google3394c6c8fadba720.html Mei 2011 ~ KUNCUP BIO
SELAMAT DATANG DI TAUFIK ARDIYANTO'S BLOG

DESKRIPSI PENDIDIKAN SAAT SMA (slide)

SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono adalah salah satu sekolah yang terletak di Lampung Timur

DESKRIPSI PERGURUAN TINGGI YANG DITEMPUH (DIJALANI)

Universitas Lampung (Unila) adalah salah satu perguruan tinggi di propinsi Lampung

DESKRIPSI PRIBADI

Taufik Ardiyanto adalah seorang pemuda yang dilahirkan tahun 1992 di kampung kecil Sribhawono

DESKRIPSI MENGENAI ISI BLOG INI

Blog ini memuat tentang informasi seputar pendidikan terutama yang menyangkut Biologi

DESKRIPSI MENGENAI HOBI DAN MINAT

Suka membaca, menulis dan bereksperimen adalah hobiku dan akan selalu auk kembangkan demi meraih cita-cita gemilang.

Sabtu, 14 Mei 2011

Implikasi Dari Pengklonaan Sel Katak


Dalam percobaan-percobaan yang dilakukan Briggs dan King tahun 1950-an, nukleus dari sel-sel katak embrionik ditransplantasikan ke dalam sel-sel katak yang telah dibuang nukleusnya. Kedua peneliti itu menemukan bahwa nukleus dari sel-sel embrionik awal dapat menghasilkan katak-katak yang normal, sedangkan nukleus dari sel-sel embrio yang lebih tua umurnya tidak dapat menghasilkan perkembangan yang normal dan utuh. (pembuatan individu yang merupakan perlika dari donor nukleus disebut pengklonaan (cloning), semacam replikasi aseksual). Hasil yang diperoleh menunjukkan kalau tampaknya ada periode kritis bagi tertetapkannya nasib sel.
 Akan tetapi percobaan-percobaan melelahkan yang dilakukan belakangan oleh John Gurdon mengimplikasikan bahwa pada kasus-kasus yang jarang terjadi, nukleus dari sel-sel kecebong tahap akhir dapat bersifat totipoten. Implikasi dari penelitian Gurdon menunjukkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi saat diferensiasi sel tidak melibatkan peristiwa hilangnya materi genetik, sebab organisme utuh tidak akan bisa ditumbuhkan dari sel-sel yang telah terdiferensiasi sepenuhnya jika genomnya tidak lengkap. Karenanya, tampaknya lebih mungkin kalau diferensiasi melibatkan interaksi regulatoris antara faktor-faktor sitoplasmik dan nukleus.

Kamis, 12 Mei 2011

Macam Macam Evolusi

Proses evolusi dapat dibedakan atas dasar faktor-faktor berikut.

1.    Evolusi berdasarkan arahnya
Berdasarkan arahnya evolusi dibedakan menjadi dua.
a.    Evolusi progresif
Evolusi progresif merupakan evolusi menuju pada kemungkinan yang dapat bertahan hidup (survival). Proses ini dapat dijumpai melalui peristiwa evolusi yang terjadi pada burung Finch.
b.    Evolusi regresif
Evolusi regresif merupakan proses menuju pada kemungkinan kepunahan. Hal ini dapat dijumpai melalui peristiwa evolusi yang terjadi pada hewan dinosaurus.

2.    Evolusi berdasarkan pada skala perubahannya
Berdasarkan skala perubahannya, evolusi dapat dibedakan menjadi dua.
a.    Makroevolusi
Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skala besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru.
b.    Mikroevolusi
Berkebalikan dengan makroevolusi, mikroevolusi adalah proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah kepada terjadinya perubahan pada frekuensi gen atau kromosom.

3.    Evolusi berdasarkan hasil akhir
Berdasarkan hasil akhir, evolusi dapat dibedakan menjadi dua.
a.    Evolusi divergen
Evolusi divergen merupakan proses evolusi yang perubahannya berasal dari satu spesies menjadi banyak spesies baru. Evolusi divergen ditemukan pada peristiwa terdapatnya lima jari pada vertebrata yang berasal dari nenek moyang yang sama dan sekarang dimiliki oleh bangsa primata dan manusia.
b.    Evolusi konvergen
Evolusi konvergen adalah proses evolusi yang perubahannya didasarkan pada adanya kesamaan struktur antara dua organ atau organisme pada garis sama dari nenek moyang yang sama. Hal ini dapat ditemukan pada hiu dan lumba-lumba. Ikan hiu dan lumba-lumba terlihat sama seperti organisme yang berkerabat dekat, tetapi ternyata hiu termasuk dalam pisces, sedangkan ikan lumba-lumba termasuk dalam mamalia.

Peregulasi Fosforilasi Fruktosa 1,6-difosfat


Fosfofruktokinase mengkatalis fosforilasi fruktosa 1,6-difosfat. Enzim tersebut berinteraksi secara alosterik dengan ATP; yakni enzim tersebut berikatan dengan ATP pada satu situs selain situs aktifnya sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan sebagai akinatnya terjadi pula perubahan kemampuan fosfofruktokinase untuk mengkatalisis fosforilasi. Dalam kasus ini, berikatannya ATP dengan enzim akan menghambat reaksi tersebut-perubahan bentuk yang diinduksi pada fosfofruktokinase menyebabkannya tak mampu berikatan dengan fruktosa 6-fosfat dan karenanya memengaruhi fosforilasi.

Rabu, 11 Mei 2011

Proses Pada Asam 1,3-difosfogliserat Dalam Glikolisis

Asam 1,3-difosfogliserat dalam glikolisis kehilangan fosfat berenergi tingginya. Fosfat itu diterima oleh ADP dan terbentuklah ATP.
 Banyak energi dilepaskan dalam transfer fosfat berenergi tinggi dari asam 1,3-difosfogliserat menuju ATP. delta G-nya karenanya bernilai negatif, dan reaksinya bersifat ekserogenik. Sejumlah energi yang dilepaskan ditahan dalam ikatan kimiawi dari ATP yang terbentuk

Pentingnya Interaksi Alosterik ATP dan Fosfofruktokinase

Interaksi alosterik antara ATP dan fosfofruktokinase penting karena interaksi tersebut mengendalikan produksi ATP dalam glikolisis agar sesuai dengan kebutuhan ATP sel. Jika tingkat ATP selulercukup untuk berikatan dengan enzim (dan dengan  demikian menghambat interaksi fosfofruktokinase dengan fruktosa6-fosfat), glikolisis terhenti. Setelah sel kehabisan persediaan ATP-nya,ATP yang terikat ke fosfofruktokinase dilepaskan. Enzim kembali ke konfigulasi aktifnya, dan glikolisis berlangsung kembali.

Hubungan Asam Piruvat Dengan Siklus Krebs

Asam piruvat tidak memasuki siklus krebs secara langsung. Asam piruvat pertama kali diolah dulu oleh sebuah kompleks multienzim dalam mitokondria., dimana asam itu di dekarboksilasi (kehilangan gugus karboksilnya dalam wujud CO2) secara oksidatif menjadi asam asetat. Asam asetat itu diletakkan ke sebuah molekul koenzim A dan sebagai asetil KoA yang sangat rektif. Barulah memasuki siklus krebs. Dalam pembentukan asetil KoA, sebuah molekul NADH dihasilkan. Asetil KoA kemudian bergabung dengan asam oksaloasetat (C4). Dalam usaha menjabarkan tahapan-tahapan spesifik siklus tersebut pada percobaan-percobaan awalnya, Sir Hans Krebs menyadari adanya pembentukan awal dari sitrat, dan hal itu menyebabkan jalur tersebutmemperoleh nama deskriftif siklus asam sitrat.

Selasa, 10 Mei 2011

Makalah Sitoplasma

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang

Sel merupakan unit (satuan)  kehidupan terkecil dari makhluk hidup yang meliputi kesatuan struktural dan fungsional, pertumbuhan atau perkembangan, dan herediter terkecil. Semua makhluk hidup terdiri dari sel, baik itu makhluk hidup unisel maupun yang multisel. Sel berasal dari sel-sel sebelumnya, setiap sel memiliki kehidupannya sendiri (otonomi) disamping itu juga memiliki peranan gabungan (semiotonom) di dalam organisme multi sel. Sebagai bagian dari organisme multi sel, sel-sel akan membentuk organisasi atau kesatuan- kesatuan yang lebih besar yaitu jaringan-organ-sistem organ-dan organisme. Untuk dapat mendukung kehidupan dan fungsi sel, sel dilengkapi oleh organel sel. Sel yang memiliki inti dengan berbagai organelnya disebut sel eukariotik, sedangkan sel yang tidak memiliki selubung inti sehingga materi inti berhubungan langsung dengan sitoplasma yang disebut sel prokariotik.

Sel merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan memiliki mekanisme kerja yang sanagt canggih atau modern, dinamis dan hidup. Mempelajari sel akan membawa kita pada suatu petualangan yang menarik dan penuh kejutan. Misalnya pada saat sel menanggapi stimuli dari luar sel, maka sel akan segera mengaktifkan reseptor pada membran sel untuk merespon stimuli tersebut dengan kerjasama berbagai komponen pada membran dan ion-ion tertentu. Kemudian akan terjadi suatu proses respon yang teratur, berpola, dan dengan kecepatan yang menakjubkan.

Suatu sel memiliki bagian-bagian diantaranya adalah dinding sel, membran sel, sitoplasma, nukleus, ribosom, retikulum endoplasma (RE), kompleks golgi (KG), mitokondria, lisosom, peroksisom, sitoskleton, sentrosom dan sentriol, flagel dan silia, inklusi sel, material ekstraseluler. Salah satu bagian dari sel tersebut ada yang namanya sitoplasma, pada makalah ini akan dibahas semua tentang sitoplasma yang merupakan cairan dalam sel.

1.2.    Tujuan

1.    Mengetahui sejarah sitoplasma
2.    Mengetahui pengertian sitoplasma
3.    Mengetahui organel sitoplasma
4.    Mengetahui fungsi sitoplasma
5.    Mengetahui sifat-sifat sitoplasma
6.    Mengetahui matriks sitoplasma

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Sitoplasma

Istilah sitoplasma secara tradisional digunakan untuk memberikan segala sesuatu di dalam sel kecuali nukleus. Pada awal mula sitologi, ketika sangat sedikit yang diketahui tentang organisasi material di luar nukleus, maka istilah tersebut amat berguna. Namun dengan metode-metode yang diperbaiki unutk mempelajari sel, maka diketahui kerumitan yang luar biasa pada struktur-struktur yang terdapat di daerah sitoplasma. Mikroskopi elektron menyingkapkan pola-pola luas bagi membran dan kompartemen yang dibatasi membran di dlam sitoplasma. Struktur yang dibatasi dengan jelas dinamai organel.

Cara lain yang berguna untuk mempelajari bagian-bagian sel adalah menghancurkan sejumlah besar sel, masukkan ke dalam tabung, dan putarkan dalam mesin pemusing (sentrifuge). Hal ini mengeluarkan gaya sentrifugal pada organel dalam campuran sel. Benda-benda besar atau yang berat akan dilempar ke dasar tabung lebih cepat daripada benda-benda keci lagi ringan. Dengan memusingkan campuran sel selama 10 menit dengan gaya sekitar 800 kali daya tarik bumi akan menyebabkan nuklei diendapkan di dasar tabung sehingga terbentuk sedimen. Gaya yang lebih tinggi yang dikenakan dalam waktu lebih lama akan mengakibatkan organel-organel yang lebih kecil dan lebih ringan mengendap. Organel-organel ini dapat diambil dan dipelajari secara kimia dan dengan mikroskop. Setelah dipusingkan selama dua jam dengan gaya 100.000 kali lebih basar daripada gravitasi, maka hampir seluruh organel yang dapat diidentifikasi pada sel itu akan dipaksa mengendap. Cairan (fluida) di atas sedimen (supernatan) mewakili apa yang tersisa dari sitoplasma setelah semua organelnya dikeluarkan. Maka inilah material yang di dalamnya biasanya tersuspensi organel-organel sitoplasma. Berbagai nama telah diberikan seperti “substansi dasar”, “hialoplsma”, “sitosol”, dan lain-lain. Sebagian besar adalah air yang di dalamnya terlarut banyak molekul kecil-kecil dan ion serta juga sejumlah besar protein. Sebenarnya, jumlah enzim yang teramat perlu bagi metabolisme sel terdapat di sini. Namun sebagian besar fungsi sitoplasma itu merupakan fungsi organel-organel yang terdapat di dalamnya.

