google3394c6c8fadba720.html Februari 2012 ~ KUNCUP BIO
SELAMAT DATANG DI TAUFIK ARDIYANTO'S BLOG

DESKRIPSI PENDIDIKAN SAAT SMA (slide)

SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono adalah salah satu sekolah yang terletak di Lampung Timur

DESKRIPSI PERGURUAN TINGGI YANG DITEMPUH (DIJALANI)

Universitas Lampung (Unila) adalah salah satu perguruan tinggi di propinsi Lampung

DESKRIPSI PRIBADI

Taufik Ardiyanto adalah seorang pemuda yang dilahirkan tahun 1992 di kampung kecil Sribhawono

DESKRIPSI MENGENAI ISI BLOG INI

Blog ini memuat tentang informasi seputar pendidikan terutama yang menyangkut Biologi

DESKRIPSI MENGENAI HOBI DAN MINAT

Suka membaca, menulis dan bereksperimen adalah hobiku dan akan selalu auk kembangkan demi meraih cita-cita gemilang.

Rabu, 22 Februari 2012

Hemofilia


1.      Sejarah Hemofilia
Meski belum memiliki nama, hemofilia telah ditemukan sejak lama. Talmud, yaitu sekumpulan tulisan para rabi Yahudi, 2 abad setelah masehi menyatakan bahwa seorang bayi laki-laki tidak harus dikhitan jika dua kakak laki-lakinya mengalami kematian akibat dikhitan. Selain itu, seorang dokter asal Arab, Albucasis, yang hidup pada abad ke-12 menulis tentang sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi perdarahan akibat luka kecil.

Pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia menulis sebuah laporan mengenai pendarahan yang terjadi pada suatu keluarga tertentu saja. Ia menyimpulkan bahwa kondisi tersebut diturunkan hanya pada pria. Ia menelusuri penyakit tersebut pada seorang wanita dengan tiga generasi sebelumnya yang tinggal dekat Plymouth, New Hampshire pada tahun 1780.

Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.


Hemofilia juga disebut dengan "The Royal Diseases" atau penyakit kerajaan. Ini di sebabkan Ratu Inggris, Ratu Victoria (1837 - 1901) adalah seorang pembawa sifat/carrier hemofilia. Anaknya yang ke delapan, Leopold adalah seorang hemofilia dan sering mengalami perdarahan. Leopold meninggal dunia akibat pendarahan otak pada saat ia berumur 31 tahun.

Salah seorang anak perempuan Victoria yaitu Alice, ternyata adalah carrier hemofilia dan anak laki-laki dari Alice, Viscount Trematon, juga meninggal akibat perdarahan otak pada tahun 1928. Alice dan Beatrice, adalah carrier dan merekalah yang menyebarkan penyakit hemofilia ke Spanyol, Jerman dan Keluarga Kerajaan Rusia.

Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah.

Zat tersebut disebut dengan "anti - hemophilic globulin". Di tahun 1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos Aires, Argentina, mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan bahwa darah dari seorang penderita hemofilia dapat mengatasi masalah pembekuan darah pada penderita hemofilia lainnya dan sebaliknya. Secara kebetulan, ia menemukan dua jenis penderita hemofilia dengan masing - masing kekurangan zat protein yang berbeda - Faktor VIII dan Faktor IX. Dan hal ini di tahun 1952, menjadikan hemofilia A dan hemofilia B sebagai dua jenis penyakit yang berbeda.

Kemudian di tahun 1960-an, cryoprecipitate ditemukan oleh Dr. Judith Pool.Dr. Pool menemukan bahwa pada endapan di atas plasma yang mencair mengandung banyak Faktor VIII. Untuk pertama kalinya Faktor VIII dapat dimasukkan pada penderita yang kekurangan, untuk menanggulangi perdarahan yang serius. Bahkan memungkinkan melakukan operasi pada penderita hemofilia.

Walaupun Hemofilia telah dikenal lama di ilmu dunia kedokteran, namun baru pada tahun 1965, diagnosis melalui laboratorium baru diperkenalkan oleh Kho Lien Kheng. Diagnosis laboratorium yang diperkenalkannya menggunakan Thromboplastin Generation Test (TGT), selain pemeriksaan waktu perdarahan dan masa waktu pembekuan darah. Pada saat itu pemberian darah lengkap segar merupakan satu-satunya cara pengobatan yang tersedia di rumah sakit.
(http://www.indosiar.com/ragam/49310/apa-dan-bagaimana-hemofilia)

2.      Hemofilia
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.

Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.

Gangguan pembekuan darah itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada.


Gambar 1. Pembekuan darah pada orang normal
a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah, lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d. Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.





Gambar 2. Pembekuan darah pada hemofili
a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.



Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.

Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa.Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi.

Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama kelahirannya.
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
a) Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
- Hemofilia Klasi k; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
- Hemofilia kekurangan Factor VIII ; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

b) Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama :
- Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
- Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. (www.hemopfilia.or.id/hemofilia.php)

3.Gejala Hemofilia
Hemofilia diturunkan melalui kromosom X secara resesif. Karena itu, hemofilia umumnya diderita oleh anak laki-laki. Jika seorang anak laki-laki mengalami pendarahan yang tidak biasa, maka diduga dia menderita hemofilia. Pemeriksaan darah bisa menemukan adanya perlambatan dalam proses pembekuan. Jika terjadi perlambatan, maka untuk memperkuat diagnosis serta menentukan jenis dan beratnya, dilakukan pemeriksaan atas aktivitas faktor VII dan faktor IX.

Beratnya gejala tergantung kepada pengaruh kelainan gen yang terjadi terhadap aktivitas faktor VII dan faktor IX. Jika aktivitasnya kurang dari 1%, maka akan terjadi episode perdarahan hebat dan berulang tanpa alasan yang jelas. Jika aktivitasnya mencapai 5% maka gejalanya ringan. Jarang terjadi episode perdarahan tanpa sebab yang pasti, tetapi pembedahan atau cedera bisa menyebabkan perdarahan yang tak terkendali, yang bisa berakibat fatal. Biasanya episode perdarahan pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, yang sering terjadi setelah suatu cedera ringan. Anak mudah mengalami memar. Bahkan penyuntikan ke dalam otot bisa menyebabkan perdarahan yang selanjutnya menyebabkan memar yang luas (hematom). Perdarahan berulang ke dalam sendi dan otot pada akhirnya bisa menyebabkan kelainan bentuk yang melumpuhkan. Perdarahan bisa menyebabkan pembengkakan dasar lidah sehingga menyumbat saluran pernafasan dan terjadi gangguan     pernafasan. Benturan ringan di kepala bisa memicu perdarahan di tulang tengkorak, yang bisa menyebabkan kerusakan otak dan kematian.

4.Pengobatan Hemofilia
Penderita hemofilia harus menghindari keadaan yang bisa menimbulkan perdarahan. Mereka harus sangat memperhatikan perawatan giginya agar tidak perlu menjalani pencabutan gigi.

Kepada penderita hemofilia ringan yang harus menjalani pembedahan atau pencabutan gigi akan diberikan obat desmopressin untuk memperbaiki sistem pembekuan darah yang sifatnya hanya sementara, sehingga tidak perlu dilakukan transfusi. Penderita juga harus menghindari obat-obatan seperti Aspirin, warfarin, heparin dan obat pereda nyeri tertentu (misalnya obat anti peradangan non-steroid), yang bisa memperburuk gangguan perdarahan.

Biasanya pengobatan meliputi transfusi untuk menggantikan kekurangan faktor pembekuan.     Faktor-faktor ini ditemukan di dalam plasma dan dalam jumlah yang lebih besar ditemukan di dalam plasma konsentrat.
Beberapa penderita membentuk antibodi terhadap faktor VIII dan faktor IX yang ditransfusikan, sehingga transfusi menjadi tidak efektif. Jika di dalam darah contoh terdapat antibodi, maka dosis plasma konsentratnya dinaikkan atau diberikan faktor pembekuan yang berbeda atau diberikan obat-obatan untuk mengurangi kadar antibodi. (http://medicastore.com/penyakit/768/hemofilia.html)

Pada dasarnya, pengobatan hemofilia ialah mengganti atau menambah faktor antihemofilia yang kurang. Namun, langkah pertama yang harus diambil apabila mengalami perdarahan akut adalah melakukan tindakan RICE (Rest, Ice, Compression, Evaluation) pada lokasi pendarahan untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan. Tindakan tersebut harus dikerjakan, terutama apabila penderita jauh dari pusat pengobatan, sebelum pengobatan definitif dapat diberikan.

