang kemudian akan tersusun menjadi sistem organ. Sehingga pada tubuh manusia terciptalah satu kesatuan yang kompleks yang bermula dari sel.

    Di dalam sel terjadi proses biokimia dan fungsi hidup seperti nutrisi dan digesti, adsorpsi, transport, biosintesis, sekresi, respirasi, ekskresi, respon, dan reproduksi. Semuanya itu akan berjalan dengan melibatkan sel dan bagian-bagiannya. Organ-organ yang terbentuk, secara bersama-sama  akan menyusun dan menjalankan sistem dengan kompak.

Misalnya ginjal. Ginjal merupakan organ ekskresi, yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh, khususnya pada vertebrata. Pada manusia, ginjal merupakan dua organ yang berbentuk seperti kacang merah dan terletak di rongga perut. Ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri karena di atas ginjal kanan terdapat hati. Ukurannya sebesar kepalan tangan manusia yang tertutup.

Ginjal sebagai organ ekskresi memiliki beberapa fungsi, diantaranya menyaring darah sehingga menghasilkan urin. Proses ini akan berkaitan dengan transport zat yang melalui seluler. Dalam makalah ini, akan dijelaskan sedikit lebih rinci tentang proses tersebut.
B.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mengetahui proses transport pada ginjal yang berhubungan dengan fungsi dan cara kerja ginjal.


II.    PEMBAHASAN

2.1    Anatomi Fungsional
Renal Capsule (Fibrous Capsule)
Tiap ginjal dibungkus dalam suatu membran transparan yang berserat yang disebut renal capsule. Membran ini melindungi ginjal dari trauma dan infeksi. Renal capsule tersusun dari serat yang kuat, terutama colagen dan elastin (protein berserat), yang membantu menyokong massa ginjal dan melindungi jaringan vital dari luka. Renal capsule menerima suplai darahnya terutama dari arteri interlobar, suatu pembuluh darah yang merupakan percabangan dari renal arteri utama. Pembuluh darah ini menjalar melalui cortex ginjal dan berujung pada renal capsule. Membrane ini biasanya 2-3 milimeter tebalnya.
Renal Capsule melindungi dinding luar dan masuk melalui bagian cekung ginjal yang dikenal dengan sinus. Sinus berisi pembuluh utama yang mengangkut urin dan pembuluh arteri dan venna yang menyuplai jaringan dengan nutrisi dan oksigen. Renal capsule terhubung kepada struktur ini dalam sinus dan melapisi dinding sinus.
Pada orang yang normal, renal capsule berwarna merah muda, tembus cahaya, halus, dan mengkilat. Biasanya membran ini mudah dilepas dari jaringan ginjal. Ginjal yang terkena penyakit sering membuat ikatan serat dari jaringan utamanya kepada renal capsule, yang membuat capsule melekat lebih kuat. Sulitnya membuka capsule ini merupakan pertanda bahwa ginjal telah terkena penyakit.

Renal Cortex
Renal cortex merupakan lapisan terluar ginjal. Lapisan ini terletak diantara renal capsule dan Medulla. Bagian atas nephron, yaitu glomerulus dan Henle's loop berada di lapisan ini. Renal cortex adalah jaringan yang kuat yang melindungi lapisan dalam ginjal. Pada orang dewasa, renal cortex membentuk zona luar yang halus tersambung dengan projectil (kolom kortikal) yang menjulur diantara piramid. Dalam lapisan ini terdapat renal corpusle dan renal tubules kecuali untuk bagian dari Henle's loop yang turun kedalam renal medulla. Renal cortex juga mengandung pembuluh darah dan kortikal pembuluh penampung.
Renal Medulla (Renal Pyramids)
Renal Medulla berada dibawah Cortex. Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran mikroskopis. Ujung dari tiap piramid mengarah pada bagian pusat dari ginjal. Saluran ini mengangkut urin dari cortical atau bagian luar ginjal, dimana urin dihasilkan, ke calyces. Calyces merupakan suatu penampung berbentuk cangkir dimana urin terkumpul sebelum mencapai kandung kemih melalui ureter. Ruang diantara piramid diisi oleh cotex dan membentuk struktur yang disebut renal columns.

Ujung dari tiap pyramid, yang disebut papilla, menuju pada Calyces di pusat tengah ginjal. Permukaan papilla memiliki penampilan seperti saringan karena banyaknya lubang-lubang kecil tempat dimana tetesan urin lewat. Setiap lubang merupakan ujung dari sebuah saluran yang merupakan bagian dari nephron, yang dinamakan saluran Bellini; dimana semua saluran pengumpul didalam piramid mengarah. Serat otot mengarah dari calyx menuju papilla. Pada saat serat otot pada calyx berkontraksi, urin mengalir melalui saluran Bellini kedalam calyx(calyces). Urin kemudian mengalir ke kandung kemih melalui renal pelvis dan ureter.
Renal Pelvis
Renal Pelvis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Bentuk renal pelvis adalah seperti corong yang melengkung di satu sisinya. Renal pelvis hampir seluruhnya dibungkus dalam lekukan dalam pada sisi cekung ginjal, yaitu sinus. Ujung akhir dari pelvis memiliki bentuk seperti cangkir yang disebut calyces.
Renal pelvis dilapisi oleh lapisan membran berselaput lendir yang lembab yang hanya beberapa sel tebalnya. Membran ini terkait kepada bungkus yang lebih tebal dari serat otot yang halus, yang dibungkus lagi dengan lapisan jaringan yang terhubung. Membran berselaput lendir pada pelvis ini agak berlipat sehingga terdapat ruang bagi jaringan untuk mengembang ketika urin menggelembungkan pelvis. Serat otot tertata dalam lapisan longitudinal dan melingkar. Kontraksi lapisan otot terjadi dengan gelombang yang bersifat periodik yang disebut gerak peristaltis pelvis. Gerakan ini mendorong urin dari pelvis menuju ureter dan kandung kemih. Dengan adanya pelapis pada pelvis dan ureter yang tidak dapat ditembus oleh substansi normal dalam urin, maka dinding struktur ini tidak menyerap cairan.
Vena Renal dan Arteri Renal