B.    Pengertian Sitoplasma

Sitoplasma adalah cairan dalam  sel yang terletak antara membran plasma dan nukleus. Secara fisik, sitoplasma tebal, semitransparan, cairan elastik yang berisi partikel tersuspensi dan sedikit tubulus dan filamen yang membentuk sitoskleton. Sitoskleton berfungsi sebagai penyokong dan pemberi bentuk sel dan bertanggung jawab terhadap gerakan struktur-struktur sel, juga fagositosis. Secara kimia, 70-90% sitoplasma terdiri dari air dan komponen padatan (protein, karbohidrat, lipida, dan zat-zat anorganik).
Pada sel eukariota, sitoplasma adalah bagian non-nukleus dari protoplasma. Pada sitoplasma terdapat sitoskeleton, berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa cairan tempat organel melayang-layang di dalamnya. Sitosol mengisi ruang sel yang tidak ditempati organel dan vesikula dan menjadi tempat banyak reaksi biokimiawi serta perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti sel. Walaupun semua sel memiliki sitoplasma, setiap jaringan maupun spesies memiliki ciri-ciri yang jauh berbeda antara satu dengan yang lain.

C.    Organel Sel Sitoplasma
Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).

1.    Mitokondria adalah organel-organel lipoprotein dalam plasma sel, berbentuk butir, batang atau benang yang mempunyai daya memperbanyak sendiri, terdiri dari suatu selaput luar dan dalam yang mengandung fosfat dan beberapa enzim yang berfungsi di dalam pemberian makanan dan pernapasan sel.
2.    Plastida adalah badan organel yang terdapat dalam sitoplasma kebanyakan sel tumbuhan, dapat beberapa organel persediaan  atau organel fotosintesis (kloroplas).
3.    Vakuola merupakan ruangan di dalam sitoplasma yang berisi cairan yang isotonik dengan sitoplasma dan dikelilingi oleh satu selaput.
4.    Ribosom merupakan suatu dari sejumlah besar partikel nukleoprotein subsel yang tersusun atas RNA dan protein yang merupakan situs sintesis protein di dalam sel.
5.    Retikulum Endoplasma (RE) merupakan jalinan membran rangkap yang menyerupai jala, merambat ke seluruh bagian sitoplasma, yang membagi sitoplasma menjadi ruangan-ruangan atau saluran-saluran.
6.    Badan golgi merupakan benda berbentuk kantung pipih, terdapat pada sitoplasma tumbuhan atau hewan, terutama pada sel-sel sekresi, yang berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan kelebihan protein keluar dinding sel atau untuk mengangkut polisakarida untuk pembentukan dinding sel.
7.    Lisosom merupakan butir-butir berbentuk lonjong dalam sitoplasma sel hewan, banyak mengandung enzim penghidrolisis, berfungsi untuk menguraikan polisakarida, lemak, protein, dan asam nukleat, juga berperan dalam menghancurkan sel-sel mati dari jaringan yang rusak dan digantikan dengan sel-sel baru.
8.    Mikrofilamen, Seperti mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.
9.    Sentrosom(sentriol) merupakan struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (mitosis maupun meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
10.     Mikrotubulus, berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai “rangka sel”.
11.    Peroksisom (badan mikro), ukurannya sama seperti lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).

D.     Fungsi Sitoplasma
Beberapa fungsi sitoplasma antara lain:
1.    Sebagai medium terjadinya reaksi-reaksi kimia sel
2.    Sebagai penerima bahan-bahan dasar dari lingkungan eksternal dan mengubahnya menjadi bahan yang dapat digunakan sebagai energi.
3.    Sebagai tempat dimana zat baru disintesis untuk keperluan sel.
4.    Sumber bahan kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA yang membentuk koloid.
5.    Sebagai tempat menampung semua organel sel di luar nukleus.
6.     Dapat mengekalkan bentuk dan ketekalan sel.
7.    Sebagai  tempat simpanan bahan-bahan kimia yang sangat diperlukan untuk hidup, dan terlibat dalam tindak-tindak balas metabolisme yang penting seperti glikolisis anaerob dan sintesis protein.

E.     Komponen Utama Penyusun Sitoplasma
1.    Cairan seperti  gel (agar-agar atau jeli) yang disebut sitosol.
2.    Substansi simpanan dalam sitoplasma. Substansi ini bervariasi tergantung tipe sel nya. Sebagai contoh, sitoplasma sel hati mengandung simpanan molekul glikogen, sedangkan sitoplasma sel lemak mengandung tetesan lemak besar.
3.    Jaringan yang strukturnya seperti filamen (benang) dan serabut yang saling berhubungan. Jaringan benang dan serabut disebut sitoskleton.
4.    Organel-orgael sel.

F.    Sifat-Sifat Sitoplasma
Sitoplasma memiliki beberapa sifat antara lain:
1.    Efek Tyndal yaitu kemampuan matriks sitoplasma memantulkan cahaya.
2.    Gerak Brown yaitu gerak acak (zig-zag) partikel penyusun koloid.
3.    Gerak siklosis yaitu gerak matriks sitoplasma berupa arus melingkar.
4.    Memiliki tegangan permukaan.

G.    Matriks Sitoplasma
Matriks sitoplasma atau bahan dasar sitoplasma disebut sitosol. Sitoplasma dapat berubah dari fase sol ke gel dan sebaliknya. Matriks sitoplasma tersusun atas oksigen 62%, karbon 20%, hidrogen 10%, dan nitrogen 3% yang tersusun dalam senyawa organik dan anorganik. Unsur-unsur lain adalah: Ca 2,5%; P 1,14%; Cl 0,16%; S 0,14%; K 0,11%; Na 0,10%; Mg 0,07%; I 0,014%; Fe 0,10%; dan unsur-unsur lain dalam jumlah yang sangat kecil.
Kedua istilah matriks sitoplasma dan sitosol biasanya dipakai untuk menyebut komponen sitoplasma yang bukan organel yang mengisi ruang intrasel di antara organel dan inklusi. Bagian sitoplasma ini mengandung banyak protein terlarut, termasuk protein pembentuk organel dan enzim terlarut yang terlibat dalam metabolisme antara. Di dalam sitosol terdapat pula substrat dan produk banyak reaksi enzim berbeda. Unsur sitosol penting lainnya adalah molekul kecil dan ion-ion yang meningkatkan efissiensi reaksi metabolik tertentu dan ikut membentuk suasana intrasel yang unik.
Penampilan komponen yang dapat dikatakan tanpa ciri ini seperti yang terlihat dalam sajian, untuk mikroskop elektron yang dipulas dengan cara konvensional dan juga seringnya penggunaan istilah sitosol, cenderung memberi kesan bahwa komponen ini merupakan bagian cair sitoplasma dan tambahan lagi memberi kesan bahwa ia tidak berstruktur dan juga cair. Namun tidak cukup bukti untuk menyokong pandangan ini, khususnya pada tingkat molekular, dan sejumlah observasi sebenarnya bertentangan dengannya.
Enzim dapat dipertahankan pada posisi sesuai agar dapat menghasilkan substratnya secara efisien, meniru caranya enzim terorientasi dalam membran. Oleh karena itu terdapat alasan untuk percaya bahwa hampir semua unsur di dalam sitoplasma tidak secara leluasa dapat bergerak  dan bahwa matriks sitoplasma merupakan bahan supernatan (bahan yang mengapung di atas bahan cairan lain, seperti minyak di atas air) intrasel yang tidak berstruktur dan homogrn, terdiri atas molekul yang berdifusi bebas atau semata-mata bagian cair sitoplasma tempat tersuspensi organel-organel secara bebas, tidak dapat dipertahankan lagi.