Karena penderita hemofilia mengalami defisiensi (kekurangan) faktor pembekuan darah, maka pengobatannya berupa pemberian tambahan faktor pembekuan darah atau terapi pengganti. Penderita hemofilia A memerlukan tambahan faktor VIII, sedangkan penderita hemofilia B memerlukan tambahan faktor IX.
Saat ini, pemberian faktor VIII dan faktor IX untuk penderita hemofilia semakin praktis. Faktor VIII atau faktor IX telah dikemas dalam bentuk konsentrat sehingga mudah untuk disuntikkan dan menunjang home therapy (terapi mandiri). Pendarahan akan berhenti bila pemberian faktor VIII atau faktor IX mencapai kadar yang dibutuhkan.

Masih terkait dengan pengobatan hemofilia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia memberikan beberapa saran, yaitu:
1.      Segera obati bila terjadi perdarahan.
Pada umumnya, penderita hemofilia dapat merasakan suatu sensasi (nyeri atau seperti urat ditarik) di lokasi yang akan mengalami perdarahan. Dalam keadaan ini, pengobatan dapat segera dilakukan, sehingga akan menghentikan perdarahan, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi risiko terjadinya kerusakan sendi, otot, maupun organ lain. Makin cepat perdarahan diobati, makin sedikit faktor VIII atau faktor IX yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan.

2.      Bila ragu-ragu, segera obati.
Kadangkala pada penderita hemofilia terjadi gejala yang tidak jelas  perdarahan atau bukan. Bila ini terjadi, jangan ditunda, segera berikan faktor VIII dan faktor IX. Jangan ditunggu sampai gejala klinik yang lebih jelas timbul, seperti rasa panas, bengkak, dan nyeri.

* Sampai saat ini, belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia, namun dengan pengobatan yang memadai penderita dapat hidup sehat. Tanpa pengobatan yang memadai, penderita hemophilia, terutama hemofilia berat berisiko besar mengalami kecacatan. Penderita bisa mengalami kemuduran fisik dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan atau bahkan meninggal dalam usia sangat muda. (trillion.wordpress.com/2008/05/17/mengenali-gejala-hemofilia/)

DAFTAR PUSTAKA
Susilowarno, Gunawan,dkk. 2007. BIOLOGI. Gramedia Widiasarana Indonesia : Jakarta. Hal : 144
Suryo. 1990. GENETIKA. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Hal 194 - 197
(http://www.indosiar.com/ragam/49310/apa-dan-bagaimana-hemofilia)
(trillion.wordpress.com/2008/05/17/mengenali-gejala-hemofilia/)
(http://medicastore.com/penyakit/768/hemofilia.html)

Dormansi

Ada banyak biji yang tidak akan berkecambah, meskipun kondisi minimum air, oksigen, dan suhu telah dipenuhi. Benih ini tidak diam tetapi dianggap terbengkalai. Dormansi berarti bahwa ada kondisi-kondisi tambahan yang harus dipenuhi sebelum perkecambahan dapat dilanjutkan. Banyak biji gulma, misalnya tidak akan berkecambah kecuali benih lembab terkena cahaya. Bibit lainnya belum dewasa ketika gudang dari tanaman induk dan memerlukan jangka pematangan, disebut setelah pematangan, sebelum mereka akan berkecambah. Setelah-pematangan sering dipicu oleh suhu rendah, seperti itu dalam biji apel dan buah-buahan yang serupa. Biji apel, ceri, persik, kenari, dan beberapa pohon maple tidak akan tumbuh kecuali benih lembab yang diadakan pada suhu di atas titik beku untuk jangka waktu 2-6 bulan. Petani komersial mendorong perkecambahan spesies ini dengan menempatkan benih dibasahi dalam kulkas, proses yang disebut stratifikasi. Kebutuhan untuk stratifikasi memastikan bahwa benih berkecambah musim semi berikutnya, daripada berkecambah precociously pada musim gugur ketika bibit tidak akan punya waktu untuk menjadi mapan sebelum musim dingin.

Beberapa benih memiliki jaket benih yang sangat keras yang membatasi penyerapan air atau oksigen dan tidak akan berkecambah sampai mantel biji telah terganggu, proses yang disebut skarifikasi. Di laboratorium atau kebun, skarifikasi dapat dicapai dengan nicking mantel biji dengan pisau, file, atau amplas. Di alam, skarifikasi dapat dicapai dengan tindakan pasir atau jamur. Banyak benih diskarifikasi ketika mereka melalui usus setelah dimakan oleh seekor binatang. Benih tidak hanya bertahan perjalanan, tetapi perkecambahan adalah ditingkatkan karena asam dalam usus hewan telah melemahkan kulit biji. Dalam laboratorium fisiologi tanaman, benih kemuliaan pagi biasanya direndam dalam asam sulfat pekat (pengobatan yang disebut skarifikasi asam) hingga satu jam dalam rangka untuk meningkatkan tingkat dan keseragaman perkecambahan mereka. Benih mantel beberapa spesies padang pasir mengandung inhibitor pertumbuhan yang harus tercuci oleh hujan gurun sebelum benih akan berkecambah.
Keterangan:  Gambar ini merupakan penampang melintang kulit biji. Dari gambar terlihat lapisannya sangat tebal sehingga menyebabkan air maupun oksigen sulit untuk masuk kedalam biji. Hal ini merupakan salah satu penyebab dormansi pada biji.

Benih mekanisme dormansi adalah nilai besar untuk kelangsungan hidup spesies. Setelah-pematangan, misalnya, memastikan bahwa benih tidak berkecambah ketika baru saja tertumpah dalam musim gugur namun menunggu hingga musim semi ketika kelangsungan hidup bibit jauh lebih mungkin. Skarifikasi dalam usus binatang memastikan penyebaran luas dari benih. Kebutuhan untuk inhibitor resapan dari mantel benih spesies gurun memastikan bahwa benih berkecambah hanya selama hujan gurun jarang terjadi ketika ada air yang cukup untuk pembibitan untuk menjadi mapan. Selain karena struktur kulit biji yang keras, dormansi biji juga terjadi karena kondisi embrio yang belum matang karena ketika buah gugur dari tangkainya, embrio  belum menyelesaikan tahap perkembangannya (belum mengalami differensiasi). Embrio yang secara morfologis sudah berkembang pun masih membutuhkan waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna dan perkembangan embrio tidak secepat jaringan yang ada di sekelilingnya sehingga perkecambahan perlu ditunda dengan cara dormansi.

Demikian juga dengan buah, seperti buah batu, buah keras, dan buah padi, dormansi umumnya disebabkan karena adanya kulit buah yang keras pembungkus embrio yang dapat mengganggu penyerapan air dan/atau oksigen, serta menjadi penghalang mekanis tumbuhnya embrio.

Meristem kuncup yang berpotensi untuk tumbuh namun tidak melakukan pertumbuhan atau pertumbuhannya sangat lambat juga disebabkan karena dormansi kuncup. Kuncup dorman mempunyai ruas yang sangat pendek. Dormansi kuncup diawali dengan perubahan pola pada daun-daunnya yang seharusnya tumbuh membesar tetapi mereduksi menjadi semacam sisik yang disebut sisik kuncup. Sisik kuncup membatasi difusi oksigen ke meristem yang ada di lapisan bawahnya maka dapat disamakan dengan kulit biji. Sisik kuncup yang terbentuk akan membungkus kuncup apikal selama periode dormansi dan akan ditanggalkan setelah kuncup memulai pertumbuhannya kembali.

Selain pada biji, buah, dan kuncup, dormansi juga dapat dijumpai pada organ penyimpan bawah tanah, seperti rizhoma, umbi, bulbi, dan subang. Penyebab terjadinya dormansi bermacam-macam, ada yang spontan dan ada yang karena keadaan lingkungan, misalnya kekurangan air dan rendahnya temperatur.