Dua dari pembuluh darah penting, vena renal dan arteri renal. Dua pembuluh ini merupakan percabangan dari aorta abdominal (bagian abdominal dari arteri utama yang berasal dari jantung) dan masuk kedalam ginjal melalui bagian cekung ginjal.
Di bagian dalam pada sisi cekung dari tiap ginjal, terdapat lubang, yang dinamakan hilum, tempat dimana arteri renal masuk. Setelah masuk melalui hilum, arteri renal terbagi menjadi dua cabang besar, dan setiap cabang terbagi menjadi beberapa arteri yang lebih kecil yang membawa darah ke nephron, unit fungsional dari ginjal. Darah yang telah diproses oleh nephron akhirnya mencapai vena renal, yang membawa darah kembali ke cava vena inferior dan ke sisi kanan jantung.
Arteri renal mengangkut 1,2 liter darah per menit ke ginjal pada manusia normal, suatu jumlah yang ekuivalen dengan sekitar seperempat dari output jantung. Dengan demikian, jumlah volume darah yang sama dengan darah dalam tubuh manusia normal dewasa, diproses dalam ginjal sebanyak satu dalam setiap empat atau lima menit. Meskipun beberapa kondisi fisik dapat menghambat aliran darah, terdapat mekanisme pengatur-mandiri tertentu yang terdapat pada arteri ginjal yang memungkinkan suatu adaptasi terhadap keadaan yang berbeda.
Ketika tekanan darah tubuh naik atau turun, sensor penerima dari sistem saraf yang terletak dalam otot halus dinding arteri terpengaruh oleh perbedaan tekanan, dan, untuk menghilangkan kenaikan atau penurunan tekanan darah, arteri dapat melebar atau menyempit untuk menjaga jumlah volume aliran darah.


Nephron

Fungsi ginjal yang paling penting adalah untuk membuang zat limbah dari darah. Nephrons merupakan unit fungsional dari ginjal dalam menjalankan fungsi ini. Nephron menghasilkan urin dalam proses membuang limbah dan zat-zat berlebihan dari darah. Ada sekitar 1.000.000 nephron dalam tiap ginjal manusia. Struktur luar biasa ini, terletak antara cortex dan medulla. Dibawah pembesaran, nephron terlihat seperti pembuluh atau saluran kusut, namun tiap nephron sebenarnya memiliki susunan yang tertentu sehingga memungkinkan proses penyaringan limbah dalam darah. Tiap nephron pada ginjal mamalia dapat mencapai panjang 30-55 mm. pada satu ujung nefron tertutup, melebar dan melipat membentuk struktur berbentuk cangkir berdinding dua. Struktur ini disebut corpuscular capsule, atau Bowman's Capsule. Capsule ini membungkus glomerulus, struktur utama nefron dalam fungsi penyaringan. Struktur nefron dijelaskan secara detil dibawah ini:
1). Glomerulus

Glomerulus adalah filter utama dari nefron dan terletak dalam Bowman's capsule. Glomerulus dan seluruh Bowman's capsule membentuk renal corpuscle, unit filtrasi dasar dari ginjal. Dari Bowman capsule, keluar pembuluh sempit, disebut proximal convoluted tubule. Tubule ini berkelok-kelok sampai berakhir pada saluran pengumpul yang menyalurkan urin ke renal pelvis.
Glomerulus adalah suatu jaringan yang terdiri dari pembuluh darah yang luar biasa tipisnya yang disebur kapileri. Glomerulus membentuk saluran berlipat yang sangat banyak tempat lewatnya darah. Glomerulus bersifat semipermeable (dapat ditembus air), memungkinkan air dan larutan limbah tembus dan dikeluarkan dari kapsul Bowman dalam bentuk urin. Darah yang telah disaring keluar dari glomerulus melalui Efferent arteriole untuk menuju ke vena intralobular melalui plexus medullary.Seluruh larutan tersaring dihasilkan oleh glomerulus kemudian masuk ke Bowman's Capsule. Pada saat cairan ini melewati proximal convoluted tubule, sebagian besar air dan garam diserap kembali, sebagian larutan lain diserap seluruhnya, sebagian yang lain hanya sebagian.

Glomerulus merupakan suatu bongkahan pembuluh kapiler yang diselubungi oleh kapsul Bowman dalam nefron. Glomerulus memperoleh suplai darah dari afferent arteriole pada sirkulasi renal. Tidak seperti pangkal dari pembuluh kapiler lainnya, glomerulus bermuara pada efferent arteriole dan tidak pada cabang venna. Hambatan yang diberikan oleh arteriole menghasilkan tekanan tinggi dalam glomerulus yang membantu proses ultrafiltrasi dimana cairan dan zat-zat terlarut dalam darah dipaksa keluar dari kapileri ke Kapsul Bowman. Angka yang menunjukkan darah yang dibersihkan oleh seluruh glomeruli dan merupakan ukuran dari fungsi ginjal secara keseluruhan disebut glomerular filtration rate (tingkat penyaringan glomerular).
2) Henle's Loop

Loop Henle merupakan bagian dari tubulus renal yang kemudian menjadi sangat sempit yang menjulur jauh kebawah kapsul Bowman dan kemudian naik lagi keatas membentuk huruf U. Di sekeliling Loop Henle dan bagian lain tubulus renal terdapat jaringan kapiler, yang terbentuk dari pembuluh darah kecil yang bercabang dari glomerulus.
Cairan yang masuk kedalam loop merupakan larutan yang terdiri dari garam, urea, dan zat lain yang berasal dari glomerulus melalui proximal convoluted tubule. Pada tubulus ini, sebagian besar komponen terlarut yang dibutuhkan tubuh, terutama glukosa, asam amino, dan sodium bikarbonat, diserap kembali kedalam darah. Bagian pertama dari loop, yaitu cabang yang menurun, bersifat dapat ditembus oleh air, dan cairan yang mencapai lekukan dari loop ini jauh lebih banyak mengandung garam dan urea dibandingkan dengan plasma darah.
Pada saat cairan mengalir naik kembali melalui pembuluh naik, sodium klorida dikeluarkan dari pembuluh ke jaringan sekelilingnya, dimana konsentrasinya lebih rendah. Pada bagian ketiga dari loop ini, dinding pembuluhnya apabila diperlukan dapat membuang, bahkan dalam keadaan berlawanan dengan gradien konsentratnya, dalam proses aktif yang memerlukan lebih banyak energi. Pada tubuh orang normal, penyerapan kembali garam dari urin hanya dilakukan dalam keadaan konsumsi garam yang rendah. Namun pada saat garam dalam darah tinggi, kelebihan garam ini dibuang.