H.    Stuktur-Stuktur dalam Matriks Sitoplasma
1.    Filamen
Terdapatnya struktur seperti benang dalam matriks sitoplasma yang tidak berbentuk telah diketahui pada beberapa jenis sel dengan mikroskop cahaya. Struktur ini disebut fibril yaitu dbedakan dari fibers yaitu istilah untuk struktur seperti benang yang lebih kasar, misalnya serat otot skelet. Serat-serat tampak dengan mata biasa atau pada pembesaran rendah, sedangkan fibril hanya dapat dilihat pada mikroskop cahaya dengan pembesaran yang tinggi. Istilah fibril tergantung pada mancam jenis sel diman fibril itu terletak misalnya, pada sel otot disebut miofibril (G. Mys=otot), pada sel-sel saraf yaitu neurofibril (G. Neuron=saraf) dan pada sel epitel tertentu yaitu tono fibril (G. Tonos=tegangan), karena diduga ini penting untuk tegangan sel sehingga bentuk seluler dipertahankan.
Dengan mikroskop elektron tampak bahwa fibril terdiri atas berkas-berkas elemen seperti benagng yang lebih halus yang disebut filamen. Saat ini filamen terutama dianggap membentuk sturktur dasar kontraktilitas. Kontraktilitas adalah sifat dasar protoplasma yang tercakup dalam fenomena penting seperti fagositosis, pinositosis, dan pergerakan amuboid. Pada kebanyakan sel filamen terdapat dalam zona ektoplasma yang sempit, dimana filamen berjalan dalam berkas yang sejajar atau membentuk jala-jala yang padat.
Seperti yang telah disebutkan, sel-sel otot adalah khusus untuk kontraksi dan berisi sejumlah besar filamen yang disebut miofilamen. Pada sel-sel otot bercorak, terdapat kedua jenis filamen, jenis pertama mempunyai diameter sekitar 5nm dan berisi protein aktin, jenis filamen lainnya lebih tebal sekitar 12nm dan berisi protein miosin. Filamen-filamen aktin dan miosin tersusun sejajar dan secara relatif dapat bergeser satu sama lain. Hal ini mengakibatkan pemendekan sel otot.
Fragmen meromiosin berat dapat mengikat ujung tempat spesifik pada filamen aktin. Karena itu filamen membentuk suatu sudut dengan filamen aktin dan jika suatu seri tempat ikatan ditempati oleh fragmen meromiosin berat didapat gambaran sangat khas seperti “ujung panah”. Filamen sitoplasma yang berisi aktin dapat diidentifikasi melalui perlakuan sajian dengan suatu larutan meromiosin berat. Dengan cara ini tampak bahwa mikrofilamen sitoplasma berisi aktin, diekstraksi dari sel-sel otot  dan jenis sel lainnya dan sam dalam sifat-sifat molekulnya. Selain itu, semua aktin mempunyai kemampuan untuk berpolimerisasi timbal balik di bawah keadaan yang sesuai dan berinteraksi dengan miosin. Seperti disebutkan, kontraksi mencakup sejumlah fenomena dalam sel fagositosis dan pinositosis, pergerakan amuboid, aliran sitoplasma dan mikrofilamen diduga merupakan dasar elemen dalam kontraksi jenis ini.
Filamen sedang terdiri atas macam-macam filamen dengan sifat biokimia dan fungsi yang bervariasi, dan istilah grup utama filamen-filamen ini bersama-sama berdasar pada diameter filamen, terletak di tengah-tengah di antara mikrofilamen dan miofilamen. Filamen sedang yang berbeda jenisnya terdiri atas yang berbeda berat molekul yang bervariasi yang kurang khas daripada aktin dan misin karena kesulitan melarutkan filamen sedang dalam bentuk aslinya. Berkas-berkas dibentuk oleh filamen sedang dengan mikroskop cahaya tampak sebagai fibril dalam sel epitel tertentu, misalnya tonofibril pada sel-sel tertentu, filamen sedang pada sel otot, neurofilamen pada sel saraf dan filamen glia pada sel-sel glia. Fungsinya terutama untuk menghasilkan bantuan mekanis sebagai komponen dari sejenis sitoskleton.
2.    Mikrotubulus
Yang disebut mikrotubulus juga terdapat tunggal dalam matriks sitoplasma semua sel-sel eukariota adalah penemuan yang lebih belakangan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa mikrotubulus yang terdapat tersebar adalah kurang stabil dan menghilang oleh fiksasi selama pendinginan atau dengan fisatif seperti osmium tetroksida. Mikrotubulus mempunyai diameter luar sekitar 25 nm dan pada potongan melintang tampak struktur seperti cincin dengan dinding yang padat elektrontebalnya sekitar 6 nm dan tengahnya lebih pucat. Dinding dibentuk dari sub unit globular dengan diameter 4 nm, mungkin tersusun dalam heliks filamen mentosa dengan sub unit tiap putaran heliks. Mikrotubulus mungik terdapat dimana-mana namu, mikrotubulus sering tampak tersebar di atas sentrosom, dimana mikrotubulus itu  mungkin berakhir pada satelit. Satelit merupakan struktur kecil yang padat yan terdapat yang berkaitan dengan sentriol . Selain itu, mikrotubulus adalah bagian khas sel-sel saraf, terutama dalam tonjolan panjang seperti benang yaitu akson dan disebut neurotubulus. Pada kebanyakan sel, mikrotubulus jumlahnya relatif sedikit pada interfase, tetapi berkaitan dengan pembelahan sel dibentuk sejumlah besar mikrotubulus yang menyusun aparatus kumparan. Mikrotubulus sitoplasma aisusun oleh sub-unit protein yang seragam mikrotubulusnya dari berbagai jenis sel. Istilah tubulin, yang digunakan untuk protein utama dalam silia dan flagel, sekarang secara umum digunakan juga untuk mikrotubulus sitoplasma. Tubulin adalah dimer dengan berat molekul sekitar 110.000. Seterusnya tubulin dapat dipisahkan menjadi dua monomer dengan berat molekul sekitar 55.000. Mikroutubulus didapat melalui polimerisasi dari sejumlah dimer bebas dan diduga bahwa ada keseimbangan dinamis antara tubulus polimerisasi dan tubulus yang tidak berpolimerisasi, sehingga pergeseran dalam tingkat polimerisasi mengakibatkan hilangnya atau terbentuknya mikrotubulus.
Dalam kaitan ini, sangat menarik bahwa alkaloid tanaman colchicine dan vinblastin dapat berikatan pada dimer tubulin, setelah itu tubulin tidak dapat berpolimerisasi menjadi mikrotubulus. Fungsi mikrotubulus sitoplasma telah jelas melalui percobaan mempergunakan colchicine dan vinblastin . Terpisah dari efek pada pembelahan sel, colchicine dapat mempengaruhi transport aksoplasma, yang merupakan dasar suatu dugaan bahwa neurotubulus tercakup dalam transport intraseluler dan untuk pergerakan organel dan inklusi. Akhirnya, mikrotubulus membantu mempertahankan bentuk sel dan merupakan bagian sitoskleton.

I.    Inklusi Sitoplasma
Inklusi dapat diartikan sebagai komponen-komponen sel yang dapat disimpan, yang mungkin disintesa oleh sel itu sendiri atau diambil dari sekitarnya dan sering berada dalam sel hanya untuk sementara. Istilah itu sekarang terutama digunakan untuk penyimpanan nutrisi dan pigmen-pigmen tertentu.
1.    Penyimpanan Nutrisi
Hanya karbohidrat dan lipid disimpan dalam bentuk inklusi pada sel-sel hewan, sedangkan protein terdapat dalam sel terikat dalam struktur protoplasma atau larut dalam matriks. Dari tempat penyimpanan yang penting ini, asam-asam amino dapat dilepaskan jika terdapat kekurangan nutrisi.
a.    Karbohidrat
Sel-sel hewan menyimpan krbohidrat dalam bentuk glikogen. Terutama sel-sel hati dan juga sel-sel otot menyimpan glikogen, tetapi sejumlah kecil glikogen terdapat di dalam sitoplasma kebanyakan sel-sel. Glikogen tidak terwarna dalam sajian histologik rutin, oleh karena itu pada sajian yang diwarnai misalnya dengan HE, tampak bentuknya tidak teratur, tampak ruang kecil yang kosong dalam sitoplasma yang berwarna merah muda. Namun glikogen dapat diamati dengan reaksi PAS atau dengan cara Best carmine, keduanya mewarnai glikogen menjadi merah.
Pada sajian mikroskop elektron yang diberi kontras sitrat timah, glikogen tampak sebagai partikel-partikel tidak beraturan yang padat dengan diameter sekitar 15-30 nm. Partikel-partikel ini mungkin membentuk penimbunan yang lebih besar seperti bunga mawar terutama dalam sel-sel hati.
b.    Lipid
Penyimpanan lipid terutama dalam bentuk trigliserida dalam sel-sel lemak yang merupakan komponen dasar jaringan lemak. Namun, sel jenis lainnya juga sering berisi timbunan lipid. Trigliserida merupakan cadangan energi, tetapi asam lemak dapat digunakan sebagai tambahan oleh sel untuk sintesa komponen struktur yang berisi lipid misalnya membran-membran.
Pada sajian histologik rutin, trigliserida terekstraksi oleh pelarut lipid dan berkaitan dengan tetesan lipid, vakuol kosong bentuknya bulat tampak dalam sitoplasma. Lemak dapat diamati pada sajian beku yang difiksasi dengan formalin, yang diwarnai dengan pewarnaan Sudan. Lemak juga dapat difiksasi dalam osmium, setelah itu lemak tampak sebagai tetesan bulat berwarna hitam, ukurannya bervariasi. Pada elektron mikrografi sajian yang difiksasi dengan osmium, lipid juga tampak sebagai tetesan bulat dengan bagian dalamnya hitam homogen.
2.    Pigmen-Pigmen
Istilah pigmen adalah zat yang mempunyai warna dalam keadaan alami. Jenis dan jumlah pigmen di dalam suatu jaringan menetukan warnanya. Pigmen didekan menjadi dua yaitu, pigem eksogen yaitu pigmen yang diambil oleh organisme dari lingkungannya. Pigmen endogen yaitu pigmen yang dibentuk dalam organisme dari komponene-komponen yang tidak berpigmen.
a.    Pigmen Eksogen
Pigmen eksogen yang terpenting adalah karoten dan debu arang.
1.    Karoten (L. Carota=wortel) adalah pigmen tanaman berwarana kuning dan merah. Karoten dalam wortel terutama kuning, sedangkan dalam tomat mempunyai warna lebih merah. Karoten larut dalam lemak dan setelah diambil ke dalam organisme, karoten ditimbun dalam jaringan lemak, yang menyebabkan jaringan lemak berwarna kuning. Kulit berwarna kuning karena penimbunan karoten dalam sel-sel lemak di dermis dan jaringan subkutan sama seperti dalam lapisan tanduk kulit. Warna kuning krim dan mentega karena karoten dari  sayuran dalam makanan.
2.    Debu arang, masuk ke dalam organisme melalui udar inspirasi dan selanjtnya diambil oleh sel fagosit dalam alveoli paru. Dari alveoli, debu arang dibawa oleh limf. Akibatnya paru dan nodus limfatikus yang berkaitan menjadi berpigmen lebih gelap dengan bertambahnya usia.
b.    Pigmen Endogen
Pigmen endogen yang terpenting adalah Hemoglobin, dan Lipofusin.
1.    Hemoglobin adalah pigmen yang berisi besi dari sel-sel darah merah, yang berperan untuk mengangkut oksigen. Lama hidup sel darah merah biasanya sekitar 120 hari. Setelah itu,  sel-sel ini difagosit oleh sel-sel tertentu dalam hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Dalam sel-sel ini, hemoglobin dipecahkan menjadi pigmen hemosiderin dan bilirubin.
a.    Pigmen hemosiderin, warnanya coklat kunig dan terdapat sebagai granula sitoplasma dalam sel-sel fagosit. Hemosiderin dapat diamati secara histokimia dengan reaksi pewarna untuk besi.
b.    Bilirubin, adalah pigmen kuning kemerahan yang setelah pembentukannya dalam sel-sel fagositik dengan cepat dilepaskan dari sel fagosit, karena itu secara biasa tidak ditemukan sebagai suatu inklusi pigmen. Pigmen ini disekresi oleh sel-sel hati ke dalam empedu.
2.    Lipofusin. Pigmen ini berwaran coklat keemasan dan terdapat sebagai kelompokkan kecil dalam berbagai sel, tetapi pigmen ini paling sering tampak di sel-sel otot jantung, sel-sel saraf, dan sel-sel hati. Lipofusin dapat berfluoresensi dengan membentuk waran coklat keemasan dengan cahaya ultraviolet dan terwarna sedang dengan pewarna lemak. Jumlah lipofusin dalam sel-sel meningkat dengan bertambahnya usia dan pigemen dianggap sebagai hasil akhir dari aktivitas lisosom. Sel tidak dapat menyikngkirkannya melalui eksositosis, karena itu pigmen tertimbun dengan bertambanhay umur dalam bentuk badan residu.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari mater sitoplasma ini, dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1.    Sitoplasma adalah cairan dalam  sel yang terletak antara membran plasma dan nukleus.
2.    Organel sel yang terdapat dalam sitoplasma terdiri dari, mitokondria, plastida, vakuola, ribosom, Retikulum Endoplasma, badan golgi, lisosom, sentrosom (sentriol), peroksisom, mikrotubulus, mikrofilamem.
3.    Salah satu fungsi sitoplasma yaitu sebagai sumber bahan kimia penting bagi sel karena di dalamnya terdapat senyawa-senyawa organik terlarut, ion-ion, gas, molekul kecil seperti garam, asam lemak, asam amino, nukleotida, molekul besar seperti protein, dan RNA yang membentuk koloid.
4.    Sifat-sifat sitoplasma antara lain, efek tyndal, gerak brown, gerak siklosis, memiliki tegangan.
5.    Matriks sitoplasma tersusun atas oksigen 62%, karbon 20%, hidrogen 10%, dan nitrogen 3% yang tersusun dalam senyawa organik dan anorganik. Unsur-unsur lain adalah: Ca 2,5%; P 1,14%; Cl 0,16%; S 0,14%; K 0,11%; Na 0,10%; Mg 0,07%; I 0,014%; Fe 0,10%; dan unsur-unsur lain dalam jumlah yang sangat kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arwin dan Tri Jalmo. 2002. Biologi Umum. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Cormack, David H. 1994. HAM Histologi Jilid I Edisi Kesembilan. Jakatra: Binarupa Aksara.
Geneser, Fin.1994. Buku Teks Histologi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kimbal, John W.1983. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.
Kusuma, Chandra. 1996.Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Fajar  Mulya.
Risqi, Ardian.2010.http://www.ardianrisqi.com/2010/08/struktur-sitoplasma.html. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2011. Pukul 10.00 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/sitoplasma. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2011. Pukul 10.20 WIB.
http://ms.wikipedia.org/wiki/sitoplasma. Diunduh pada tanggal 1 Maret 2011. Pada pukul 20.00 WIB
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0112%20Bio%203-1a.htm. Diunduh pada tanggal 1 Maret 2011. Pada pukul 20.15 WIB.