Biji pinus tidak dapat berkecambah sampai skala kerucut terpisah, yang memungkinkan benih yang akan dirilis. Pada sebagian besar spesies, kerucut mengering sendiri, tetapi dalam spesies seperti jack pinus diresapi dengan bahan resin yang membuat kerucut tertutup selama bertahun-tahun pada pohon hidup. Timbangan tetap ditutup sampai mengalami panas yang ekstrim, biasanya oleh kebakaran hutan. Api tidak mengkonsumsi kerucut, yang tinggi di pohon, tapi panas mencair resin dan mengering kerucut cukup untuk skala kerucut untuk membuka dan melepaskan benih setelah api telah berlalu. Untuk alasan ini, jack pinus sering spesies pohon pertama untuk terisi kembali terbakar di daerah di utara Amerika Serikat dan Kanada pusat. Ini hanya beberapa contoh yang menggambarkan bagaimana strategi perkecambahan biji yang terkait erat dengan kelangsungan hidup pada niche tertentu ekologi mereka.


Proses Respirasi dan Fotosintesis pada Tumbuhan yang Mengalami Dormansi
Dormansi bukan hanya peristiwa pengistirahatan metabolisme tetapi sering melibatkan proses perkembangan organ-organ khusus. Dengan demikian, dormansi merupakan peristiwa perkembangan terprogram yang memerlukan metabolisme khusus untuk menghentikan aktivitas metabolik.

Karena kulit tebal, maka air tidak bisa masuk, sehingga reaksi respirasi tidak dapat berlangsung. Sementara air diperlukan untuk menginisiasi giberelin untuk merangsang pembelahan sel. Selain itu, air yg masuk nantinya akan menghidrolisis amilum yg ada pada endosperm menjadi glukosa atau sumber energy.

Begitu pula dgn fotosintesis, tidak dapat berlngsung karena organ pada tanaman tentu saja tidak mempunyai klorofil yang dibutuhkan pada proses fotosintesis.


Peran Hormon pada Dormansi Tumbuhan
Asam absisik hormon pada awalnya ditemukan dan kimia ditandai melalui studi inhibitor dalam tunas dan daun yang terlibat dalam timbulnya dormansi dan drop daun (amputasi) pada tanaman berkayu. Asam absisik tidak ada sedikit atau hubungannya dengan salah satu dari fenomena ini tetapi tidak memiliki peran penting dalam pensinyalan stress air dan mengatur perkecambahan biji.

Dormansi benih nilai hidup yang besar karena memastikan bahwa benih akan berkecambah hanya ketika ada kondisi yang optimal cahaya, suhu, dan kelembaban. Apa yang mencegah benih tersebar di musim gugur dari berkecambah segera, hanya untuk dibunuh oleh musim dingin? Mekanisme apa menjamin bahwa benih tersebut tumbuh di musim semi? Untuk itu, apa yang mencegah biji berkecambah di pedalaman, gelap lembab buah? Jawaban atas pertanyaan ini adalah ABA. Tingkat untuk ABA dapat meningkatkan 100 kali lipat selama pematangan benih. Tingkat tinggi ABA di biji akan jatuh tempo pada hibit perkecambahan dan menginduksi produksi protein khusus yang membantu benih menahan dehidrasi ekstrim yang menyertai pematangan.

Banyak jenis benih dorman berkecambah ketika ABA dihapus atau tidak aktif dalam beberapa cara. Benih-benih beberapa tanaman gurun dormansi istirahat hanya ketika hujan deras mencuci ABA keluar benih. Bibit lainnya membutuhkan sinar terang atau terlalu lama untuk dingin untuk memicu inaktivasi ABA. Seringkali rasio ABA untuk giberelin menentukan apakah benih masih aktif atau berkecambah, dan penambahan ABA untuk bibit yang prima untuk berkecambah mengembalikan mereka ke kondisi tidak aktif. Sebuah mutan jagung yang memiliki butir yang berkecambah saat masih rebus tidak memiliki faktor transkripsi fungsional diperlukan untuk ABA untuk menginduksi ekspresi gen tertentu.

Pustaka
Campbell, Reece and Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hopkins, William G. 2006. Plant Development. New York: Chelsea House



DIVISI SCHIZOPHYTA

A. Pendahuluan
Berdasarkan aturan yang tercantum dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT), nama ilmiah untuk divisi diambil dari kata yang menunjukkan ciri khas yang berlaku untuk seluruh warganya, ditambahkan akhiran –phyta. Schyzophyta memiliki ciri khas yang berkembang biak dengan membelah diri (schizein= membelah, phyton= tumbuhan). Selain itu ada ciri-ciri lain yaitu: tubuhnya uniseluler, protoplas belum terdiferensiasi dengan jelas, inti dan plastida belum nyata. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah, dan dari segi evolusi termasuk tumbuhan yang paling tua dan paling primitive. Schizophyta dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu Bakteri (Bacteria atau Schizomycetes) dan Ganggang biru (ganggang belah= ganggang lendir= Chanophyceae= Schizophyceae= Myxophyceae).


B. Kelas Bacteria/Schizomycetes
Semua anggota bakteri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Uniseluler, dimasukkan dalam golongan jasad renik/mikroba.
Perkembangan studinya sejalan dengan penemuan mikroskop oleh Antonie Van Leewenhoek (abad 17), dilanjutkan oleh Lousie Pasteur, Davaine, Robert Koch, dan Winogradisky.
Bentuk bakteri ada 4 macam, yaitu: batang, peluru (bola), koma, dan spiral/spirilum.
Ukurannya sekitar 0,001 mm; terbesar 100 mikron; terkecil 0,1 mikron.

Selnya memiliki karakteristik tertentu antara lain:
- Dinding sel berupa peptidoglikan, ada yang dilapisi oleh selaput bergelatin sehingga dalam larutan air menjadi berlendir.
- DNA, RNA tersebar dalam plasma, inti bersifat difus (tersebar) disebut nukleoid.
- Tidak dijumpai plastida, kecuali pada familia Thiorhodaceae yang memiliki derivat klorofil (bakteri ototrof; bakterioklorofil, bakterio viridian, bakterio eritrin) dan karotenoid.
- Pada plasmanya dijumpai vakuola kecil berisi cadangan makanan berupa glikogen, amilose, lemak, protein, dan volutin.

Bergerak dapat secara aktif atau secara pasif. Bakteri yang bergerak aktif memiliki flagel (= rambut plasma). Macam-macam flagel bakteri, yaitu Monotrikh (1 di ujung), sub polar (2 di bawah rusuk), lofotrikh (banyak di ujung), peritrikh (banyak menyeluruh).

Pembentukan flagel itu hanya terjadi dalam tingkat tertentudari daur hidupnya, sehingga dalam fase lain dalam hidupnya, bakteri itu tidak mempunyai flagel.

Bakteri berkembang biak dengan membelah diri setelah itu sel-sel anakan kemudian dapat membentuk koloni  (sel bergandengan satu sama lain). Sifat ini dapat menolong identifikasi bakteri. Ada 4 macam koloni bakteri:
a) Diplococcus, koloni terdiri dari sepasang sel berbentuk bola
b) Sarcina, koloni berbentuk kubus
c) Streptococcus, koloni seperti bentuk rantai
d) Staphylococcus, koloni seperti buah anggur

Cara hidupnya bakteri umumnya adalah heterotrof, sebagai saprofit atau parasit. Namun ada yang autrotrof.
Heterotrof= zat-zat organic yang diperlukan diperoleh dari organism lain
Autotrof= mampu menyediakan sendiri zat-zat organic yang diperlukannya
Saprofit= zat organic diperoleh dari organism yang sudah mati
Parasit= zat organic diperoleh dari organism yang masih hidup

Sebagai saprofit, bakteri dapat melakukan proses pembusukan bila terjadinya menimbulkan zat-zat berbau busuk dan dinamakan fermentasi bila merupakan suatu pernapasan intramolekuler

Bakteri parasit ada 3 macam yaitu:
a) Parasit obligat, hidup sebagai parasit saja
b) Parasit fakultatif, dapat hidup sebagai parasit maupun saprofit
c) Patogen, hidup sebagai parasit dan menimbulkan penyakit bagi inangnya.

Bakteri autotrof dibedakan menjadi 2 golongan
a) Kemoautotrof, bila energi untuk asimilasi (kemosintesis diperoleh dari reaksi kimia, contohnya bakteri nitrit menghasilkan NH3, bakteri nitrat mengoksidasikan HNO2, bakteri belerang mengoksidasikan senyawa belerang.
b) Fotoautotrof, bila energi asimilasi (fotosintesis) diperoleh dari cahaya matahari, contohnya bakteri dari familia Thiorhodaceae.

Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri digolongkan menjadi:
a) Bakteri aerob, untuk hidupnya memerlukan oksigen bebas.
b) Bakteri anaerob, dapat hidup tanpa oksigen bebas.

Bakteri dapat hidup dalam bermacam-macam habitat, distribusi luas, kosmopolit di air, tanah, sisa tumbuhan, sisa hewan, daerah tropis, sub tropis.

Pada kondisi yang tidak menguntungkan bagi kehidupannya (terlalu panas atau terlalu dingin), bakteri dapat membentuk endospora yaitu badan bulat dengan dinding yang baru berisi zat-zat cadangan makanan.

Sel-sel bakteri yang membentuk spora tampak sebagai ruangan berisi benda bulat, yang letaknya dapat di salah satu ujung ruang itu, dapat pula di tengah-tengah.


Peranan bakteri bagi manusia ada yang menguntungkan ada juga yang merugikan.
a) Menguntungkan:
- mengubah nira menjadi tuak (Saccharomyces tuac)
- mengubah alkohol menjadi gula (Mycoderma aceti)
- mengubah susu menjadi yoghurt (Lactobacillus caucasicus)
- bersimbiosis membentuk bintil akar, memfiksasi N2 bebas menjadi pupuk (Rhiobium leguminosarium)
- mengubah protein menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman (Nitrosomonas javanensis, Nitrobacter agilis)
b) merugikan:
- membusukkan bahan makanan, dapat diatasi dengan pengeringan, penambahan gula/garam, pengasaman, pendinginan, pasteurisasi.
- Menimbulkan penyakit pada tumbuhan, hewan, manusia. Pseudomonas solanacearum (menyerang Solanaceae), Bacillus anthracis (menyebabkan penyakit antraks), Vibrio cholera (penyakit kolera), Mycobacterium tuberculosis (TBC).

Klasifikasi dari kelas bakteri amat sulit, yang ada belum memuaskan. Kurangnya diferensiasi morfologi merupakan salah satu sebabnya. Sehingga cara penggolongan kadang hanya berdasarkan sifat fisiologinya saja.

Salah satu klasifikasi bakteri yang banyak dipakai dalam taksonomi, menyatakan bahwa kelas Bacteria dibagi dalam 7 bangsa/ordo, yaitu:
1) Pseudomonadales
2) Chlamydobacteriales
3) Eubacteriales
4) Actinomycetales
5) Beggiatoales
6) Myxobacteriales
7) Spirochaetales
Masing-masing bangsa tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Bangsa Pseudomonadales
Bentuk sel peluru, batang lurus, bengkok, spiral, rantai.
Selnya sering mengandung pigmen fotosintetik berwana hijau atau lembayung.
Bergerak dengan flagel yang polar.
Terdiri dari 6 suku/familia yaitu:

a) Thiorhodaceae
- Plastida berwarna lembayung, disebut bakteri lembayung, dapat berfotosintesis
- Dalam lingkungan dengan H2S, ada tetes belerang dalam selnya.
- Contoh: Thiosarcina rosea, Thiocapsa floridana, Thiodictyon elegans, Thiospirillum sanguineum.

b) Nitrobacteriaceae
- Bakteri kemoautotrof dan memperoleh energi untuk asimilasi dari oksidasi metan, disebut bakteri nitrat.
- Contoh: Nitrosomonas europea, Nitrosococcus nitrosus, Nitrobacter winogradiskyi, Nitrobacter agile.

c) Methanomonadaceae
- Bakteri kemoautotrof dan memperoleh energi untuk asimilasi dari oksida metan, hydrogen, karbon monoksida, disebut bakteri metan.
- Contohnya Methylomonas methanica, Hydrogenomonas flava, Carboxydomonas obligocarbophila.
gambar: bakteri metan: (kiri) Methylomonas methanica, berdiameter 0,6 mikron. (kanan) Methilococcus capsulatus, berdiameter 1 mikron (dikutip dari Brock and Madigan,1991)

d) Thiobacteriaceae
- Disebut bakteri belerang, kemoautotrof, dan memperoleh energi dengan oksidasi senyawa-senyawa belerang.
- Dalam plasmanya, belerang bebas ada dalam bentuk butir-butir atau Kristal.
- Contoh: Thiobacillus thioparus, Thiobacterium cristalliferum, Thiospora bipanctata.
gambar: bakteri belerang Thiobacillus neapolitamus berdiameter 1 mikron (dikutip dari Brock and Madigan,1991)

e) Pseudomonadaceae
- Bakteri heterotrof, jarang autotrof fakultatif.
- Sel-selnya seringkali bersifat oksidatif, kadang-kadang fermentative.
- Contoh Pseudomonas cocovernanans (racun tempe bongkrek), Pseudomonas solanacearum (menimbulkan penyakit layu pada Solanaceae dan kacang tanah), Pseudomonas denitrificans (mereduksi nitrat menjadi N2).
gambar: bakteri Pseudomonas cepacia pada mdia agar (dikutip dari Brock and Madigan,1991)

f) Spirillaceae
- Bakteri-bakteri dengan tubuh yang bengkok, berbentuk koma sampai spiral.
- Contoh: Vibrio coma (Vibrio cholera), penyebab penyakit muntaber; Desulfovibrio desulfuricans, mereduksi sulfat menjadi sulfide; Spirillum minus; Spirillum lipoferum.

2. Bangsa Chlamydobacteriales
Bentuk sel seperti benang, kadang diselubungi sarungsarung yang mengandung senyawa besi.
Sel yang terlepas dari koloninya dapat bergerak bebas.
Bangsa ini dibedakan menjadi 2 suku, yaitu:

a) Chlamidobacteriaceae
- Koloni berbentuk benang, kadang dengan cabang semu.
- Dapat membentuk sel kembara yang bergerak aktif.
- Bakteri besi dengan sarung koloni mengandung senyawa besi.
- Contoh: Sphaerotilus natans, S. dichotomus, Leptothrix ochracea.

b) Crenotrichaceae
- Koloni berbentuk benang, tidak menghasilkan sel-sel kembara.
- Contoh: Crenotrix polyspora.

3. Bangsa Eubacteriales
Bentuk sel bulat, batang lurus, terpisah atau berantai.
Bergerak dengan flagel peritrikh, tapi ada juga yang tidak bergerak.
Terdiri dari 7 bangsa/ordo yaitu:

a) Azotobacteriaceae
- Sel-sel jorong atau batang, mirip sel khamir.
- Hidup bebas dalam tanah, penambat N2.
- Contoh: Azotobacter chorococcum, A. indicus, A. agilis.

b) Rizobacteriaceae
- Sel-sel bentuk batang, kadang bercabang.
- Seringkali bersimbiosis dengan tumbuhan Leguminosae membentuk bintil akar.
- Contoh: Rhizobium leguminosarum (membentuk bintil pada Lathyrus, Pisum, Vicia), R. japonicum (pada kedelai), R. phaseoli (pada Phaseolus).

c) Enterobacteriaceae
- Menimbulkan fermentasi anaerobic pada glukosa, kadang laktosa.
- Sering terdapat pada saluran pernapasan dan saluran kencing vertebrata.
- Lainnya hidup bebas dan bersifat patogen.
- Contoh: Eschericia coli, Salmonella thyposa, S. parathypi, Shigella dysentriae.

d) Micrococcaceae
- Bentuk sel seperti peluru, atau dalam bentuk koloni tetrad, kubus, atau massa tak beraturan.
- Contoh: Sarcina lutea, S. aurantiaca, Micrococcus denitrificans, Staphylococcus aureus.

e) Neisseriaceae
- Sel-sel berbentuk peluru, seringkali berpasangan.
- Contoh: Neisseria gonorrhoeae (Micrococcus gonorrhoeae) penyebab penyakit kencing nanah, N. meningitides (penyebab meningitis).

f) Lactobacillaceae
- Bakteri bentuk peluru atau batang, menimbulkan fermentasi asam laktat.
- Disebut bakteri laktat.
- Contoh: Lactobacillus caucasicus (yoghurt), Streptococcus pygenes (menimbulkan nanah atau keracunan darah), Diplococcus pneumonia (pneumonia).

g) Bacillaceae
- Sel-sel bentuk batang, menghasilkan endospora.
- Contoh: Bacillus subtilis (penghasil basitrasin), B. atracis (penyakit antraks), B. polymixa (penghasil polimiksin), Clostridium pasteurianum (penambat N2).