3) Renal Collecting Tubule(Tubulus Pengumpul)
Disebut juga Pembuluh Bellini, suatu pembuluh kecil sempit yang panjang dalam ginjal yang mengumpulkan dan mengangkut urin dari nefron, menuju pembuluh yang lebih besar yang terhubunng dengan calyses ginjal. Cairan yang berasal dari loop Henle masuk kedalam Distal Convoluted Tubule (Tubulus Konvolusi Distal) dimana penyerapan kembali sodium berlanjut sepanjang seluruh tubulus distal. Penyerapan kembali ini tetap terjadi hingga bagian awal dari Tubulus pengumpul ginjal.
Setiap tubulus pengumpul memiliki panjang sekitar 20-22 mm dan berdiameter 20-50 micron. Dinding dari tubulus tersusun dari sel dengan proyeksi seperti rambut, lentur seperti cambuk, dalam pembuluh ini. Gerakan dari sel cambuk ini membantu gerakan sekresi sepanjang pembuluh. Pada saat tubulus pengumpul menjadi lebih lebar diameternya, tinggi sel ini meningkat sehingga dinding menjadi lebih tebal.
Fungsi dari tubulus pengumpul adalah pengangkutan urin dan penyerapan air. Telah diketahui bahwa jaringan dari medula ginjal atau bagian dalamnya, mengandung konsentrasi sodium yang tinggi. Ketika tubulus pengumpul ini berada pada medula, konsentrasi sodium menyebabkan dikeluarkannya air dari seluruh dinding tubulus keluar ke medulla. Air bercampur diluar diantara sel-sel dinding tubulus sampai konsentrasi sodium seimbang antara didalam tubulus dan diluarnya. Pembuangan air dari larutan dalam tubulus membuat urin menjadi lebih kental dan menghemat badan air dalam tubuh.


2.2    Peredaran Darah Ginjal
Arus Darah
Ginjal akan mendapat 1,2-1,3 liter darah per menit pada orang dewasa yang sedang istirahat, atau sedikit lebih kecil daripada 25% curah jantung. Karena yang difiltrasi oleh ginjal adalah plasma, maka arus plasma ginjal dapat diukur, yaitu dengan mengetahui jumlah zat yang dieksresi oleh ginjal persatuan waktu dibagi oleh perbedaan kadar zat tersebut di darah arteri dan vena ginjal selama jumlah sel darah merah tidak berubah saat peredarannya melalui ginjal.
  
Zat apapun yang diekskresi oleh ginjal dapat digunakan bila dapat diukur kadarnya dalam plasma arteri dan vena ginjal serta tidak diubah, disimpan atau dibentuk oleh ginjal dan tidak mempengaruhi arus darah ginjalnya sendiri.

Arus plasma ginjal dapat diukur dengan memberi infus asam para-aminohipurat (PAH) dan mengukur kadarnya dalam urin dan plasma. PAH difiltrasi oleh glomerulus dan disekresi oleh sel tubulus sehingga rasio ekstrasinya tinggi.

2.3 Filtrasi Glomerulus
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler, membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman. Permiabilitas membarana glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan dengan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.
Gambar Membran Glomerulus

Laju filtrasi glomerulus (GFR= Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur dengan menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupu direabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat dalam cairan plasma.

Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah dibandingkan pada pria. Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
a. Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm HG
b. Tekanan pada kapsula bowman 10 mmHG
c. Tekanan osmotik koloid plasma 25 mmHG
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada kapsula bowman. serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam laju peningkatan filtrasi. Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada kapsula bowman. serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus.


Komposisi Filtrat Glomerulus
Dalam cairan filtrat tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200 protein plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat dalam cairan interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate tersebut direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut:
a.    Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
b.    Aliran darah ginjal, semakin cepat aliran daran ke glomerulus semakin meningkat laju filtrasi.
c.    Perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabakan laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.
d.    Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.

2.4    Mekanisme Reabsorpsi dan Sekresi di Tubulus
Molekul protein berukuran kecil dan beberapa hormon peptide mengalami reabsorpsi melalui proses endositosis di tubulus proksimal. Zat-zat lain disekresi atau direbsorpsi di tubulus melalui proses difusi pasif antara sel dan melalui sel oleh difusi fasilitasi menurut tingkat perbedaan tersebut. Perpindahan ini melalui kanal ion, pertukaran ion, kotransport dan pompa ion, yang sebagian besar telah diklon dan pengaturan pembentukannya dipelajari.

Fungsi normal kanal ion ini belum jelas diketahui, tetapi kedua protein ini abnormal pada penyakit ginjal polikistik autosomal dominan, yang menyebabkan parenkim ginjal lambat laun diganti dengan kista berisi cairan sampai akhirnya terjadi kegagalan ginjal total.

Perlu juga diketahui bahwa epitel kubus, seperti juga usus halus dan kandung empedu, merupakan epitel yang bocor (leaky) sehingga tight junction  melewatkan sejumlah air dan elektrolit. Seberapa besar kebocoran melalui jalur paraseluler ini menambah jumlah cairan yang keluar dan masuk tubulus masih diperdebatkan karena sulit untuk diukur, tetapi bukti yang diperoleh cenderung mengatakan cukup berarti. Pengaruh reabsorpsi dan sekresi tubulus pada zat-zat yang mempunyai peran fisiologis penting.

2.5    Reabsorpsi Na+
Reabsorpsi Na+ dan Cl- memegang peran utama dalam metabolisme elektrolit dan cairan tubuh. Selain itu, transport Na+ berlangsung bersama (coupled) dengan transport H+, elektrolit lainnya, glukosa, asam amino, asam organik, fosfat, dan zat lain yang melewati tubulus.