Makalah Sel Saraf Manusia

I.PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Susunan sel saraf pusat (SSP) manusia mengandung sekitar1011 (100 miliar) neuron. Juga terdapap sel-sel glia sebanyak 10-5- kali jumlah tersebut. Neuron, yang merupakan unit dasar sitem saraf merupakan evolusi dari sel-sel neuroefektor primitive yang berespons terhadap berbagai rab\ngsang dengan cara berkontraksi. Pada hewan yang lebih kompleks, kontraksi merupakan fungsi khusus sel-sel otot, sedangkan integrasi dan transmisi impuls saraf menjadi fungsikhusus neuron.
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi.
Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan.
Susunan saraf terutama dibentuk oleh jaringan yang memiliki sifat khusus yaitu dengan cepat dapat mengahatar rangsangan dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Sel khusus yang membentuk satuan susunan fungsional susunan saraf disebut neuron. Neuron yang ada di dalam otak dan medula spinalis ditunjang oleh jaringan ikat khusus disebut neuroglia. Jaringan saraf terdiri atas neuron dan neuroglia banyak mengandung pembuluh darah tetapi tidak ada pembuluh limf.
Susunan saraf manusia terdiri atas sangat banyak neuron yang secara khusus saling berhubungan.Dengan adanya hubungan inilah badan dapat mengetahui perubahan yang terjadi di lingkungannya atau di dalam tubuhnya sendiri, dan memberi respon yang sesuai terhadap perubahan ini, misalnya berupa gerakan atau mempengaruhi kerja organ tertentu dalam tubuh. Mekanisme beberapa fungsi yang relatif sederhana ini telah dipahami sebagai hasil penelitian yang dilakukan selama lebih dari satu abad. Tak dapat disangkal bahwa fungsi otak yang lebih tinggi seperti mengingat dan kecerdasan harus diterangkan pula berdasarkan hubungan-hubungan antar neuron ini, hingga kini masih sedikit yang diketahui mengenai mekanisme yang terkait dengan itu.Makalah ini membahas terbangkitnya neuron oleh rangsang, proses integrasi antara neuron serta penghantaran impuls pada neuron.

B.    Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1.    Mengetahui bagian-bagian sel
2.    Mengetahui pengertian potensial aksi
3.    Mengetahui mekanisme penghantaran impuls pada sel saraf

II. PEMBAHASAN
A.SEL SARAF ATAU NEURON

1.Struktur Neuron

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).

Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.

Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
1.Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2.Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3.Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

Struktur ganglion gabungan fari badan sel saraf
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

2.Variasi Struktur Neuron
Ukuran dan bentuk badan sel neuron sangat bervariasi, juga panjang cabang dan caranya bercabang. Diameter badan sel bervariasi dari 5 um pada neuron terkecil sampai 120 um pada yang palinng besar. Bentuk badan sel tergantung jumlah cabangnya.
a.Multipolar
Jenis neuron yang memiliki beberapa cabang dan badan selnya
b.Bipolar
Beberapa neuron yang hanya memiliki satu akson dan satu dendrit
c.Pseodonipolar
Jenis neuron yang hanya memiliki satu cabang yang segera bercabang dua, salah satu cabangnya adalah akson dan cabang lainnya berfungsi sebagai dindrit, tetapi strukturnya tak dapat dibedakan dari akson. Neuron ini bila dilihat dari strukturnya disebut unipolat  tetapi dari sudut fungsional disebutdipolar.

Selain adanya variasi bentuk dan ukuran, penampilan substansi Nissl dalam badan sel pun sangat bervariasi. Substansi Nissl pada beberapa neuron sangat mencolok dan membentuk kelompokan besar. Pada yang lain berupa granula halus dan tersebar merata didalam sitoplasma, dan pada neuron yang lain lagi berupa peralihan antara kedua jenis itu. Perbedaan ini berhubungan dengan fungsinya.
Panjang akso setelah meninggalkan badan sel neuron pun sangat bervariasi. Ada neuron yang memiliki akson pendek dan berakhir dekat badan selnya. Neuron lain memiliki akson yang meluas sampai jauh. Sangat jarang terdapat neuron tanpa akson sejati.
Seperti telah dijelaskan didepan akson dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya selubung, sehingga ada yang dikatakan bermielin dan lainnya tanpa mielin. Diameter akson pun bervariasi yang tampak pada potongan melintang.

A.    SINAPS

Susunan saraf memiliki banyak neuron yang saling berhubungan membentuk jaras konduksi fungsional (functional conducting pathway). Potensial aksi di neuron prasinaps menyebabkan pengeluaran neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor di neuron pascasinaps.

Impuls saraf dipindahkan dari neuron satu ke neuron lain pada tempat kontak yang secara morfologis dapat dikenali dan dikenal sebagai sinaps.Telah diketahui bahwa sinaps merupakan tempat pertemuan antara neuron.
Sinaps hanya menghantar impuls dalam satu arah. Kedua unsur yang membentuk sinaps dapat disebut sebagai pra-sinaps dan pascaca sinaps.  Sinaps dapat digolongkan berdasarkan posisinya pada neuron pasca-sinaps. Hanya jenis yang umum saja yang akan dibicarakan disini. Akson yang berakhir pada dendrit membenuk disebut sinaps aksoden-dritik. Beberapa diantaranya memiliki tonjolan-tonjolan kecil pada dendritnya yang disebut durt dendrik,dan tepat pada atau melingkupinya terdapat “end bulb” terminal akson. Ujung akson yang berakhir pasa badan sel neuron membentuk yang disebut sinaps aksosomatik.
Kurang lebih setengah permukaan total badan sel neuron dan hampir seluruh permukaan dendritnya dapat terlihat dalam kontak sinaptik dengan neuron lain. Akson yang berakhir pada akson lain membentuk apa yang disebut sinaps aksoaksonik. Sebuah akson hanya membentuk sinaps dengan akson lain pada tempat yang tidak bermielin. Hal ini terdapat pada segmen progsimal suatusuatu akson karena pada tempat ini akson itu tetap terbuka karena meilinisasi tidak dimulai pada akson hilok namun berjarak sedikit darinya.
Akson mungkin berakhir sebagai bulbas maka disebut bouton. Mungkin bagian ujung akson ini mengandung sejumlah pentol demikian yang masing-masingnya bersinaps dengan neuron penerima. Telah diketahui bahwa pada dendrit terdapat banyak duri. Ujung akson mungkin bersinapsdengan duri demikian atau dengan bagian licin diantara duri itu. Kadang-kadang ujung akson berakhir dengan bersinaps drngan ujung bouton akson lain membentuk apa yang disebut sinaps seri. Dalam keadaan tertentu beberapa neuron bersama membentuk sinaps kompleks. Daerah demikian mungkin dibungkus sel neuroglia membentuk glomerulus sinaps. Glomerulus demikian terdapat pada serebelum, bulbus olfaktori, korpus genikulata lateral, dan beberapa tempat lain.
Pada bagian bouton pra-sinaps terdapat banyak vesikel sinaps. Juga mitokondria, lisosom, dan mikrotubul. Juluran pasca-sinaps juga memperlihatkan bangunan bermembran dengan berbagai bentuk.
Sinaps dalam situasi berbeda juga sangat bervariasi bentuk umumnya, ukurannya, bentuk dan sifat vesikel sinaptik dan konvigurasi daerah sitoplasma padat pra-sinaps dan pasca-sinaps. Dilihat dari sudut fisiologi maka terdapat sinaps eksitatori atau inhibitori.

C.    POTENSIAL AKSI PADA SEL SARAF

1.Sintesis protein dan transport aksoplasmik

Sel-sel saraf merupakan sel sekretorik, tetapi berbeda dengan sel-sel sekretorik lain, zona sekretorik sel saraf umumnya ada diujung akson, jauh dari badan sel. Ribosom, kalaupun ada, terdapat sedikit diakson dan ujung saraf; semua protein penting disintesis di retikulum endoplasmik dan aparatus golgi badan sel, dan kemudian diangkut disepanjang aksonke tonjolan sinaptik melalui proses aliran aksoplasmik . dengan demikian, badan selmempertahankan integritas fungsional dan anatomi akson; bila akson dippotong, bagian distal dari pemotongan akan berdegenerasi (degenerasi wallerian). transport cepat berlangsung dengan kecepatankurang lebih 400mm/h, dan transport lambat berlangsung kurang lebihpada kecepatan 0,5-10 mm/h. transport retograd dengan arah yang berlawanan juga terjadi disepanjang mikrotubulus dengan kecepatan kira-kira 200 mm/h. Vesikel sinaptik mengalami daur ulang di membran sel, tetapi sebagian vesikel yang telah terpakai dibawa kembali ke badan sel dan disimpan dilisosom. Sebagian material yang diambil diujung-ujung saraf melalui proses endositosis, termasuk faktor pertumbuhan saraf dan berbagai virus, juga diangkut kembali ke badan sel.

2.Potensial Aksi
Dalam fisiologi , sebuah potensial aksi adalah tahan short event di mana listrik potensial membran dari sel dengan cepat naik dan turun, mengikuti lintasan konsisten. Aksi potensi terjadi pada beberapa jenis sel-sel hewan , disebut sel meluap perasaannya , yang meliputi neuron , sel-sel otot , dan endokrin sel, serta dalam beberapa sel tumbuhan . Dalam neuron, mereka memainkan peran sentral dalam sel-komunikasi-sel. Dalam jenis sel, fungsi utama mereka adalah untuk mengaktifkan proses intraseluler. Pada sel otot, misalnya, potensial aksi adalah langkah pertama dalam rantai peristiwa yang menyebabkan kontraksi. Dalam sel-sel beta dari pankreas , mereka memprovokasi pelepasan insulin.Aksi potensi di neuron yang juga dikenal sebagai “impuls saraf” atau “paku”, dan urutan temporal potensial aksi yang dihasilkan oleh neuron ini disebut kereta yang spike ” “. Sebuah neuron yang memancarkan suatu potensial aksi sering dikatakan “api”.
potensi Aksi dihasilkan oleh jenis khusus dari gated ion channel-tegangan tertanam dalam sel membran plasma . Saluran ini tertutup ketika potensial membran dekat potensial istirahat sel, tetapi mereka dengan cepat mulai terbuka jika potensial membran meningkat ke nilai ambang didefinisikan secara tegas. Ketika saluran terbuka, mereka mengijinkan arus batin natrium ion, yang mengubah gradien elektrokimia, yang pada gilirannya menghasilkan peningkatan lebih lanjut dalam potensial membran. Hal ini kemudian menyebabkan lebih banyak saluran untuk membuka, menghasilkan arus listrik yang lebih besar, dan sebagainya. Proses Hasil eksplosif sampai semua saluran ion yang tersedia adalah terbuka, mengakibatkan kenaikan besar dalam potensial membran. Cepat masuknya ion natrium menyebabkan polaritas membran plasma untuk membalikkan, dan saluran ion kemudian cepat menginaktivasi. Sebagai saluran natrium dekat, ion natrium tidak dapat lagi memasuki neuron, dan mereka secara aktif diangkut keluar dari membran plasma. Kalium saluran kemudian diaktifkan, dan ada sebuah arus luar ion kalium, gradien elektrokimia mengembalikan ke keadaan istirahat . Setelah potensial aksi telah terjadi, ada pergeseran negatif sementara, yang disebut afterhyperpolarization periode refraktori atau, karena arus kalium tambahan. Ini adalah mekanisme yang mencegah potensi tindakan perjalanan kembali cara baru saja datang.
Pada sel hewan, ada dua jenis utama potensial aksi, salah satu jenis yang dihasilkan oleh saluran-gated sodium tegangan, yang lainnya dengan tegangan-gated calcium channel. potensial aksi Sodium berbasis biasanya berlangsung kurang dari satu milidetik, sedangkan potensial aksi berbasis kalsium dapat berlangsung selama 100 milidetik atau lebih. Dalam beberapa jenis neuron, paku kalsium lambat memberikan kekuatan pendorong untuk ledakan yang panjang paku natrium cepat-dipancarkan. Pada sel otot jantung, di sisi lain, sebuah spike cepat awal natrium memberikan “primer” untuk memprovokasi terjadinya lonjakan cepat kalsium, yang kemudian menghasilkan kontraksi otot.