4. Bangsa Actinomycetales
Sel bentuk batang memanjang mirip hifa jamur, dan cenderung bercabang-cabang.
Anggotanya terdiri berbagai jenis jamur yang bersuku sebagai berikut:
a) Mycobacteriaceae
- Sel-sel tidak membentuk miselium atau hanya miselium yang rudimenter.
- Contoh: Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC), M. leprae (lepra/kusta).

b) Actinomycetaceae
- Membentuk miselium, spora terbentuk dalam fragmen-fragmen miselium.
- Contoh: Actinomyces bovis (penyebab penyakit mulut pada ternak).

c) Streptomycetaceae
- Membentuk miselium, miselium vegetatif tidak terbagi-bagi.
- Contoh: Streptomyces aurefaciens (menghasilkan aureomisin); S. griseus (streptomisin); S. fradiae (neomisin dan fradisin); S. rimosus (tetramisin)

5. Bangsa Beggiatoales
Sel bentuk kokus atau berbentuk benang dengan butir belerang, baik di dalam atau di permukaan tubuh.
Bergerak dengan meluncur, berkelok atau berguling, dan tidak berflagel.
Terdiri dari satu suku yaitu suku Beggiatoaceae, dengan ciri-ciri:
- Sel-sel berbentuk benang dengan butir belerang di dalam atau dipermkaan sel.
- Dalam lingkungan kaya H2S di selnya sering terdapat butir-butir belerang.
- Contoh: Beggiatoa alba, B. gigantean, Thiospirillopsis floridana (dalam sumber air belerang), Thotrix nivea (dalam air tawar mengandung H2S).

6. Bangsa Mycobacteriales
Sel-selnya berbentuk batang yang lentur, merayap pada subtrat yang padat membentuk koloni yang tipis merata pada subtrat (lendir).
Dapat membentuk tubuh buah.
Terdiri dari bakteri-bakteri lendir yang terbagi menjadi 2 famili yaitu:

a) Cytophagaceae
- Tidak membentuk tubuh buah maupun sel-sel istirahat (mikrokista).
- Dapat membentuk zat warna tertentu.
- Contoh: Cyptohaga lutea (membentuk zat warna kuning), C. ruba (merah jambu).

b) Myxococcae
- Mikrosista bulat atau jorong, punya dinding nyata.
- Contoh: Sporocytophaga myxoccoides: sel spiral, lentur, bergerak seperti ular; Myxococcus virescens, dengan tubuh buah berwarna kuning kehijauan.

7. Bangsa Spirochaetales
Sel-sel langsing, lentur, panjang berukuran 6-500 µm.
Terdiri dari 2 suku yaitu:

a) Spirochaetaceae
- Sel berukuran 30-500 mikron, mempunyai struktur protoplasma tertentu
- Anggotanya penghuni air tawar yang menggenang atau air laut atau hidup dalam alat pencernaan makanan kerang.
- Contoh: Spirochaeta plicatilis (dalam air tawar atau air laut), Cristispira balbianii (parasit pada ikan).

b) Treponemataceae
- Berbentuk spiral, panjang tubuh 4-16 mikron.
- Contoh: Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis; T. pertenue, penyakit frambusia; Borelia anseria, patogen untuk burung.


C. Kelas Cyanophyceae
Disebut alga biru atau ganggang belah (Schizophyceae) atau ganggang lendir (Myxophyceae), yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Uniseluler, atau berkoloni berbentuk benang dengan struktur yang masih sederhana.
Berkembang biak dengan membelah tubuhnya.
Memiliki cadangan makanan berupa glikogen/butir-butir sianofisin (lipoprotein) diperifer, serta ada juga yang berupa volutin.
Dinding sel mengandung pektin, hemiselulosa, dan selulosa yang bila bereaksi dengan air seperti lendir.
Pada plasma bagian tepi terdapat klorofil a, karotenoid, fikosianin, fikoklorofil, yang belum terlokalisasi dan sifatnya labil menyebabkan warna tidak tetap. Sifat ini disebut adaptasi kromatik (yaitu jika cahaya hijau mengenai ganggang ini akan berwarna merah, sedang cahaya merah mengenai ganggang ini akan berwarna hijau/biru). Kromatofora ini sangat berkaitan erat dengan fotosintesis I.
Inti sel bersifat difus, di tengah sel, belum jelas hanya terdapat DNA/RNA belum terlokalisasi dan kromosom belum jelas tampak.
Pada sel yang tua terdapat vakuola.
Umumnya tidak bergerak, namun dari jenis-jenis yang berbentuk benang dapat mengadakan gerakan meluncur sambil mengeluarkan lendir.

Chanophyceae dibagi menjadi 3 bangsa/ordo yaitu:
1) Chorococcales
2) Chamaesiphonales
3) Hormogonales
Adapun deskripsi mengenai ke 3 bangsa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bangsa Chorococcales
Bentuk sel membulat tunggal atau berkelompok.
Memiliki klorofil, karotenoid, fikosianin, fikoklorofil.
Berwarna kehijauan pada habitat berair.
Di bagian tepi protoplasma/dinding sel berlendir (menyebabkan warna berkilau).
Menyenangi tempat lembab seperti batu cadas dan tembok.
Anggota ordo ini yaitu: Familia Chorococcae
Contoh: Chorococcus turgidus, Gleocapsa sanguine.

2. Bangsa Chamaesiphonales
Bentuk sel bulat tunggal atau berkoloni bentuk benang.
Koloni dapat putus jika akan membentuk horomogonium (= sel yang tidak terisi protoplas, selnya jernih dengan dinding sel yang jelas).
Potongan koloni dapat bergerak merayap dan membentuk koloni baru.
Dapat juga membentuk endospora dan keluar dari sel tumbuh menjadi individu baru.
Anggota ordo ini yaitu: Familia Chamaesiphonaceae
Contoh: Chamaesiphon confervicolus.

3. Bangsa Hormogonales
Bentuk sel bulat dengan sudut membulat dan persegi
Koloni berbentuk benang.
Benang bercabang palsu terbentuk dari keluarnya plasma dari dinding sel dan terbentuklah hormogonium.
Anggota ordo ini adalah:

a) Familia Oscilatoriaceae
- Hidup dalam air atau di atas tanah basah.
- Bentuk sel bulat dengan sudut persegi.
- Dapat membentuk koloni benang, dan dinding sel mengeluarkan lendir.
- Pada jarak tertentu pada benang terdapat sel-sel yang dindingnya tebal, berwarna kekuningan (hilang kromatofornya), disebut heterosista. Heterosista dapat tumbuh menjadi benang yang baru, fungsinya belum jelas, biasanya lekas mati.
- Contoh: Oscillatoria linosa, O. princeps.

b) Familia Rivulariaceae
- Membentuk percabangan yang banyak.
- Pangkalnya terdiri atas suatu heterosista, ujungnya berambut.
- Contoh: Rivularia bullata, R. haematites.

c) Familia Nostotaceae
- Sel bulat memenjang dengan ujung membulat, terbentuk heterosista dan akinet (sel berisi klorofil) di sebagian besar selnya.
- Dapat menambat N dari udara, seringkali bersimbiosis dengan Fungi dan Lichenes.
- Contoh: Nostoc commune, N. sphaeroides, Anabaena cycaeae ( bersimbiosis dengan pakis haji/Cycas rumphii dalam akar-akarnya yang berbentuk seperti bunga karang), A. azollae (bersimbiosis dengan Azolla pinnata sejenis paku air, dalam daunnya yang hidup di sawah atau di rawa).


Daftar Pustaka
Brock, T.D. dan M.T. Madigan. 1991. Biology of Microorganisma. Prentice Hall, Inc. USA.
Kimball, J.W. 1992. Biologi. Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Scheeler, P. dan D.E. Bianchi. 1987. Cell and Molecular Biology. John Wiley & Sons, Inc. New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore.
Smith, G.M. 1965. Cryptogamic Botany (Schizophyta and Thallophyta). Mc Graw-Hill, Inc. New York.
Tjirosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

sumber: Hasnunidah, Neni. 2007. Botani Tumbuhan Rendah. Unila. Bandarlampung.