Kontransporter dan exchanger yang terdapat di berbagai bagian nefron. Di tubulus proksimal, ansa Henle pars asendens bagian yang tebal, tubulus distal, dan duktus koligentes, proses perpindahan Na+  berlangsung melalui kontranspor atau pertukaran ion dari lumen tubulus ke dalam sel epitel tubulus mengikuti tingkat perbedaan konsentrasi dan listriknya dan kemudian dipompa secara aktif dari sel tubulus ke ruang intersitium. Dengan demikian, Na+ akan ditranspor secara aktif keluar seluruh bagian tubulus ginjal kecuali dari ansa Henle bagian yang tipis. Na+ dipompa ke ruang intersitium oleh pompa Na+ - K+ ATPase. Kerja pompa Na+ yang terdapat dihampir semua sel tubuh. Pompa ini akan mengeluarkan 3 Na+ dan memasukkan 2 K+ ke dalam sel.

Lokasi    Transporter Apikal    Fungsi
Tubulus Proksimal    Na+ / KT glukosa    Reabsorpsi Na+  dan  glukosa
    Na+ / KT Pi    Reabsorpsi Na+  dan Pi
    KT Na+ asam amino    Reabsorpsi Na+ dan asam amino
    Na+ / KT laktat    Reabsorpsi Na+ dan laktat
    Na+ /H+ exchanger    Reabsorpsi Na+ dan ekstrusi H
    Cl- / basa exchanger    Reabsorpsi Cl-
Pars asendens bagian tebal    KT Na+ , 2Cl- , K+    Reabsorpsi Na+ , Cl- dan K+
    Na+ / H+ exchanger    Reabsorpsi Na+ dan ekstrusi H+
    Kanal K+    Ekstrusi K+ (daur ulang)
Tubulus Kontortus Distal    KT NaCl    Reabsorpsi Na+ dan Cl-
Duktus Koligens    Kanal Na+ (ENaC)    Reabsorpsi Na+

Hasil reabsorpsi tubulus proksimal bersifat agak hipertonik, sehingga akan menarik air secara pasif karena perbedaan osmotic yang disebabkan oleh absorpsi air kedalam sel epitel tubulus. Saat ini diketahui bahwa membrane sel epitel tubulus sebelah apical mengandung kanal air yang membantu perpindahan air yang bergerak ke ruang intersel lateral. Na+ dan H2O akan bocor dan kembali ke lumen tubulus melaui hubungan intersel, terutama bila ruang intersel lateral ini melebar.


2.6    Reabsorpsi Glukosa
Glukosa, asam amino, dan bikarbonat direabsorpsi bersama-sama dengan Na+ di bagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na+ akan direabsorpsi bersama-sama dengan Cl-. Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorpsi melalui transport aktif sekunder. Laju filtrasi glukosa kira-kira 100 mg/menit (80 mg/dL plasma × 125 mL/menit). Hampir semua glukosa direabsorpsi, dan hanya bebarapa milligram saja yang dapat dijumpai di urin 24 jam.

Mekanisme Transpor Glukosa
Proses reabsorpsi glukosa di ginjal menyarupai proses reabsorpsi glukosa di usus halus. Glukosa dan Na+  akan diikat oleh karier yang sama yaitu SGLT 2 di membrane yang menghadap ke lumen dan glukosa dibawa oleh karier masuk kedalam sel bersamaan dengan masuknya Na+  ke dalam sel mengikuti perbedaan muatan listrik dan kimianya. Na+  kemudian akan dipompa keluar sel ke ruang intersel lateral, sedangkan glukosa diangkut ke luar sel oleh GLUT 2 ke cairan interstisium. Dengan demikian, transport glukosa di ginjal, dan juga usus halus, merupakan contoh transport aktif sekunder.

Karier ini berikatan secara spesifik dengan isomer d glukosa, sehingga kecepatan transpor d-glukosa ini jauh lebih tinggi dibandingkan l-glukosa. Seperti juga di usus halus, transpor glukosa di ginjal dapat dihambat oleh florhizin, suatu glukosida yang berasal dari tanaman. Florhizin akan bersaing dengan d-glukosa untuk ikatan dengan simport (karier) ini.


2.7     Ekskresi Air
Dalam keadaan normal sebanyak 180 liter cairan difiltrasi oleh glomerulus tiap hari, sedangkan volume urin rata-rata tiap hari sekitar 1 liter. Jumlah zat terlarut yang sama juga dapat diekskresikan per 24 jam dalam urin yang hanya bervolume 500 ml dengan kepekatan 1400mosm/kg, atau dalam urin sebanyak 23,3 liter dan kepekatan yang sangat rendah, yaitu 30 mosm/kg. Nilai-nilai ini menunjukkan 2 hal yang penting: pertama, paling sedikit 87% air difiltrasi akan direabsorpsi, meskipun volume urin 23 liter; kedua, reabsorpsi sisa air yang telah mengalami filtrasi dapat bervariasi tanpa mempengaruhi jumlah total zat terlarut yang diekskresi. Dengan demikian, bila urin pekat, terjadi retensi air dibandingkan zat terlarut; dan bila urin encer, terjadi ekskresi air yang lebih dibandingkan zat terlarut. Kedua hal ini memiliki arti penting dalam konservasi dan pengaturan osmolalitas cairan tubuh. Pengaturan ekskresi air terutama dilakukan oleh hormone vasopressin yang bekerja pada duktus koligentes.

2.8    Pengasaman Urin dan Eksresi Bikarbonat
Sekresi H+
Sel tubulus proksimal dan distal, seperti juga sel kelenjar lambung, menyekresi ion hidrogen. Pengasaman juga akan terjadi di duktus koligentes. Reaksi utama untuk sekresi H+ di tubulus proksimal ialah pertukaran Na+ - H+. Pemompaan ke luar Na+ dari sel ke interstisium oleh pompa Na+ - K+ ATPase akan menurunkan Na+ intrasel, dan hal ini menyebabkan Na+ di lumen tubulus masuk ke dalam sel, bersamaan dengan pemompaan H+ ke lumen tubulus. H+ ini berasal dari reaksi disosiasi H2CO3 intrasel dan HCO3- yang terbentuk akan berdifusi ke cairan interstisial.
  
Anhidrase karbonat mengatalis pembentukan H2CO3 dan obat-obat yang menghambat anhidrase karbonat menekan sekresi asam oleh tubulus proksimal serta reaksi yang bergantung padanya. Terdapat beberapa bukti bahwa H+ disekresikan di tubulus proksimal dengan pompa jenis lain, tapi bukti untuk pompa tambahan ini masih kontroversial, dan pada setiap kasus peranannya relatif kecil dibandingkan dengan mekanisme pertukaran Na+ - H+. Hal ini berlawanan dengan yang terjadi di tubulus distal dan duktus koligentes, dimana sekresi H+  relatif tidak bergantung pada Na+ di lumen tubulus. Di bagian tubulus ini, sebagian besar H+ disekresikan melalui pompa proton yang digerakkan oleh ATP.