3.Potensial Membran Istirahat
Bila dua elektroda dihubungkan dengan suatu OSK melalui amplifier yang sesuai, dan diletakkan di permukaan suatu akson tunggal. Tidak terjadi perbedaan potensial. Tetapi bila satu elektroda dimasukkan ke dalam sel, tampak perubahan potensial yang menetap, dengan bagian dalam relatif negatif terhadap bagian luar sel dalam keadaan istirahat. Potensial membran istirahat ini ditemukan pada hampir semua sel.

4.Masa Laten
Bila akson dirangsang dan terjadi rambatan impuls, tampak serangkaian perubahan potensial yang khas yang dikenal sebagai potensial aksi, saat impuls berjalan melewati  elektroda eksternal. Saat rangsang diberikan, terjadi penyimpangan (defleksi) garis dasar yamh singkat dan tidak teratur, itulah artefak rangsang. Artefak ini timbul karena adanya kebocoran arus dari elektroda perangsang ke elektroda perekam. Hal ini biasanya terjadi sekalipun telah dilindungi dengan hati-hati, tetapi sangat berarti karena memberi tanda pada layar sinar katoda pada saat rangsang diberikan.
Artefak rangsang tersebut disusun oleh interval isopotensial (masa laten) yang berlangsung sampai saat mulainya potensial aksi. Masa laten ini sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh impuls untuk bergerak sepanjang akson dari tempat perangsangan ke elektroda perekam. Lamanya sebanding dengan jarak antara elektroda perangsang dan elektroda perekam,dan berbanding terbalik dengankecepatan hantar. Bila diketahui lama masa laten dan jarak antara kedua elektroda, kecepatan akson dapat dihitung.

5.Potensial Elektronika, Respons Setempat dan Ambang Letup
Meskipun rangsang bawah ambang tidak menghasilkan potensial aksi, tetapi rangsang bawah ambang menimbulkan efek pada potensial membran. Hal ini dapat diperlihatkan dengan menempatkan elektroda perekam pada jarak beberapa milimeter di dalam elektroda perangsang dan memberikan rangsang bahwa ambang selama waktu tertentu. Pemberian rangsang listrik seperti itu melalui katoda menimbulkan potensial depolarisasi setempat yang meningkat dengan tajam dan menurun seiring dengan waktu. Besarnya respon depolarisasi ini menurun dengan cepat dengan semakin jauhnya jarak antara elektroda-elektroda perangsang dengan elektroda perekam. Sebaliknya, rangsang listrik anoda menghasilkan potensial hiperpolarisasi dengan durasi yang sama.Perubahan-perubahan potensial seperti itu dinamakan  potensial elektronik, potensial yang terbentuk di katoda dinamakan katelektrotonik dan yang dihasilkan di anoda dinamakan anelektrotonik. Potensial elektronik adalah perubahan-perubahan pasif pada polarisasi membran yang disebabkan oleh penambahan atau oengurangan muatan listrik ole elektroda tertentu. Pada kuat rangsang yang rendah, yang menghasilkan depolarisasi atau hiper-polarisasi sampai sekitat 7 mV, amplitudonya sebanding dengan kuat rangsang. Pada rangsang yang lebih kuat, hubungan proporsional ini tetap sama dengan peristiwa anelektrotonik, tetapi tidak demikian halnya dengan respon yang terjadi di daerah katoda, respon didaerah katoda lebih besar dari yang diperkirakan sehubungan dengan kuat rangsang yang diberikan. Akhirnya, bila rangsang katoda lebih besar untuk menghasilkan depolarisasi sebesar kurang lebih 15 mV,yaitu pada potensial sebesar -55 mV, potensial membran tiba-tiba  turun dengan cepat dan terbangkit potensial aksi yang merambat. Respon yang lebih besar yang tidak propesional di daerah katoda terhadap ransang yang cukup kuat untuk menghasilkan depolarisasi sebesar 7-15 mV terjadi bila salutan Na+ bergerbang voltase (voltage-gated Na+ channels) mulai terbuka dan respon yang terjadi dinamakan respons setempat. Titik tempat mulainya potensial aksi terbangkit dinamakan ambang letup. Dengan demikian, arus katoda yang menghasilkan depolarisasi sampai 7 mV, hanya mempunyai pengaruh pasif terhadap membran sebagai akibat dari penambahan muatan listrih negatif. Arus yang menghasilkan depolasisasi 7-15 mV juga sedikit berkontribusi aktif terhadap proses depolarisasi. Meskipun demikian, daya repolarisasi masih lebih kuat dari pada daya depolarisasi, dan dengan demikian , potensial listrik semakin menurun. Pada potensial depolarisasi sebesar 15mV, daya depolarisasi cukup kuat untuk mengatasi proses repolarisasi, maka terjadilah potensial aksi.
Perangsangan biasanya terjadi di katoda, karena rangsang katoda menimbulkan depolarisasi. Arus anoda, dengan menjauhkan potensial membran dari ambang letup, menghambat pembentukan impuls. Meskipun demikian, berakhirnya arus anoda dapat menimbulkan kaduk julang (overshoot) depolarisasi pada potensial membran. Efek lepas-hambatan ini kadang-kadang cukup besar dengan demikian menyebabkan potensial aksi saraf terbangkit di saat berakhirnya rangsang anoda. Proses depolarisasi dan repolarisasi:
•  Depolarisasi (kemajuan)
•    Jika neuron menerima stimulasi yang cukup untuk mencapai ambang membran, berturut-turut Na gerbang sepanjang seluruh membran neuron akan terbuka
•    Pembukaan gerbang ion Na Na memungkinkan untuk pindah ke neuron
•    Pergerakan ion Na ke neruon penyebab potensial membran berubah dari-70mV ke +40 mV
•    Sebagai potensial membran menjadi lebih positif, Na gerbang mulai menutup. Pada akhir depolarisasi, gerbang Na adalah semua yang ditutup
•  Repolarisasi (Down-swing)
•    Pada akhir fase depolarisasi, K gerbang mulai terbuka, sehingga K untuk meninggalkan neuron
•    K gerbang ini diaktifkan sebesar nilai + ve potensi membran sekitar +40 mV
•    Gerakan keluar ion K dari neuron menghasilkan perubahan potensial membran sehingga potensi menjadi lebih-ve
•    Setelah repolarisasi, gerbang K dekat perlahan-lahan
•    Selama konduksi impuls saraf, setiap bagian berurutan dari membran neuron akan menjalani potensial aksi yang terdiri dari depolarisasi diikuti oleh repolarisasi
•    Jadi impuls saraf adalah gerakan potensial aksi di sepanjang membran sel neuron

III. PENUTUP

A.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi potensial aksi pada sel saraf ini sebagai berikut:
1.  Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).
2.  Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
3.  Potensial aksi adalah tahan short event di mana listrik potensial membran dari sel dengan cepat naik dan turun, mengikuti lintasan konsisten.
4. Perubahan-perubahan potensial seperti itu dinamakan  potensial elektronik, potensial yang terbentuk di katoda dinamakan katelektrotonik dan yang dihasilkan di anoda dinamakan anelektrotonik.

B.Saran
Karena neuron merupakan unit dasar sitem saraf merupakan evolusi dari sel-sel neuroefektor primitive yang berespons terhadap berbagai rab\ngsang dengan cara berkontraksi, dan pada hewan yang lebih kompleks, kontraksi merupakan fungsi khusus sel-sel otot, sedangkan integrasi dan transmisi impuls saraf menjadi fungsikhusus neuron, maka seharusnya kita menjaga neuron, salah satu caranya yaitu dengan menkonsumsi makanan-makanan yang mengandung nilai gizi bagi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong,William F.2003.BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN.Jakarta:
EEC
Geneser, Fin.1994.BUKU TER HISTOLOGI.Jakarta: Binarupa Aksara
Kimball, John.W.1996.BIOLOGI.Jakarta: Erlangga
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.slide
share.net/mrskennedy/nerve-impulse. 2 Maret 2011.11.00 ama

Plastida

1.1    Latar Belakang
Dapat kita ketahui bahwa sel merupakan kesatuan dasar sruktural dan fungsional makhluk hidup. Sebagai kesatuan struktural berarti makhluk hidup terdiri atas sel-sel. Makhluk hidup yang terdiri atas satu sel disebut makhluk hidup bersel tunggal (uniseluler = monoseluler) dan makhluk hidup yang terdiri dari banyak sel disebut makhluk hidup multiseluler. Sel sebagai unit fungsional berarti seluruh fungsi kehidupan atau aktivitas kehidupan (proses metabolisme, reproduksi, iritabilitas, digestivus, ekskresi dan lainnya) pada makhluk hidup bersel tunggal dan bersel banyak berlangsung di dalam tubuh yang dilakukan oleh sel. Sel di bagi menjadi dua yaitu sel prokariotik dan eukariotik. Salah satu contoh sel eukariotik adalah plastida.
Plastida adalah organel yang dapat ditemukan pada semua sel eukariotik. Fungsi plastida bervariasi, tergantung pada jenisnya.
Plastida merupakan organel yang amat dinamis dan mampu membelah, tumbuh dan berdeferensiasi menjadi berbagai bentuk. Pada sel muda tumbuhan tinggi, plastida biasanya tak berwarna dan disebut leukoplas atau proplastida. Pada daun, plastida berwarna hijau dan disebut kroroplas, serta pada buah masak kadang-kadang kuning atau merah, disebut kromoplas.
Plastida berfungsi untuk fotosintesis, dan juga untuk sintesis asam lemak dan terpen yang diperlukan untuk pertumbuhan sel tumbuhan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis tentang “plastida”.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.    Memahami sejarah penemuan sel
2.    Memahami teori sel
3.    Memahami tentang sel prokariotik dan eukariotik
4.    Mengetahui pengertian plastida
5.    Mengetahui fungsi-fungsi plastida
6.    Mengetahui tipe-tipe utama plastida
7.    Mengetahui kebakaan plastida
8.    Mengetahui struktur dan perkembangan kloroplas
9.    Mengetahui  peranan plastida pada proses fotosintesis

II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penemuan Sel
Sel adalah unit terkecil dalam organisme hidup, baik dalam dunia tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Sel terdiri atas protoplasma, yaitu, isi sel yang terbungkus oleh suatu membran atau selaput sel. Evolusi sains seringkali berada sejajar dengan penemuan peralatan yang memperluas indera manusia untuk bisa memasuki batas-batas baru. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke tujuh belas. Sehingga mikroskop sejak awal tidak dapat dipisahkan dengan sejarah penemuan sel, yang dijelaskan sebagai berikut:
• Galileo Galilei (Awal Abad 17) dengan alat dua lensa menggambarkan struktur tipis dari mata serangga. Galilei sebenarnya bukan seorang biologiwan pertama yang mencatat hasil pengamatan biologi melalui mikroskop.
• Robert Hook (1635-1703) melihat gambaran satu sayatan tipis gabus suatu kompertemen atau ruang-ruang disebut dengan nama Latin cellulae (ruangan kecil), asal mula nama sel.
• Anton van Leeuwenhoek (24 Oktober 1632 – 26 Agustus 1723), menggunakan lensa-lensa untk melihat beragam spermatozoa, bakteri dan protista.
• Robert Brown (1733-1858) pada tahun 1`820 merancang lensa yang dapat lebih fokus untuk mengamati sel. Titik buram yang selalu ada pada sel telur, sel polen, sel dari jaringan anggrek yang sedang tumbuh. Titik buram disebut sebagai nukleus.
• Matias Jacob Schleiden pada tahun 1838 berpendapat bahwa ada hubungan yang erat antara nukleus dan perkembangan sel.
• Teodor Schwan (1810-18830): Sel adalah bagian dari organisme.