Selasa, 21 Februari 2012

Rekombinasi Gen

Rekombinasi genetika merupakan proses pemutusan seunting bahan genetika (biasanya DNA, namun juga bisa RNA) yang kemudian diikuti oleh penggabungan dengan molekul DNA lainnya. Pada eukariota rekombinasi biasanya terjadi selama meiosis sebagai pindah silang kromosom antara kromosom yang berpasangan. Proses ini menyebabkan keturunan suatu makhluk hidup memiliki kombinasi gen yang berbeda  dari orang tuanya, dan dapat menghasilkan alel kimerik yang baru.




Proses Rekombinan Gen
Selama meiosis, kromosom homolog, yang diwariskan dari setiap induk, menukarkan beberapa gennya dengan cara pindah silang. Kemudian kromosom homolog itu dan alel yang dibawanya memisah secara acak menjadi gamet yang terpisah. Gamet dari satu individu akan bervariasi susunan genetiknya. Masing-masing gamet mewakili satu hasil dari semua kemungkinan kombinasi antara kromosom maternal dan kromosom paternal.


Rekombinasi mengijinkan alel sama yang berdekatan satu sama lainnya pada unting DNA diwariskan secara bebas. Namun laju rekombinasi adalah rendah, karena pada manusia dengan potongan satu juta pasangan basa DNA, terdapat satu di antara seratus peluang kejadian rekombinasi terjadi per generasi. Akibatnya, gen-gen yang berdekatan pada kromosom tidak selalu disusun ulang menjauhi satu sama lainnya, sehingga cenderung diwariskan bersama.


Pengaruh Rekombinan Gen Terhadap Evolusi
Pada proses rekombinasi genetika, organisme seksual juga dapat bertukar ganti DNA antara dua kromosom yang berpadanan. Rekombinasi dan pemilahan ulang tidak mengubahan frekuensi alel, namun mengubah alel mana yang diasosiasikan satu sama lainnya, menghasilkan keturunan dengan kombinasi alel yang baru. Hal ini terus berlangsung dan akan menyebabkan terjadinya evolusi pada manusia


unduh makalah selengkapnya di sini



Vitamin B2 (Riboflavin)

Struktur Kimia dan Sejarah
Riboflavin (vitamin B2) dikenal pertama kali pada tahun 1879 sebagai suatu zat berwarna kuning yang terdapat dalam susu, dan dinamakan laktokrom. Ternyata zat yang sama ditemukan juga dalam daging, hati, ragi, telur dan berbagai sayuran, dan selanjutnya disebut sebagai  flavin. Oleh peneliti di Inggris disebut vitamin B2 setelah faktor antiberi-beri ditemukan vitamin B1. Nama riboflavin diberikan karena adanya ribose dalam rumus kimianya sperti terlihat pada gambar di bawah ini :


Struktur Kimia Vitamin B2 (Riboflavin)
Dalam badan riboflavin diubah  menjadi koenzim riboflavin fosfat atau flavin adenosin dinukleotida (FAD), melalui reaksi berikut :
Riboflavin + ATP---> FMN + ADP
FMN + ATP---> FAD + PP ( pirofosfat )
Keduanya merupakan bentuk aktif  riboflavin dan berperan sebagai koenzim dalam berbagai proses metabolisme (Hedi R Dewoto dan S.Wardhini B.P , 1995).


Sumber dari alam dan sintetik
Sumber dari alam: daging, hati, ragi, telur dan berbagai sayuran serta susu. Susu dan produk-produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya  dalam makanan sehari-hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang baik (Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P , 1995)


Fungsi Vitamin B   ( Riboflavin )
Hal ini diperlukan untuk berbagai proses selular.
Riboflavin sangat penting untuk konversi protein, lemak dan karbohidrat menjadi gula, yang "dibakar" untuk menghasilkan energi.
Hal ini membantu dalam produksi dan perbaikan jaringan tubuh, efisiensi penggunaan oksigen oleh sel-sel.
Riboflavin  membantu pertumbuhan normal dan pengembangan, produksi dan regulasi hormon tertentu, pembentukan sel darah merah dan antibodi.
Ini   mempromosikan kulit yang sehat,   kuku, dan rambut, dan memperkuat lapisan lendir mulut, bibir, dan lidah.
Riboflavin juga memainkan peranan penting dalam kesehatan mata dan meredakan ketegangan mata. Vitamin ini terutama bermanfaat dalam menangkal kecenderungan terhadap glaukoma.
Tubuh membutuhkan riboflavin untuk mempertahankan selaput lendir yang di seluruh saluran pencernaan dan untuk menjaga otot sepanjang lapisan saluran pencernaan.
Riboflavin membantu pencernaan dan membantu dalam fungsi sistem saraf.
Ia juga bekerja sebagai antioksidan dengan cara menetralisir partikel merusak dalam tubuh yang dikenal sebagai radikal bebas.
Riboflavin juga dibutuhkan untuk aktivasi dan dukungan kegiatan vitamin B6, folat, niasin, dan vitamin K.
Persediaan cukup vitamin B2 memberikan kekuatan dan membantu untuk menjaga tampilan dan rasa pemuda.
Menanggulangi anemia (Anonim, Tanpa tahun)


Fisiologi dan Farmakodinamik
Pemberian riboflavin baik secara oral maupun parenteral tidak memberikan efek farmakodinamik yang jelas.

Defisiensi Riboflavin
Keadaan ini ditandai dengan gejala sakit tenggorok dan radang di sudut mulut (stomatitis angularis), keilosis, glositis, lidah berwarna merah dan licin. Timbul dermatisis seboroik di muka, anggota gerak dan seluruh badan. Gejala-gejala pada mata adalah fotofobia, lakrimasi, gatal  dan panas. Pada pemeriksaan tampak  vaskularisasi kornea dan katarak. Anemia yang menyertai defisiensi riboflavin biasanya bersifat normokrom normositer.

Kebutuhan sehari
Kebutuhan tiap individu akan riboflavin berbanding lurus dengan energy yang digunakan, minimum 0,3 mg /1000 kcal. RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/1000 kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk  2000 kkal  diet. Anak-anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan.

Farmakokinetik
Pemberian secara oral atau parenteral akan diabsorpsi dengan baikdan didistribusikan merata ke seluruh jaringan. Asupan yang berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk utuh. Dalam tinja ditemukan riboflavin yang disintesis oleh kuman di saluran cerna, tetapi tidak ada bukti nyata yang menjelaskan bahwa zat tersebut dapat diabsorpsi melalui mukosa usus (Hedi  R.  Dewoto dan S. Wardhini  B.P , 1995).

Sediaan
Sediannya biasanya berupa bentuk tablet.


Indikasi
Penggunaannya yang utama adalah untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pelagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan bersama vitamin lain. Dosis untuk pengobatan adalah 5-10 mg/ hari (Hedi R. Dewoto dan S. Wardhini B.P , 1995).

Kekurangan
Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kekurangan riboflavin. Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan gejala seperti iritasi, kulit merah dan keretakan kulit dekat dengan sudut mata dan bibir seperti halnya sensitivitas yang berlebihan terhadap sinar (photophobia). Hal ini dapat juga menyebabkan keretakan pada sudut mulut (cheilosis). Kekurangan vitamin B2 juga ini akan mengakibatkan pertumbuhan gigi dan tulang tidak sempurna, mata dan kulit mengering serta daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun (Anonim, 2009).

sumber: Deviyanti, dkk. 2010. Vitamin. Universitas Islam Bandung



Vitamin B1 (Tiamin)

Sejarah
Sejak akhir abad ke-19 telah diketahui bahwa insiden penyakit beri-beri dapat diturunkan dengan suatu perubahan diet. Kemudian, Eijkman, seorang dokter dari Jawa menyatakan bahwa penyakit beri-beri dapat disembuhkan dengan pemberian bekatul beras. Ternyata vitamin ini juga ditemukan dalam ragi, sayur mayur, kacang-kacangan, susu, kuning telur dan hati.

 Kimia
Tiamin atau vitamin B1 merupakan kompleks molekul organik yang mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Dalam badan zat ini akan diubah menjadi tiaminpiroposfat atau tiamin-PP, dengan reaksi sebagai berikut :
Tiamin + ATP ---> Tiamin-PP  +  AMP

Farmakodinamik dan Fisiologi
Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan efek farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian intravena secara cepat dapat terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Dosis toksik pada hewan coba adalah 125-350 mg/kg BB secara intravena dan kira-kira 40 kalinya untuk pemberian oral. Pada manusia reaksi toksik setelah pemberian parenteral biasanya terjadi karena reaksi alergi.
Tiaminpiroposfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat dalam darah merupakan salah satu defisiensi tiamin.