Aldosteron bekerja pada pompa ini untuk meningkatkan  sekresi H+ di bagian distal. Sel I di bagian tubulus ginjal ini mensekresikan asam, dan seperti sel parietal di lambung, sel I mengandung banyak anhidrase karbonat dan struktur tubulovesikular. Didapatkan bukti bahwa ATPase yang memindahkan H+ menyebabkan sekresi H+ terletak pada vesikel-vesikel ini ataupun dalam membrane sel luminal, dan bahwa pada asidosis, jumlah pompa H+ meningkat akibat masuknya tubulovesikel ini ke dalam membran sel luminal. Sebagian H+ juga disekresi oleh H+ - K+ ATPase. Sel-sel ini juga mengandung Band 3, suatu protein penukar anion, di membrane sel basolateralnya, dan protein ini dapat berfungsi sebagai penukar Cl- - HCO3- bagi pengangkutan HCO3- ke cairan interstisium.

H+  di Urin
Jumlah asam yang disekresikan bergantung pada peristiwa-peristiwa di urin tubulus selanjutnya. Pada manusia, tingkat perbedaan H+ maksimal yang harus dilawan oleh mekanisme transport untuk dapat menyekresi berhubungan dengan pH urin sekitar 4,5; yaitu kadar H+ dalam urin yang besarnya 1000 kali kadarnya di plasma. Dengan demikian, pH 4,5 merupakan pH pembatas, yang dalam keadaan normal dicapai di duktus koligentes.

Sekresi Amonia
Reaksi di sel tubulus ginjal menghasilkan H+ dan HCO3-. NH4 berada dalam keseimbangan dengan NH3 + H+ di dalam sel. Namun, NH3 bersifat larut dalam tingkat perbedaan konsentrasinya ke dalam cairan interstisium dan urin tubulus. Reaksi utama yang menghasilkan NH4 dalam sel adalah perubahan glutamine menjadi glutamate. Reaksi ini dikatalis oleh enzim glutaminase, yang banyak terdapat di sel tubulus ginjal.

2.9    Pengisian Vesika Urinaria
Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang, dan melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak ditemukan. Kontraksi peristaltik yang teratur timbul 1-5 kali tiap menit akan mendorong urine dari pelvis renis menuju vesika urinaria, dan akan masuk secara periodik sesuai dengan gelombang peristaltik. Ureter menembus dinding vesika secara miring, dan meskipun tidak ada sfingter ureter, kemiringan ureter ini cenderung akan menjepit ureter sehingga ureter tertutup kecuali selama adanya gelombang peristaltic, dan refluks urin dari vesika dapat dicegah.

2.10    Pengosongan Vesika Urinaria
Miksi atau berkemih pada dasarnya merupakan refleks spinal yang akan difasilitasi dan dihambat oleh pusat-pusat susunan saraf yang lebih tinggi, seperti defekasi, fasilitasi dan inhibisi bersifat volunteer. Urin yang memasuki vesika tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Selain itu, seperti juga jenis otot polos lainnya, otot vesika memiliki sifat plastis; bila diregang, ketegangan yang mula-mula timbul tidak akan dipertahankan.

Selama proses berkemih, otot-otot perineum dan sfingter uretra eksterna berelaksasi; sedangkan otot detrusor berkontraksi; dan urin akan mengalir melalui uretra. Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter eksterna dapat dilakuakn secara volunteer, sehingga mencegah urin untuk mengalir melewati uretra atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih.


III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan:
1.    Bahwa ginjal merupakan organ pada sistem eksresi. Zat-zat yang diekskresi adalah zat-zat sisa, seperti Na+ , air, glukosa, dan lain-lain.
2.    Transport zat pada ginjal secara seluler terjadi pada saat pembentukan urin.
3.    Pembentukan urin melalui 3 tahap, yaitu filtrasi atau penyaringan, reabsorpsi atau penyerapan, dan augmentasi atau penambahan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi yang dijelaskan pada subbab pengasaman urin dan ekskresi bikarbonat.

Makalah Mikrotubula

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seluruh organisme tersusun dari salah satu dari dua jenis sel yang secara struktural berbeda, yaitu sel prokariotik atau sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkea yang memiliki sel prokariotik. Protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik. Pada masa-masa setelah di temukannya mikroskop para ahli dapat melihat dan mempelajari bagian-bagian dari sel.

Pada awalnya para ahli biologi berpikir bahwa organel sel eukariotik mengambang bebas dalam sitosol. Tetapi penyempurnaan mikroskopi cahaya dan mikroskopi elektron telah mengungkapkan adanya sitoskeleton, yaitu jalinan serabut yang membentang di seluruh sitoplasma. Sitoskeleton adalah jaringan filamen protein yang menyusun sitoplasma eukariota. Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda, yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermediet. Mikrotubulus merupakan yang paling tebal di antara ketiganya, dan mikrofilamen (yang juga disebut filamen aktin) merupakan yang paling halus. Sedangkan filamen intermediet adalah serabut dengan diameter yang termasuk dalam kisaran menengah. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan kerjanya terkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, merayap di permukaan.

Untuk itu makalah ini membahas mengenai mikrotubulus yang menjadi salah satu bagian penting dari penyusun sel, sehingga diharapkan dapat lebih memahami bagian-bagian mikrotubula beserta fungsinya.


1.2 Tujuan

Dengan adanya bahasan materi ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Mengetahui bagian-bagian dari mikrotubulus
2. Memahami proses pembentukan mikrotubulus
3. Mengetahui fungsi mikrotubulus


II. ISI
Sitosol mempunyai protein yang sebagian besar berbentuk benang-benang halus yang disebut filamen. Filamen-filamen ini teranyam membentuk suatu jejala atau rerangka yang disebut sitoskelet. Sitoskelet berdasarkan struktur dan garis tengahnya, dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermediet.