2.2 Teori Sel

Rudolf Virchow (1821-1902) seorang ahli fisiologi menyatakan bahwa sel membelah menjadi dua sel. Sel berasal dar sel yang sudah ada.
Analis mikroskopis pada pertengahan abad 19 membuktikan bahwa sel adalah unit terkecil kehidupan yang berlangsung terus menerus berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal. Konsep-konsep tersebut menjadi teori sel:
1.    Semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel
2.     Sel adalah unit terkecil yang memiliki semua persyaratan hidup
3.     Keberlangsungan kehidupan secara langsung berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel.

2.3  Sel Prokariotik dan Eukariotik
Sel ialah satu unit kehidupan. Semua benda hidup baik hewan atau tumbuhan disusun oleh sel. Sel-sel ini berkumpul dan bergabung dengan adanya bahan antara sel diantaranya untuk membentuk jaringan seperti otot, tulang rawan dan saraf. Dalam keadaan tertentu beberapa jaringan bergabung dan membina organ seperti kelenjar, pembuluh darah, kulit dal lain-lain.
Di alam inikita dapat membagi sel ke dalam dua kelompok, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Istilah prokariotik, dibangun dari kata pro dan karyon. Pro, artinya sebelum dan kryon, artinya inti. Jadi sel prokariotiiik artiya ”sebelum inti”. Ini mengandung pengertian bahwa sel prokariotik bukannya tanpa inti, melainkan memiliki materi genetik yang tersebar di dalam sitplasmanya. Eukariot dibangun dari kata Eu da Karyon. Eu, berarti sungguh dan karyon berarti inti. Jadi sel eukariotik adalah sel-sel yang telah memiliki inti sel, atau sel yang memiliki materi inti yang terorganisasi dalam suatu selaput, sehingga inti selnya tampak jelas. Telah diketahui bahwa semua organisme hidup di bumi sekarang berasal dari sel tunggal yang lahir 3.500 berjuta-juta tahun yang lalu. Sel purba ini digambarkan dengan suatu selaput di sebelah luar, salah satu peristiwa yang rumit yang memimpin penetapan hidup di atas bumi. Molekul organik sederhana tersebut mungkin telah diproduksi dalam kondisi-kondisi yang memungkinkannya hidup dan lestari di bumi dalam status awal hidpunya (kira-kira selama milyaran tahun pertamanya).
• Sel Prokariot
Yang termasuk di dalam golongan sel-sel prokariotik adalah bakteri dan ganggang hijau-biru atau Cyanobacteria. Struktur sel bakteri dapat di lihat pada gambar berikut:

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat di bagian dalam membran plasma terdapat sitoplasma, ribosom dan nukleoid. Sitoplasma dapat mengandung vakuola, vesikel (vakuola kecil) dan menyimpa cadangan gula komplek atau bahan-bahan organik. Ribosom terdapat bebas di dalam sitoplasma dan tempat terjadinya sintesis protein.

• Sel Eukariot
Sel-sel eukariotik memiliki struktur yang lebih maju dari pada sel-sel prokariotik. Sel pada umumnya terlihat sebagai massa yang jenih dengan bentuk yang tidak teratur, dibatasi oleh suatu selaput dan ditengah-tengahnya tedapat bangunan yang lebih pucat yang bentuknya bulat, disebut nukleus atau inti sel. Jadi secara umum sel itu dibina oleh selaput atau membran sel, plasma sel, dan inti sel. Di bawah dapat dilihat struktur sel eukariotik (selhewan dan sel tumbuhan):

Sel eukariot terdiri dari:
A . Membran Sel
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dengan sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yan luar biasa ini tebalnya kira-kira 8 nm. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengan mudah daripada substansi lainnya.
Berikut dapat dilihat struktur dari membran plasma:
Secara umum, fungsi membran plasma adalah sebagai berikut :
1. Mengatur transport zat
2.Melindungi sitoplasma dan isi sel
3.Terdapat protein integral untuk transport aktif
4. Terdapat protein perifer untuk menangkap zat yang dibutuhkan
B.Sitoplasma
Sitoplasma disebut juga plasma sel. Istilah ini digunakan untuk memberikan nama dari cairan sel dan segala sesuatu yang terlarut di dalamnya, untuk membedakan cairan yang berada dalam inti sel, yaitu nukleoplasma. Sitoplasma berada dalam sistem koloid kompleks, sebagian besar adalah air yang di dalamnya terlarut molekul- molekul kecil maupun besar (makromolekul), ion-ion, dan bahan hidup atau organel-organel. Organel-organel yang terdapat dalam sitoplasma antara lain:
a) Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma berupa sistem membran yang sangat luas di dalam sel, berupa saluran-saluran dan tabung pipih. Ruang yang terkurung itu mungkin saling berhubungan Retikulum endoplasma ada dua jenis, yaitu:
-RE kasar atau bergranula
-RE halus atau tak bergranula
RE kasar kerana terdapat unit-unit ribosom pada permukaan external membrannya. RE halus tidak mempunyai ribosom pada permukaannya. RE licin banyak terdapat dalam sel-sel hepar dan kelenjar adrenal.
b)Ribosom
Ribosom merupakan struktur yang paling kecil yang tersuspensi di dalam sitoplasmanya. Bentuknya agak bulat, dengan diameter kurang lebih 250 A. Fungsi ribosom adalah sebagai tempat sintesis protein. Di bawah mikroskop elektron, tampak bahwa ribosom terdiri dari dua bagian, yang satu leih besar dari yang lain:
c)Badan Golgi
Badan Golgi terbentuk oleh susunan lempengan kantong-kantong yang khas dikelilingi membran. Lempengan kantong ini disebut sisterna. Dalam sel tumbuhan, badan Golgi terdiri atas susunan dari beberapa sisterna. Pada penghujung kantong terdapat kantong-kantong bulat kecil atau vesikula yang menempel dan yang seolaholah terjentik dari ujung kantong yang berukuran lebih besar.Badan Golgi sebagai organel sel eukariotik mempunyai fungsi yang beragam, antara lain:
- Mengemas bahan-bahan sekresi yang akan dibebas-kan dari sel,
- Memproses protein-protein yang telah disintesa oleh ribosom dari retikulum endoplasma,
-Mensintesa polisakarida tertentu dan glycolipids,
-Memilih protein untuk berbagai lokasi di dalam sel,
- Memperbanyak elemen membran yang baru bagi membran plasma, dan
- Memproses kembali komponen-komponen membran plasma yang telah memasuki sitosol selama endositosis. Badan golgi berperan dalam banyak proses selular yang berbeda tetapi yang utama adalah dalam hal sekresi.
d)Mitokondria
Mitokondria berbentuk lonjong atau oval, berdiameter kurang lebih 0,2 µm. Mitokndra memiliki membran rangkap, membran dalam membentuk lipata-lipatan yang dinamakan krista. Di dalam sel jumanya banya sekali, terutama pada sel-se yang giat bekerja seperti hat, ginjal, dan sel-sel otot. Fungsi utama dari mitokondria adalah sebagai tempat respirasi sel atau sebagai pembangkit energi.
e)Lisosom
Lisosom adalah struktur-struktur kecil, berbentuk agak bulat dan bermembran. Ia merupakan organel sitoplasma yang mengandung berbagai jenis enzim hidrolisis. Dapat dibedakan atas lisosom primer dan lisosom sekunder. Lisosom hanya ditemukan pada sel hewan saja.
f)Kloroplas
Kloroplas hanya terdapat pada tumbuhan dan ganggang tertentu. Kloroplas dibatasi oleh membran rangkap, di dalamnya terdapat cairan atau matriks fluid yang disebut stroma.

g)Peroksisom
Peroksisom merupakan ruangan metabolisme khusus yang dilingkupi oleh membran tunggal (gambar). Peroksisom mengandung enzim yang mentransfer hidrogen dari berbagai substrat ke oksigen, yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai produk samping, dari sinilah organel tersebut mengambil namanya. Peroksisom berbentuk agak bulat dan sering memiliki inti butiran atau kristal yang mungkin saja kumpulan banyak enzim. Peroksisom ini berada dalam sel daun.
h)Vakuola
Vakuola dan vesikula merupakan kantung terikat membran di dalam sel, tetapi vakuola lebih besar daripada vesikula. Vakuola sentral biasanya merupakan ruangan terbesar di dalam sel tumbuhan, yang meliput 80% atau lebih dari sel dewasanya. Vakuola sel tumbuhan merupakan ruangan yang serbaguna. Vakuola ini merupakan tempat menyimpan senyawa organik, seperti protein yang ditumpuk dalam vakuoa sel penyimpanan dalam benih. Vakuola ini juga ,erupakan tempat penimbunan ion anorganik yang utama dari sel tumbuhan, seperti kalium dan klorida.

c. Inti Sel
Nukleus merupakan organel yang paling penting bagi sel. Ada sel yang mempunyai dua nukleus seperti sel otot jantung dan ada multinukleus seperti sel otot rangka. Dari segi morfologi, nukleus terdiri atas:
- membran nukleus
- kromatin
- nukleolus
- nukleoplasma
Inti sel berbentuk bulat atau lonjong, dibatasi oleh membran rangkap. Fungsi inti sel adalah sebagai pusat aktivitas sel dan sebagai pengatur pewarisan sifat-sifat keturunan (kromosom).

Perbedaan sel prikariotik dan eukariotik

2.4 Pengertian Plastida
Plastida merupakan organel yang amat dinamis dan mampu membelah, tumbuh dan berdeferensiasi menjadi berbagai bentuk. Pada sel muda tumbuhan tinggi, plastida biasanya tak berwarna dan disebut leukoplas atau proplastida. Pada daun, plastida berwarna hijau dan disebut kroroplas, serta pada buah masak kadang-kadang kuning atau merah, disebut kromoplas. Pada sel yang tidak menjadi hijau, seperti sel epidermis atau sel rambut tangkai sari (misalnya pada Rhoeo discolor), plastida tetap tak berwarna, disebut leukoplas (dalam arti sempit). Leukoplas juga terdapat pada jaringan yang tak terdedah pada cahaya. Pada jaringan semacam ini seperti pada umbi, leukoplas membentuk butir pati yang disebut amiloplas. Statolit adalah amiloplas khusus dalam tudung akar dan pada buku beberapa batang muda, serta terlibat dalam gaya berat. Leukoplas membentuk minyak atau lemak, dan disebut elaloplas, misalnya pada epidermis daun Vanilla.