Defisiensi Tiamin
Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf dan kardiovaskular. Gangguan saraf  dapat berupa neuritis perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti hiperestesia, anestesia, rasa nyeri dan rasa terbakar. Kekuatan otot semakin  berkurang dan  pada keadaan berat dapat terjadi kelumpuhan tungkai. Kelainan pada sistem  saraf pusat dapat berupa depresi, kelelahan, lekas tersinggung, serta  menurunnya kemampuan konsentrasi dan daya ingat. Gejala yang timbul pada sistem kardiovaskular dapat berupa gejala insufisiensi jantung antara lain sesak nafas setelah kerja jasmani, palpitasi, takikardi, gangguan ritme serta pembesaran jantung dan perubahan elektrokardiogram. Pada saluran cerna gangguan dapat berupa konstipasi, nafsu makan berkurang, perasaan tertekan dan nyeri di daerah epigastrium. Beri-beri basah adalah bentuk defisinsi tiamin yang disertai udem. Bengkak ini terjadi karena hipoprotro binemia dan gangguan fungsi jantung.

Kebutuhan sehari
Karena tiamin penting untuk metabolisme energi, terutama karbohidrat, maka kebutuhan akan tiamin umumnya sebanding dengan asupan kalori. Kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan AKG di Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0 mg/hari untuk orang dewasa dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil.

Farmakokinetik
Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung dalam usus halus dan duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg. Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui   urin sebagai tiamin atau pirimidin.

Efek Samping
Tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral dan bila kelebihan tiamin  cepat  diekskresi  melalui urin. Meskipun jarang reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian intravena dosis besar pada penderita yang sensitive, dan beberapa diantaranya bersifat fatal.

Sediaan dan Indikasi
Tiamin HCl (Vitamin B1, aneorin HCL) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg, larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eklisir mengandung 2-25 mg tiamin tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin dengan dosis 2-5 mg/hari   untuk  pencegahan defisiensi dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar parenteral dianjurkan untuk kasus berat akan tetapi respons tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30 mg/hari. Tindakan pencegahan dilakukan pada penderita dengan gangguan absorpsi, misalnya pada diare kronik, atau pada keadaan dengan kecepatan metabolisme yang meningkat.

Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan oleh defisiensi tiamin, misalnya pada (1) neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori hanya alkohol saja; (2) wanita hamil yang kurang gizi; atau  (3) penderita emesis gravidarum. Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit infeksi dan pemakaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-kadang dapat memberikan Tiamin juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang dasarnya defisiensi tiamin.


sumber: Deviyanti, dkk. 2010. Vitamin. Universitas Islam Bandung



Minggu, 19 Februari 2012

Organ Tumbuhan

Tumbuhan berpembuluh atau Tracheophyta meliputi empat filum dunia tumbuhan, yaitu:
1. Psilopsida (terutama sebagai fosil)
2. Lycopsida (paku kawat)
3. Sphenopsida (paku ekor kuda)
4. Pteropsida (paku sejati, Gymnospermae atau tumbuhan berbiji yang menghasilkan conus, dan angiospermae atau tumbuhan berbiji yang berbunga). Angiospermae sekarang makin berkembang menjadi kelompok tumbuhan terbesar di bumi.

Struktur umum tumbuhan berbiji dapat dijelaskan sebagai berikut. Di dalam biji terdapat embrio yang dilindungi oleh kulit biji. Embrio tersebut mendapat pasokan makanan dari jaringan penyimpan makanan. Embrio mempunyai sumbu dengan dua buah kutub, yaitu calon akar dan batang. Di sebelah lateral sumbu terdapat kotiledon atau daun buah yang berfungsi untuk menyimpan makanan pada jaringan khusus, yang disebut endosperm. Pada kondisi baik, biji akan berkecambah menjadi tumbuhan muda. Pertumbuhan akar menuju ke tanah dan pertumbuhan batang menuju ke atas. Pertumbuhan akar dan batang ini, dengan pembentukan sel baru yang dilakukan oleh jaringan meristem pada titik tumbuh, diikuti dengan pertumbuhan dan diferensiasi sel. Tumbuhan dewasa akan membentuk bunga. Setelah bunga masak akan terjadi penyerbukan dan pembuahan sehingga terbentuklah buah yang berisi biji. Biji ini nantinya akan tumbuh sehingga lengkaplah daur hidupnya. Beberapa tumbuhan segera mati setelah pembentukan biji (tumbuhan semusim), sedangkan yang lain terus tumbuh untuk beberapa tahun dan menjadi semak atau pohon.

STRUKTUR UMUM TUMBUHAN
Organ tumbuhan seperti halnya pada hewan, tersusun atas jaringan (sekelompok sel yang mempunyai keaktifan khas). Jaringan tersusun atas sel. Di dalam setiap sel hidup terdapat protoplasma yang dibatasi oleh dinding sel dan di dalam sel itulah semua proses metabolisme terjadi.
Secara umum organ tumbuhan terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga. Akar tumbuh ke dalam tanah sehingga memperkuat berdirinya tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk mengambil air dan garam mineral dari dalam tanah. Seperti halnya beberapa organ lain pada tumbuhan, akar juga berfungsi untuk menyimpan makanan. Pada batang terdapat daun yang berfungsi menghasilkan makanan melalui fotosintesis dan mengeluarkan air melalui transpirasi. Selain itu, batang juga berperan untuk lewatnya air dan garam minerl dari akar ke daun dan lewatnya hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh.


Gambar: skema penampang membujur berbagai organ tumbuhan: (1) biji kacang-kacangan; (2,3,4) tumbuhan dikotil pada tiga tahap perkembangan (embrio, taoge, dewasa); (5) bunga; (6) biji tomat; dan (7) biji jagung. (Fahn, 1989:2)


Pada ujung akar dan batang terdapat meristem pucuk. Sel meristem pucuk terus membelah, kemudian tumbuh dan terdiferensiasi sehingga tumbuhan membesar. Ujung batang bersama daun muda membentuk kuncup. Ada juga yang mengalami modifikasi membentuk sisik, yang berfungsi sebagai pelindung meristem pucuk.
Bunga merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Ada tumbuhan yang berbunga sempurna dan ada yang berbunga tidak sempurna. Bunga sempurna memiliki benang sari sebagai alat kelamin jantan dan putk sebagai alat kelamin betina. Bunga tidak sempurna ada yang memiliki benang sari, tetapi tidak memiliki putik. Bunga yang demikian disebut bunga jantan. Sementara, bunga yang tidak memiliki benang sari, tetapi memiliki putik disebut benga betina. Ada tumbuhan berbunga tunggal, yaitu jika pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Ada pula tumbuhan berbunga majemuk, yaitu juga pada satu tangkai terdapat banyak bunga membentuk rangkaian/karangan.

AKAR
Sistem perakaran pada rumput-rumputan dan monokotil lain disebut sistem akar serabut. Setiap akar pada sistem akar serabut mempunyai ukuran yang hampir sama. Lain halnya dengan tumbuhan dikotil. Tumbuhan dikotil mempunyai akar utama yang bercabang; dan akar cabang ini dapat bercabang lagi. Sistem perakaran seperti ini disebut sistem akar tunggang.
Akar muda mempunyai rambut halus yang disebut rambut akar, yang hanya terdapat pada bagian yang dekat dengan ujung akar. Rambut akar dapat jelas dilihat pada biji yang dikecambahkan pada kertas saring basah atau pasir yang lembab. Rambut akar terdapat dalam jumlah yang besar dan merupakan penonjolan epidermis akar. Rambut akar hidup relatif pendek. Akar akan terus menerus membentuk rambut akar yang baru di dekat ujung akar, yang kemudian terus tumbuh dan menekan ke dalam tanah. Rambut akar dapat memperluas bidang penyerapan air dan garam tanah.
Epidermis akar terdiri atas satu lapis sel yang rapat yang berperan sebagai jaringan pelindung. Di sebelah dalam epidermis terdapat daerah yang relatif tebal, yaitu korteks. Korteks terdiri atas sel parenkim yang antar sel setu dengn lainnya terdapat ruang antarsel. Lapisan di sebelah dalam korteks merupakan selapis sel yang disebut endodermis. Dalam pertumbuhan primer, dinding sel endodermis tipis, hanya terdapat penebalan berbentuk pita melingkar yang disebut pita kaspari.
Bagian tengah akar disebut silinder pusat yang terdiri atas jaringan pengangkut air, yaitu xilem (pembuluh kayu) dan jaringan pengangkut makanan, yaitu floem (pembuluh tapis). Antara jaringan pembuluh (xilem dan floem) dan endodermis terdapat satu lapisan sel parenkim yang disebut perisiklus. Sel pembentuk perisiklus sama dengan sel pembentuk xilem maupun floem, yaitu sel meristem. Perisiklus masih bersifat meristematis sehingga memperluas penampang akar.
Xilem terdiri atas trakeida dan elemen pembuluh, serabut, dan sel parenkim. Sel trakeida dewasa merupakan sel memanjang dengan dinding tebal, dan pada dinding tersebut terdapat bagian tempat yang tipis yang dapat dilewati air dengan mudah. Elemen pembuluh juga seperti sel trakeida, tetapi pada bagian ujungnya terdapat lubang ke arah vertikal. Susunan elemen pembuluh ini disebut trakea. Serabut merupakan sel yang memanjang dengan dinding sel tebal dan berfungsi sebagai penguat jaringan. Sementara, sel parenkim merupakan jaringan pengisi yang berfungsi sebagai penyimpan makanan.