Sitoskeleton eukariota. Aktin digambarkan dengan warna merah dan mikrotubulus dengan warna hijau. Struktur berwarna biru ialah inti sel.

Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin. bersifat lebih kokoh dari aktin, mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus memiliki dua ujung, yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.

Penemuan Mikrotubulus
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru terungkap pada saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan (embedding) dan penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM ( high voltage electron microscope). Pengamatan dengan menggunakan HVEM menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organela tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat halus yang juga disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-filamen yang bermatra lebih besar yang di kelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan struktur dan garis tengahnya, yaitu: mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermedia. Kemudian diadakan penelitian lebih lanjut mengenai filamen-filamen tersebut yang salah satunya adalah mikrotubulus.


 Bagian-bagian mikrotubulus

Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, dan kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul sangat menarik hampir sama di semua jenis organisme. Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun atau subunit globular . Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubulus menunjukan biasanya 13 subunit yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara membujur maka memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak, 13 protofilament pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup. Setiap molekul rantai-rantai protein tubulin yang membentuk spiral merupakan heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang terikat erat. Subunit-subunit tersebut merupakan protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Masing-masing protein terdiri dari ikatan polipeptida tunggal yang panjangnya sekitar 500 asam amino. Spiral ini membentuk tabung berlubang yang panjangnya dari 200 nm hingga 25 µm dengan diameter 25 nm dan tebal 5nm. Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubulus di mana saja di dalam sel. Molekul tubulin selama ini hanya dijumpai di sel-sel eukariota, terutama di otak vertebrata. Jika mikrotubul dianalisis kandungan kimianya, maka ditemukan kandungan kesemuanya protein yang satu α-tubulin dan yang lain β-tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein pada awal periode evolusi. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat 80-95% dari kandungan protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara intensive.
  Pembentukan Mikrotubulus


Dalam banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang terletak dekat nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya. Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk mikrotubulus. Percobaan polimerisasi dapat dibuat dengan campuran tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam tahapannya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil. Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.


Dalam pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin menjadi mikrotubulus, telebih dahulu mereka menyusun diri membentuk protofilamen dengan jalan subunit β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan subunit α dari molekul tubulin yang lain yang berada di sampingnya. Sebuah mikrotubulus yang juga terdiri dari 13 protofilamen ysng tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah protofilamen dari sebuah mikrotubulus (mikrotubulus A), juga menjadi milik mikrotubulus lain (mikrotubulus B), maka dua buah mikrotubulus tersebut di beri nama doublet. Mikrotubulus memiliki kutub positif, yaitu kutup yang pertumbuhannya cepat, dan kutub negative yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat. Hal ini di sebabkan oleh susunan profilamen yang sejajar satu terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas masing-masing.


Pengelompokan mikrotubulus
Terdapat dua kelompok mikrotubulus :
a. Mikrotubulus stabil yaitu mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan fisikatif apapun, misalnya : OsO4, MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan flagella.

b. Mikrotubulus labil yaitu, mikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh mikrotubulus labil adalah mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus ini berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya. Mikrotubulus yang kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma akan segera lenyap. Mikrotubulus ysng tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi terjadinya depolimerisasi.

Mikrotubulus labil dijumpai di dalam sitoplasma, oleh karena itu disebut pula mikrotubulus sitoplasmik. Mereka seringkali tersusun secara sejajar terhadap satu sama lain, seperti yang terdapat dalam aksoplasma sel saraf. Namun, dapat pula terlihat terpancar dari satu pusat ke dekat inti seperti yang terlihat pada sel yang sedang membelah. Mikrotubulus sitoplasmik dapat memberikan polaritas kepada sel dan membantu mengatur bentuk sel, gerakan sel dan menentukan bidang pembelahan sel.

Mikrotubulus sitoplasmik, di dalam sel pada stadium interfase dari sel yang dibiakkan dapat ditunjukkan dengan teknik immunofluoresen. Mikrotubulus terlihat paling banyak disekitar inti. Dari daerah ini terpancar dalam bentuk anyaman benang-benang halus kearah perifer sel. Asal mikrotubulus dapat diketahui dengan tepat dengan jalan mendepolimerisasi dan membiarkannya tmbuh kembali. Mikrotubulus yang timbul kmbali semula akan terlihat seperti bintik kecil yang berbentuk bintang, oleh karena itu disebut aster terletak di dekat inti. Pancaran benang-benang halus itu memanjang ke arah tepi sel. Sampai penyebaran awal terbentuk kembali. Daerah tempat timbulnya aster disebut MTOC (microtubule organizing center). Dengan menggunakan perunut, dapat diketahui bahwa kutub negative mikrotubulus berada di daerah MTOC sedangkan kutub positifnya menjauhi MTOC.

 Kegiatan dan fungsi mikrotubulus
Mikrotubulus merupakan serabut penyusun sitoskeleton terbesar.
Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi, terutama sebagai sarana transport material di dalam sel serta sebagai struktur sporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya. Beberapa fungsi lain dari mikrotubulus yaitu:
• Mempertahankan bentuk sel (“balok” penahan-tekanan),
• Motilitas sel (seperti pada silia atau flagella),
• Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan organel.

Kegiatan dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah satu contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang terbentuk setelah mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis. Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat terakit dan cepat pula terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong mitosis terhadap pengaruh obat-obatan seperti “colcisine”. Obat ini dapat menghentikan mitosis untuk beberapa menit. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan menghambat mitosis disebut dengan antimitosis. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk menghambat sel kangker.

Beberapa organel yang tersusun dari mikrotubulus adalah sentriol, silia dan flagella.