2.5 Fungsi Plastida
Plastida berfungsi untuk fotosintesis, dan juga untuk sintesis asam lemak dan terpen yang diperlukan untuk pertumbuhan sel tumbuhan. Tergantung pada fungsi dan morfologinya, plastida biasanya diklasifikasikan menjadi kloroplas, leukoplas (termaduk amiloplas dan elaioplas), atau kromoplas. Plastid merupakan derivat dari proplastid, yang dibentuk pada bagian meristematik tumbuhan.
Pada tumbuhan, plastida dibedakan kedalam beberapa bentuk, tergantung fungsinya dalam sel. Plastida yang belum teriferensiasi akan berkembang menjadi:
Amiloplas : untuk menyimpan cairan
Kloroplas : untuk fotosintesis
Etioplas : kloroplas yang belum terkena cahaya
Elaioplas : untuk menyimpan lemak
Kromoplas : untuk sintesis dan menyimpan pigmen
Leukoplas : untuk mensistesis monoterpen
Setiap plastid berisi berbagai kopi plastid gen pada lingkar 75-250 kb. Gen plastid berisi kurang lebih 100 gen yang mengkode rRNAs dan tRNAs.

2.6 Tipe-tipe Utama Plastida
a. Kloroplas
Kloroplas, adalah plastida yang menghasilkan warna hijau daun, disebut klorofil.
Kloroplas adalah plastida yang mengandung  klorofil, karotenoid dan pigmen fotosintesis lain
Macam-macam klorofil adalah sebagai berikut :
- klorofil a: menghasilkan warna hijau biru
- klorofil b: menghasilkan warna hijau kekuningan
- klorofil c: menghasilkan warna hijau coklat
- klorofil d: menghasilkan warna hijau merah
Selubung kloroplas terdiri atas dua membran. Dalam kloroplas terdapat sistem membran lain berupa kantong-kantong pipih yang disebut Tilakoid. Tilakoid tersusun bertumpuk membentuk struktur yang disebut grana (jamak granum). Di dalam tilakoid inilah terdapat pigmen fotosintesis yaitu klorofil dan karoten. Ruangan di antara grana disebut stroma.
Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Di dalam tilakoid pigmen klorofil berperan dalam penangkapan energi sinar yang akan diubah menjadi energi kimia melalui suatu proses yang disebut reaksi terang. Reaksi selanjutnya adalah reaksi gelap yaitu proses pembentukan glukosa. Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma dengan menggunakan energi kimia hasil reaksi terang.

Kloroplas pada umumnya berbentuk seperti lensa, biasanya berukuran 4-6 µm. Di dalam kloroplas terdapat zat hijau daun atau klorofil, dan sedikitnya dua zat warna kuning atau merah, atau kelompok zat warna (karotenoid): satu macam karoten atau lebih (C40H56) dan xantofil (C40H56O2). Kloroplas berfungsi dalam fotosintesis dan pada kebanyakan tumbuhan berfungsi pula dalam pembentukan pati dari karbohidrat terlarut hasil fotosintesis, serta melarutkannya kembali.
Kloroplas merupakan plastida berwarna hijau. Kloroplas yang berkembang dalam batang dan sel daun mengandung pigmen hijau yang dalam fotositesis menyerap tenaga matahari untuk mengubah karbon dioksida menjadi gula, yakni sumber energi kimia dan makanan bagi tetumbuhan.

Kloroplas memperbanyak diri dengan memisahkan diri secara bebas dari pembelahan inti sel. Plastida ini berfungsi menghasilkan klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Kandungan kimiawi kloroplas adalah protein, fosfolipid, pigmen hijau dan kuning, DNA dan RNA.

Gambar kloroplas

Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa pada bagian dalam stroma terdapat struktur yang membran yang dinamakan tilakoid. Tumpukan tilakoid disebut granum. Bagian dalam tilakoid disebut lokulus. Tilakoid yang menghubungkan antar grana disebut fret. Di dalam membran tilakoidterdapat enzim-enzim untuk kelengkapan reaksi terang fotsintesis, dan di sinilah terdapatnya lorofil. Jadi fungsi tilakoid adalah sebagai tempat berlangsungnya reaksi terang fotosintesis. Sedangkan pada stroma terdapat enzim-enzim yang sangat penting untuk reduksi CO2 menjadi kabohidrat. Jadi fungsi stroma adalah tempat berlangsungya reaksi gelap fotosintesis.
b. Kromoplas
Warna kuning, merah, atau merah bata pada kromoplas disebabkan oleh kandungan karotenoidnya. Kromoplas sering kali berasal dari kloroplas, namun dapat pula berasal dari proplastida. Yang penting dalam diferensiasi kromoplas adalah sintesis dan penempatan pigmen karotenoid seperti karotenoid (pada wortel, Daucus) atau likopen (pada tomat. Lycopersicon). Perkembangan pigmen berkaitan dengan modifikasi, bahkan perombakan sama sekali, tilakoid. Dalam proses itu, globula (gelembung) lipid bertambah banyak. Dalam beberapa kromoplas, pigmen disimpan dalam globula (cabe kuning, jeruk). Pada kromoplas lain, pigmen berkumpul dalam fibril protein yang berjumlah banyak (cabe merah). Bentuk ketiga dari pigmen adalah bentuk kristaloid. Pada tomat merah, perkembangan likopen berbentuk kristal berkaitan dengan membran tilakoid. Beberapa krislal menjadi amat panjang dan tilakoid memanjang, sementara likopera dibentuk. Kristaloid karoten dalam akar wortel dibentuk sewaktu struktur dalam plastida rusak dan tetap berhubungan dengan  selubung lipoprotein. Kromoplas tidak memiliki klorofil. Kromoplas sering berasal dari kloroplas, seperti pada kulit buah jeruk yang berubah dari hijau menjadi merah kuning. Keadaan sebaliknya dapat pula terjadi, seperti kromoplas pada akar wortel yang terbukti mampu berdeferensiasi menjadi kloroplas. Pigmen karoten hilang dan tilakoid yang membentuk klorofil dapat berkembang dalam plastida.
Kloromoplas memberi warna pada berbagai bagian alat tumbuhan. Namun, tidak seluruh warna pada tumbuhan disebabkan oleh pigmen dalam plastida, sebab dalam cairan vakuola juga dapat ditemukan sebagai zat warna.
Macam-macam  pigmen pada kromoplas, misalnya :
• Fikosianin menimbulkan warna biru misalnya pada Cyanophyta.
• Fikoeritrin menimbulkan warna merah misalnya pada Rhodophyta.
• Karoten menimbulkan warna keemasan misalnya pada wortel dan        Chrysophyta.
• Xantofil menimbulkan warna kuning misalnya pada daun yang tua.
• Fukosatin menimbulkan warna pirang misalnya pada Phaeophyta.
c.   Leukoplas
Plastida ini berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan, terdiri dari:
• Amiloplas (untuk menyimpan amilum)
Di beberapa tempat tertentu, kloroplas membentuk butir pati besar sebagai cadangan makanan, seperti pada umbi semu anggrek. Namun, jumlah cadangan makanan terbesar dibentuk dalam leukoplas umbi akar, umbi batang, rizoma, dan biji.
Amilum atau pati dapatditunjukkan dengan mudah karena berwarna biru atau hitam dengan iodium. Bila dipanaskan sampai 70˚C warna hilang dan menjadi biru lagi setelah dingin kembali. Reaksi ini dianggap sebagai reaksi permukaan. Butir besar menunjukkan lapisan yang mengelilingi sebuah titik di tengah, yakni hilum. Hilum bisa berada di tengah butir pati atau agak ke tepi. Retakan yang sering terlihat berarah radial dari hilum nampaknya terjadi akibat dehidrasi butir pati. Terjadinya lapisan dianggap sebagai akibat letak molekul yang lebih padat di awal pembentukan lapisan, dan secara bertahap menjadi lebih renggang di sebelah luar. Hal itu menyebabkan perbedaan kadar air yang terkandung di dalamnya. Jadi, adanya lapisan dianggap akibat perbedaan kadar air dalam lapisan yang berturut-turut, sedangkan taraf kepadatan menyebabkan perbedaan indeks bias. Dalam alkohol kuat, semua lapisan itu hilang, mungkin karena dehidrasi yang meniadakan perbedaan taraf kepadatan. Pada pati serealia, terjadinya lapisan bergantung pada irama harian. Pada kentang, perubahan berkala yang mengakibatkan adanya lapisan berasal dari dalam (endogen). Dalam butir pati, molekul tersusun radial sehingga menunjukkan sifat kristal. Sebab itu, jika pati diamati dengan sepasang polariod dalam posisi silang akan tampak terang, kecuali tanda silang yang pusatnya bertepatan dengan hilum butir tersebut. Pada biji yang mulai berkecambah atau umbi yang mulai menumbuhkan pucuk, butir pati mengalami pengikisan yang bermula dari luar dan lama-kelamaan habis terurai. Pada butir pati kecil, hilum bertempat di pusat lapisan yang mengelilinginya. Pada butir yang lebih besar, hilum biasanya menjadi eksentris (tidak di pusat). Jika dalam plastida terbentuk lebih dari satu butir pati, maka butiran tersebut akan segera saling menyentuh dan membentuk butir majemuk. Dengan demikian, dikenal butir majemuk seperti pada pati gandum (Avena) dan padi (Oryza sativa), pati setengah majemuk pada kentang, dan butir pati tunggal seperti pada pati irut ( Maranta). Jika butir pati mengisi sel hingga penuh, maka tepi-tepinya bersudut. Posisi hilum, bentu dan ukuran butir, serta sifat butir tunggal atau majemuk memungkinkan identifikasi spesies tumbuhan penghasil butir pati yang bersangkutan.
Gambar amilum pada kentang

Gambar 1-4 menunjukkan amilum pada kentang. Gambar 1-2 merupakan amilum majemuk. Gambar 3 merupakan amilum sederhana. Gambar 4 merupakan amilum setengah majemuk. Gambar 5 merupakan irisan melintang umbi kentang bagian luar. Pada gambar 5 nampak adanya sel gabus, protein seperti kristal dan butir pati.
• Elaioplas atau Lipidoplas (untuk menyimpan lemak/minyak).
• Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2.7 Kebakaan Plastida
Kebanyakan tumbuhan mewarisi plastida hanya dari induknya. Angiosperm umumnya mewarisi plastida dari induk betina, sedangkan beberapa gimnospermae mewarisi plastida dari induk jantan. Alga juga mewaisi plastida dari salah satu induknya.
Plastida pada alga
Pada alga, istilah leukoplas digunakan untuk semua jenis plastid yang belum terpigmentasi. Fungsinya berbeda dari leukoplas pada tumbuhan. Etioplas, amiloplas dan kromoplas hanya ada pada tumbuhan dan bukan pada alga. Plastida pada alga mungkin juga berbeda dengan plastida pada tumbuhan yang mana pada alga berisi pirenoid.

2.8 Struktur dan perkembangan kloroplas
Semua jenis plastida berasal dari butiran proplastida yang terdapat dalam sel meristem dan sel telur. Plastida atau proplastida memperbanyak diri dengan membelah. Dalam berbagai plastida, termasuk kloroplas, bisa ditemukan lipid berbentuk globul (plastoglobuli) dan fitoferitin (senyawa besi-protein). Selain itu, dilaporkan adanya tubuh protein amorf yang dibatasi oleh membran. Sistem membran pada plastida disusun oleh sejumlah kantung yang dinamakan tilakoid. Pada proplastid, sistem tilakoid merupakan yang paling rendah taraf perkembangannya dan terdiri hanya dari beberapa tilakoid atau tak ditemukan tilakoid sama sekali. Di saat plastida berdeferensiasi, membran dalam menguncup membentuk vesikula pipih, kemudian berproliferasi (tumbuh,meluas) dan membentuk tilakoid. Dalam kloroplas, tilakoid menempatkan dirinya menurut susunan yang khas. Pada saat kloroplas berdeferensiasi, jumlah ribosom meningkat, sedangkan pada leukoplas, produksi ribosom lengkap terhenti dan jumlahnya berkurang sejak awal stadium perkembangannya.
Dalam kloroplas, sistem tilakoid terdiri dari grana dan fret (tilakoid dalam stroma). Setiap grana terdiri dari satu tumpukan tilakoid yang masing-masing berbentuk cakram. Grana saling berhubungan dengan adanya jalinan fret dalam stroma. Kini dianggap bahwa kedua jenis tilakoid saling berhubungan sehingga ruang di dalamnya bersinambungan. Membran kloroplas terdiri dari lipid dan protein dalam jumlah yang sama. Klorofil terdapat dalam membran tilakoid. Pada membran itu banyak terdapat partikel persatuan luas. Jenis partikel tertentu dianggap sebagai bagian dari membran yang dinamakan kuantosom, yakni satuan morfologi untuk berlangsungnya reaksi fotosintesis yang memerlukan cahaya. Namun, tampaknya kuantosom tidak perlu selalu berbentuk satu unit fungsi. Selain sistem untuk menangkap cahaya matahari, dalam kloroplas jugan terdapat enzim yang membantu fiksasi CO2 manjadi gula.
Pada pertumbuhan tinggi yang tumbuh di tempat gelap, daun serta batang yang berkembang tampak pucat, disebut teretiolasi. Dalam keadaan seperti itu, vesikula yang berasal dari membran dalam berkembang menjadi kerangka parakristal yang disebut tubuh prolamela. Plastid seperti itu dinamakan etioplas. Jika kemudian tumbuhan disimpan ditempat bercahaya, maka tubuh prolamela berkembang menjadi sistem tilakoid yang khas bagi kloroplas.
Sebagaimana diutarakan di atas, baik plastida maupun mitokondria mengandung ADN dan ribosom. Sebab itu, kedua organel tersebut memiliki kemungkinan untuk berotonomi. Indikasi seperti itu mengakibatkan adanya hipotesis yang menyatakan bahwa dalam perkembangan evolusi, plasida dan mitokondria berasal dari prokariot (misalnya, sejenis alga biru) yang terkandung dalam sel eukariot yang primitif dan di sana memantapkan diri sebagai tubuh simbiotik.
2.9 Peranan plastida pada proses fotosintesis
Tumbuhan hijau daun bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat memasak atau mensintesis makanan langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menyerap karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler adalah kebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbondioksida, air, dan energi kimia.

Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Sebagian besar energi fotosintesis dihasilkan di daun tetapi juga dapat terjadi pada organ tumbuhan yang berwarna hijau. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Reaksi- Reaksi pada proses fotosintesis
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplast berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.
Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH.

Reaksi gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).
Faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis
Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:
1.    Cahaya
Komponen-komponen cahaya yang mempengaruhi kecepatan laju fotosintesis adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Intensitas adalah banyaknya cahaya matahari yang diterima sedangkan kualitas adalah panjang gelombang cahaya yang efektif untuk terjadinya fotosintesis.
2.    Konsentrasi karbondioksida
Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3.    Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim
4.    Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5.    Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.

6.    Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Mikroskop sejak awal tidak dapat dipisahkan dengan sejarah penemuan sel. Penggagas pertama dalam penggunaan mikroskop adalah Galileo Galilei.
2.    Sel berasal dari sel yang sudah ada.
Analis mikroskopis pada pertengahan abad 19 membuktikan bahwa sel adalah unit terkecil kehidupan yang berlangsung terus menerus berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal.
3.   Yang termasuk di dalam golongan sel-sel prokariotik adalah bakteri   dan ganggang hijau-biru atau Cyanobacteria. Sedangkan sel eukariotik pada umumnya terlihat sebagai massa yang jenih dengan bentuk yang tidak teratur, dibatasi oleh suatu selaput dan ditengah-tengahnya tedapat bangunan yang lebih pucat yang bentuknya bulat, disebut nukleus atau inti sel. Jadi secara umum sel itu dibina oleh selaput atau membran sel, plasma sel, dan inti sel.
4.  Plastida merupakan organel yang amat dinamis dan mampu membelah, tumbuh dan berdeferensiasi menjadi berbagai bentuk.
5.  Plastida berfungsi untuk fotosintesis, dan juga untuk sintesis asam lemak dan terpen yang diperlukan untuk pertumbuhan sel tumbuhan.
6. Tergantung pada fungsi dan morfologinya, plastida biasanya diklasifikasikan menjadi kloroplas, leukoplas (termaduk amiloplas dan elaioplas), atau kromopas.
7.   Plastida maupun mitokondria mengandung ADN dan ribosom. Sebab itu, kedua organel tersebut memiliki kemungkinan untuk berotonomi. Indikasi seperti itu mengakibatkan adanya hipotesis yang menyatakan bahwa dalam perkembangan evolusi, plasida dan mitokondria berasal dari prokariot (misalnya, sejenis alga biru) yang terkandung dalam sel eukariot yang primitif dan di sana memantapkan diri sebagai tubuh simbiotik.
8. Kebanyakan tumbuhan mewarisi plastida hanya dari induknya. Angiosperm umumnya mewarisi plastida dari induk betina, sedangkan beberapa gimnospermae mewarisi plastida dari induk jantan. Alga juga mewaisi plastida dari salah satu induknya.
9.  Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplast berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma.

DAFTAR PUSTAKA

A.FAHN.1992.Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Anonim. 2007. Kuliah2. http://www.vet.upm.edu.my/vpm2010/Kuliah2.pdf (9
April2011).
Anonim. 2007. Teori Sel. http://biodas.files.wordpress.com/2007/09/02-sejarah-teori-sel-jenis-sel.pdf(9April2011).
Campbell, N.A., dkk. 2002. Biologi. Erlangga: Jakarta.
Hidayat,Estiti B.1995.Anatomi Tumbuhan Berbiji.Bandung:ITB
Sumardi dan Marianti, A. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu:Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pati_%28polisakarida%29
http://www.irwantoshut.net/fotosintesis.html

Makalah Sampah

PENDAHULUAN

1.    Latar belakang

Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.

Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah sampah dan penanggulangannya maka dibuatlah karya tulis ini.

2.    Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk :
a.    Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh sampah FKIP Unila.
b.    Mengetahui cara penanggulangan sampah FKIP Unila.


ISI
1.    Definisi Sampah
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Sampah dapat berada pada setiap fase materi yitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan.  Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

2.    Jenis-Jenis Sampah
Ada beberapa jenis-jenis sampah diantaranya adalah sebagai berikut :

a.    Berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumbernya maka sampah dapat dibagi menjadi :
1.    Sampah alam
2.    Sampah manusia
3.    Sampah konsumsi
4.    Sampah nuklir
5.    Sampah industri
6.    Sampah pertambangan

b.    Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya maka sampah dapat dibagi menjadi :
1.    Sampah organik - dapat diurai (degradable)
2.    Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

c.    Berdasarkan bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :

1.    Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Sampah ini dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
a.    Biodegradable : yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
b.    Non-biodegradable : yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
    Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
    Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

2.    Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
a.    Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
b.    Limbah rumah tangga : sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

3.    Sampah di Gedung G FKIP Unila

Sampah yang ada di gedung g FKIP Unila termasuk kedalam jenis sampah organik dan sampah anorganik. Hal ini bisa dilihat dari jenis-jenis sampah yang ada, contoh dari sampah organik adalah sampah yang berupa daun-daun, rumput yang mudah busuk, serta sisa-sisa sayuran, dan makanan dari kantin yang letaknya tidak jauh dari tempat pembuangan. Sedangkan yang termasuk ke dalam sampah anorganik contohnya adalah sampah yang berupa plastik jajanan, bekas aqua gelas / botol, kertas, kayu, dan kaleng yang sulit untuk diuraikan. Sampah-sampah itu berserakan di sekitar gedung g baik didalam maupun diluar.

Pada umumnya sampah-sampah yang berserakan di dalam gedung g adalah akibat kurangnya kesadaran dari warga kampus itu sendiri. Padahal, di dalam gedung sudah terfasilitasi tempat sampah dan ada petugas kebersihan yang membersihkan setiap ruangan. Lain halnya dengan keadaan sampah yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di belakang gedung g. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja semakin hari semakin menumpuk dan semakin banyak. Selain itu juga tumpukan sampah semakin meluas, sehingga menempati sebagian kawasan belakang gedung g FKIP Unila. Namun, sampah-sampah itu tidak hanya berasal dari lingkungan kampus saja, tetapi ada pihak lain diluar kampus yang membuang sampah disana setiap hari menggunakan gerobak motor. Sedangkan belum diketahui sampah-sampah itu berasal darimana. Apakah pihak tersebut memiliki wewenang untuk membuang sampah disana atau tidak.

4.    Dampak yang Ditimbulkan dari  Sampah FKIP Unila
Sampah-sampah yang berserakan yang berada disekitaran gedung FKIP Unila, terutama di Tumpukan sampah yang berlebihan dapat mengundang lalat, pertumbuhan organisme-organisme yang membahayakan, mencemari udara, tanah dan air. Sehingga dampak negatif yang ditimbulkan akan banyak sekali. Misalnya menimbulkan bau yang tidak sedap dan akan merusak keindahan lingkungan sekitarnya.

Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas  rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan ber ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4) dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia. Sedangkan untuk gas karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan.

Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi kendala diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung keudara tanpa bisa dimanfaatkan.

Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasal juga dari pembakaran-pembakaran sampah plastik. Pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.

5.    Cara Menanggulangi Sampah
Pengelolaan sampah merupakan salah satu proses yang diperlukan dengan tujuan mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis  atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar.

Secara garis besar ada tiga system pengelolaan sampah, yaitu dengan cara :
a.    Kimiawi melalui pembakaran
Pada sistem ini perlu diketahui bahwa dalam dalam melakukan pembakaran tidak dilakukan secara sembarangan, karena sampah bisa terdiri dari berbagai bahan yang belum tentu aman. Bahan seperti kaleng aerosol dapat meledak bila kena panas, sedangkan bahan dari plastik dan karet dapat menghasilkan gas yang menimbulkan kanker bila dibakar. Hal ini bisa dihindari dengan memisahkan sampah terlebih dahulu, selain itu harus dipastikan bahwa ketika sampah organik yang dibakar, tidak terlalu banyak sampah basah, dan lakukan jauh dari kerumunan orang banyak atau benda lain yang dapat memperburuk pembakaran. selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan pembakaran lebih baik dihindari.

b.    Cara biologis melalui proses composing
merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman.

c.    daur ulang (pemanfaatan kembali)
Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan teknologi dan penanganan khusus. Tapi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu di mulai dari kita sendiri misalnya :
1.    Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di daur ulang.
2.    Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur ulang.
3.    Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.


KESIMPULAN DAN SARAN
1.    Kesimpulan
Dampak yang ditimbulkan dari tumpukan sampah yang berlebihan dapat mengundang lalat, pertumbuhan organisme-organisme yang membahayakan, mencemari udara, tanah dan air. Sehingga menjadi sumber penyakit dan pencemaran lingkungan.
Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas  rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O).
Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya secara kimiawi melalui pembakaran, cara biologis melalui proses composing, dan daur ulang (pemanfaatan kembali).

2.    Saran
Agar terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman maka diharapkan kesadaran dari seluruh warga kampus untuk menjaga kebersihan lingkungan kampus terutama di dalam gedung g. Selain itu juga diharapkan agar sampah-sampah tersebut diolah sehingga memberikan manfaat dan menghindari pencemaran lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
http://gbioscience05.wordpress.com/2008/05/03/pemanfaatan-sampah-sebagai
upaya-mengurangi-pemanasan-global/
http://www.wikimu.com/News/Iptek/Sampah-dan-Pengelolaannya.aspx
http://www.esp.or.id/handwashing/media/sampah.pdf