Di dalam sentrosom sel hewan terdapat sepasang sentriol, masing-masing tersusun atas sembilan pasang triplet mikrotubula yang tersusun dalam suatu cincin. Masing-masing triplet terdiri dari satu mikrotubul lengkap dan dua mikrotubul tidak lengkap (salah satu C hilang). Triplet disusun secara paralel satu dengan yang lainnya dan membentuk badan silindris yang berdiameter dari 150-250nm. Sembilan kelompok semacam ini membentuk dinding sentriol. Tiap kelompok tidak tegak lurus dengan inti tabung, tetapi agak miring. Sentriol terbentuk dari polimerisasi dimer-dimer (gabungan dari tubulin alfa dan tubulin beta) yang jumlahnya sembilan dan dihubungkan ke pusat (hub) oleh protein. Cincin tertutup akan bertambah panjang karena pertambahan dimer-dimer yang membentuknya. Dibagian dasar akan membentuk cincin terbuka 1 yang menempel pada bagian basal cincin tertutup. Bagian dasar cincin terbuka 1 akan terbentuk cincin terbuka 2 yang menempel pada bagian dasar cincin terbuka 1. Cincin terbuka 1, dan cincin terbuka 2 serta cincin tertutup akan mengalami polimerisasi sehingga lebih panjang dan terbentuklah sentriol yang berbentuk tabung dengan lebar 0,2 μm dan panjangnya 0,4 μm. Sentriol berfungsi membentuk benang spindel untuk memisahkan kromosom.

Sebagian sel hewan memiliki MTOC atau pusat sel disebut sentrosoma. Sentrosoma terletak disalah satu sisi inti dan padanya terdapat sepasang sentriola yang tersusun tegak lurus satu dengan yang lain. Perlu diingat bahwa tidak semua MTOC memiliki sentriola, misalnya MTOC pada sel tumbuhan. Di sini mukrotubulus aster muncul dari sentroma yang hanya terdiri dari materi padat electron. Demikian pula sentriola juga tidak dijumpai di gelondong meosis oosit mencit, meskipun kemudian akan terlihat pada perkembangan embrio. Oleh karena itu tidak seperti aksonema silia yang tumbuh langsung dari sentriola, mikrotubulus sitoplasmik tidak langsung berpangkal pada sentriola itu sendri, melainkan timbul dari materi tanpa gatra yang terdapat di sekeliling sentriola.

Mikrotubula pada sel hewan cenderung memancar kesegala arah dari sentrosoma. Bagaimanapun sel hewan bersifat polar.dan perakutan molekul tubulin menjadi mikrotubula dipantau sedemikian rupa sehingga mikrotubula yang terbentuk menjulur kearah tertentu dari sel. Mekanisme kejadiannya tampak kepada sifat dinamis dari mikrotubula. Mikrotubula dalam kultur sel cenderung berada dalam salah satu keadaan yaitu tumbuh terus menerus secara ajeg atau terurai dengan cepat. In vivo, mikrotubula juga cenderung berada dalam keadaan seperti yang telah diuraikan. Umur rata-rata mikrotubula fibroblas dalam kultur sel pada stadium interfase kurang dari 10 menit. Pancaran mikrotubula dari sentrosoma tampak selalu berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan dan perombakannya.

Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel). Silia umumnya relative pendek daripada flagel (panjangnya 5-10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih banyak. Sekalipun berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola kibasannya, silia dan flagel sebenarnya memiliki kesamaan ultrastruktur.

Pada flagel terbentuk dua cincin tertutup yang dihubungkan oleh protein, dibungkus oleh selaput yang membentuk poros disebut aksoneme. Unsur-unsur aksoneme dari silia dan flagel hampir smua sama dan berisi “9+2” susunan mikrotubula. Sementara itu sembilan mikrotubula doublet yang mengelilingi axoneme akan dihubungkan oleh batang-batang penghubung yang disebut spoke. Bagian doublet cincin luar akan membentuk cncin terbuka. Cincin terbuka melekat pada cincin tertutup yang akan dihubungkan oleh cincin tertutup di sebelahnya yang akan dihubungkan oleh kedua lengan yang disebut dynein. Dynein ini memiliki gugus ATP-ase , sehingga dapat dikatakan bahwa dynein bertanggung jawab pada hidrolisis ATP.

Mikrotubulus juga memiliki peran penting pada dinding sel tanaman. Dinding sel tanaman adalah matriks ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel ini terdiri atas mikrofibrilis dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar pektin dan hemiselusosa) dan glikoprotein yang saling silang. Pada bagian korteks dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang menentukan posisi mikrofibrilis. Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah perkembangan dinding sel, bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel. Dalam susunannya pada dinding sel, mikrofibrilis selulosa saling silang dalam jaringan yang diikat oleh hemiselusosa. Jaringan ini saling ekstensif dengan jaringan polisakarida pektin. Jaringan selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara jaringan pektin melawan kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya secara kasar sama, tetapi lamela tengah memiliki lebih banyak pektin untuk merekatkan sel yang berdekatan.
 Beberapa senyawa pengikat tubulin (senyawa antimitotik)
Jenis Senyawa Pengaruh terhadap mikrotubulus
Colcicine, colcemid, nocadazole.
Vinblastine, vincristine
Taxol
Menghambat penambahan molekul tubulin ke mikrotubulus, menyebabkan depolimerisasi mikrotubulus.
Memacu pembentukan kelompokkan parakristalin dari tubalin, menyebabkan depolimerisasi mikrotubulus.
Memacu perakitan mikrotubulus, menstabilkan mikrotubulus.



III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan

1. Mikrotubulus adalah saluran-saluran kecil yang terbentuk dari protein-protein sejenis yaitu tubulin α dan tubulin β. Keduanya akan membentuk dimer.
2. Ada dua jenis mikrotubulus soliter dan mikrotubulus gabungan.
3. Mikrotubulus gabungan terbentuk dari dua atau lebih mikrotubulus singlet yang berisi 13 protofilamen pada tiap singletnya.
4. Mikrotubulus selain sebagai sitoskelet juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel).
5. Perbedaan silia-flagel dan sentriol yaitu :
a. Sentriol : langsung terbentuk cincin tertutup yang jumlahnya 9
b. Silia-flagel: cincin tertutup yang jumlahnya 11 (2 terletak di poros dan 9 terletak mengelilingi aksonema yang dihubungkan oleh spoke).

Sabtu, 06 Agustus 2011

Tahap Perkembangan Anak

Mengikuti dan memperhatikan tumbuh kembang bayi itu sangat menyenangkan dan menakjubkan untuk selalu disimak, namun kita tidak bisa benar-benar mematok pasti tumbuh kembang bayi itu sama persis pada semua bayi. Pada dasarnya tumbuh kembang bayi itu berbeda-beda namun ada beberapa kesamaan saat bayi berkembang dengan sehat dan normal. Jadi anda tidak perlu khawatir jika tumbuh kembang bayi anda mengalami sedikit perbedaan misalnya lebih cepat atau lebih lambat dari bayi umumnya. Tapi tetap konsultasikan pada dokter anak anda.
Berikut Tahapan Tumbuh Kembang Bayi 1 bulan hingga 12 bulan yang sehat dan dirangkum dari beberapa sumber.

Bayi 1 bulan
- Berat badan: 3,0 – 14,3 kg, Panjang badan: 49,8 – 54,6 cm, Lingkar kepala: 33 – 39 cm
- Pada hari-hari pertama, bayi masih belum bisa membuka matanya. Kemudian beberapa waktu akan bisa melihat dalam jarak 20 cm
- Tahap bayi mulai beradaptasi dengan lingkungan baru.
- Gerakan yang dikuasainya merupakan gerakan reflex alami.
- Sangat peka terhadap sentuhan.
- Akan menggerakkan kepala ke arah bagian tubuh yang disentuh.
- Sudah bisa tersenyum.
- Menangis adalah bahasa komunikasinya. Semakin lama, bunda akan tahu dengan sendirinya arti dari menangis sang bayi, apakah bayi bunda menangis karena lapar, karena gerah atau lainnya.
- Memegang jari yang disentuhkan ke tangannya.
- Menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tidur

Bayi 2 Bulan
- Berat badan: 3,6-5,2 kg, Panjang badan: 52,8-58,1 cm, Lingkar kepala: 35-41 cm
- Sudah bisa membedakan muka dan suara.
- Kualitas penglihatannya meningkat.
- Matanya bisa mengikuti gerakan benda yang dekat dengannya.
- Akan menghisap setiap benda yang dipegangnya.
- Bisa miring ke kiri dan ke kanan.
- Menggerak gerakkan tangan dan kaki ketika memita perhatian.

Bayi 3 bulan
- Berat badan: 4,2-6,0 kg, Panjang badan: 55,5-61,1 cm, Lingkar kepala: 37-43 cm
- Dapat mengangkat kepala dan tubuh saat tengkurap.
- Matanya sudah memperhatikan lingkungan sekitar.
- Menangis jika ditinggal.
- Mencari arah suara yang didengarnya.
- Dapat duduk beberapa waktu jika ditunjang.
- Menyukai bayangannya di cermin
- Semakin mahir menggunakan tangannya.
- Mulai mengenali wajah orang dan benda yg akrab dengannya.

Bayi 4 bulan
- Berat badan: 4,7-6,7 kg, Panjang badan: 57,8-63,7 cm, Lingkar kepala: 38-44 cm
- Mulai mengoceh dan tertawa.
- Menginjakinjakkan kaki jika diberdirikan.
- Dapat menggerakkan/menggeser-geserkan tubuhnya untuk meraih benda.
- Mengamati ekspresi wajah orang dan menirunya.
- Sebagian sudah ada yg tumbuh giginya.

Bayi 5 bulan
- Berat badan: 5,3-7,3 kg, Panjang badan: 59,8-65,9 cm, Lingkar kepala: 39-45 cm
- Menangis jika mendengar suara ibunya.
- Dapat memindahkan barang dari satu tangan ke tangan yang lain.
- Menangis jika mainannya diambil.
- Senyum dan megoceh saat meminta perhatian.
- Dapat memasukkan kaki ke mulutnya.
- Bereksperimen dengan suaranya. Membuat suara yang berbeda beda untuk mengkomunikasikan keinginannya missal lapar, haus, marah, dll.
- Sangat suka ditegakkan dalam posisi duduk.

Bayi 6 bulan
- Berat badan: 5,8-7,8 kg,Panjang badan: 61,6-67,8 cm,Lingkar kepala: 40-46 cm
- Sudah banyak mengeluarkan suara.
- Sudah bisa tengkurap sendiri.
- Belajar menggunakan jari jarinya untuk menggenggam dengan baik, memukul, mengambil, dan memindahkan benda.
- Saat yang tepat untuk mengenalkan MPASI

Bayi 7 bulan
- Berat badan: 6,2-8,3 kg,Panjang badan: 63,2-69,5 cm,Lingkar kepala: 40,5-46,5 cm
- Sudah mahir duduk.
- Sudah dapat mengangkat badannya dalam posisi merangkak.
- Saat posisi merangkak senang mengayunkan badannya ke depan dan kebelakang.
- Bermain dengan mainan yang disukai dan akan marah jika mainan tersebut diambil.

Bayi 8 bulan
- Berat badan: 6,6-8,8 kg, Panjang badan: 64,6-71,0 cm, Lingkar kepala: 41,5-47,5 cm
- Mampu berteriak untuk memanggil orang.
- Sudah bisa merangkak dan duduk sendiri.
- Membuang mainan yang tidak disukainya
- Sudah dapat berdiri dengan bantuan.
- Dapat memegang botol minumnya sendiri.

Bayi 9 bulan
- Berat badan: 7,0-9,2 kg, Panjang badan: 66,0-72,3 cm, Lingkar kepala: 42-48 cm
- Mulai bereaksi jika diperintah.
- Mengenal beberapa kata.
- Dapat berdiri dengan tangan dipegangi.
- Aktif merangkak dan memanjat.

Bayi 10 bulan
- Berat badan: 7,3-9,5 kg, Panjang badan: 67,2-73,6 cm, Lingkar kepala: 42,5-48,5 cm
- Dapat berjalan dengan bantuan.
- Merangkak dengan baik.
- Mulai takut dengan orang yang tidak dikenal.
- Mengerti yang diperintahkan kepadanya.

Bayi 11 bulan
- Berat badan: 7,6-9,9 kg, Panjang badan: 68,5-74,9 cm, Lingkar kepala: 43-49 cm
- Dapat menelan beberapa kali secara bertutut turut jika minum dalam cangkir.
- Berdiri lama tanpa bantuan.
- Mempunyai lebih banyak kosakata.
- Saatnya mengajarkan untuk berbagi, Karena pada usia ini bayi memiliki sifat egosentris yang besar.

Bayi 12 bulan
- Berat badan: 7,8 – 10,2 kg, panjang badan: 69,6 – 76,1 cm, lingkar kepala: 43,5 – 49,5 cm
- Banyak berjalan meski belum stabil.
- Dapat berbicara 2 3 kata
- Mulai suka menggambar.