Gambar: (1) sistem akar serabut; (2) tumbuhan muda yang akarnya penuh dengan rambut akar; (3) sistem akar tunggang; (4-6) diagram penampang melintang akar dikotil pada berbagai jarak dari ujung akar yang menunjukkan tahap perkembangan dalam penebalan sekunder; (7) sepotong pembuluh; dan (8) trakeida. (Fahn, 1989:3)

Floem terdiri atas sel tapisan, sel pengiring, serabut, dan parenkim. Sel tapisan terdiri atas sel hidup yang tersusun vertikal yang berfungsi untuk mengangkut bahan organik. Sel pengiuring dan sel tapisan berkembang dari sel meristem yang sama. Sel meristem ini membelah secara longitudinal dan menghasilkan sel-sel dengan ukuran yang berbeda. Sel yang besar akan berkembang menjadi sel tapisan, sedangkan sel yang kecil menjadi sel pengiring. Ukuran panjang sel pengiring bervariasi; ada yang panjang seperti sel tapisan disampingnya adapula yang lebih pendek sehingga terbentuk deretan sel pengiring yang menempel pada sel tapisan.



Gambar: skema tumbuhan dikotil yang menunjukkan susunan jaringan utama: (1) penampang membujur dan (2,3,4) penampang melintang pada berbagai tingkat. (Essau, 1953)

Pada Gymnospermae dan dikotil terdapat suatu jaringan meristem yang disebut kambium pembuluh (kambium vaskuler) yang mengelilingi xilem. Pertumbuhan meristem pucuk menyebebkan pertumbuhan menjari dengan penebalan organ. Sel kembium pembuluh membelah dan menghasilkan elemen xilem ke arah dalam dan elemen floem ke arah luar. Jaringan pembuluh yang berasal dari kambium disebut jaringan sekunder yang terdiri atas xilem sekunder dan floem sekunder.

BATANG
Berdasarkan sifat internal dan eksternalnya, tipe batang dibedakan menjadi: rumput-rumputan (gandum, jagung), herba atau terna (kacang-kacangan, bunga matahari, tomat), batang berkayu, dan pohon. Ada juga tipe batang yang mengadakan metamorfosis dengan bentuk khusus yang sesuai dengan lingkungan atau fungsinya. Tipe itu meliputi bulps atau umbi lapis (bawang) dan umbi (kentang) yang bberfungsi untuk menyimpan makanan. Batang sukulen pada tumbuhan kaktus berfungsi untuk menyimpan air dan melakukan fotosintesis, yaitu proses yang pada tumbuhan lain terjadi pada daun. Batang dapat juga mengalami modifikasi menjadi sulu (tendril) dan duri.
Setelah mempelajari struktur luar batang atau cabang, kita dapat melihat bahwa susunan daun pada batang mempunyai pola khas. Bagian batang tempat menempelnya daun disebut nodus dan bagian batang diantara dua nodus disebut buku (internodus). Kuncup yang sebenarnya pucuk kecil juga terdapat pada batang. Kuncup yang terdapat pada ujung batang disebut kuncup terminal,. Pada bagian aksilar daun terdapat kuncup lateral atau kuncup aksilar, yang biasanya lebih kecil daripada kuncup terminal. Kuncup ini mengalami dormansi untuk periode tertentu (selama musim gugur) atau untuk beberapa tahun (sebagian besar kuncup aksilar.
Selama sel meristem pucuk kuncup terminal mempunyai kemampuan untuk membelah, sebagian besar kuncup aksilar tetap dorman dan pertumbuhan pucuk yang tumbuh dari kuncup aksilar terbatas. Pertumbuhan cabang dan dormansi kuncup aksilar dikembalikan oleh kuncup terminal. Pada tumbuhan yang memiliki kuncup terminal pada sumbu utama, kuncup aksilar akan aktif selama hidup, dan mempunyai percabangan batang monopodium. Pada kebanyakan tumbuhan, meristem yang pucuk akan menghasilkan bunga setelah beberapa waktu menyokong perpanjangan batang dan menghasilkan daun. Pertumbuhan selanjutnya dilakukan oleh kuncup lateral dan cabang ini berfungsi sebagai sumbu utama. Percabangan semacam ini disebut simpodium.
Setelah diferensiasi, meristem pucuk mengalami pemasakan jaringan. Pengamatan susunan jaringan suatu batang muda dari luar ke dalam dapat dibedakan dengan menggunakan mikroskop. Epidermis di bagian luar ditutupi oleh bahan dari lemak alam yang sangat tahan air, disebut kutin. Lapisan kutin ini disebut kutikula. Kutikula terutama juga tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Pada epidermis sering terdapat rambut. Di sebelah dalam epidermis terdapat korteks. Di dalam korteks terdapat jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Parenkim berfungsi untuk menyimpan makanan; batang yang hijau juga berfungsi untuk fotosintesis. Kolenkim dan sklerenkim berperan sebagai jaringan penguat. Ada beberapa tipe sel kolenkim berdasarkan letak penebalannya. Dinding sel sklerenkim sangat tebal dan sebagian besar mengandung lignin. Sklerenkim dibedakan menjadi dua tipe yaitu sklerenkim serabut, yang panjang dan runcing ujungnya, dan sklereida, yang lebih kurang isodiametris atau bercabang.
Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh. Jaringan pembuluh tersusun dalam suatu susunan yang hiasa disebut ikatan pembuluh (berkas pengangkut). Tiap berkas pengangkut terdiri atas xilem di bagian dalam dan floem di bagian luar. Pada beberapa tanaman, misalnya pada labu, floem terdapat dibagian dalam dan luar dari xilem. Pada Gymnospermae dan dikotil, berkas pembuluh tersusun dalam suatu lingkaran yang mengelilingi empulur. Sementara pada monokotil berkas pengangkut tersebar pada seluruh batang. Perbedaan lain antara monokotil, dikotil dan Gymnospermae adalah adanya kambium di antara xilem dan floem (pada dikotil dan Gymnospermae).
Kambium menghasilkan xilem ke arah dalam (sentripental) dan floem ke arah luar (sentrifugal) sehingga menekan ke bagian luar floem. Jaringan berkas pengangkut yang dihasilkan langsung oleh meristem pucuk disebut xilem primer dan floem primer. Jaringan berkas pembuluh yang dihasilkan oleh kambium disebut xilem sekunder dan floem sekunder. Kambium mengadakan perkembangan sehingga penampang melintangnya menampakkan cincin kambium. Kambium menghasilkan xilem sekunder atau kayu, yang pada beberapa pohon diameternya dapat mencapai beberapa meter. Floem sekunder biasanya dihasilkan dalam jumlah yang lebih kecil daripada xilem sekunder. Floem sekunder bersama-sama dengan epidermis dan korteks akan membentuk kulit kayu.

Xilem sekunder atau kayu pada dasarnya berisi elemen yang sama dengan xilem primer, tetapi biasanya lebih banyak serabut dan sel parenkim yang tersusun kea rah radial, dan disebut jari-jari empulur. Pohon dengan daur pertumbuhan musiman mempunyai cincin pertumbuhan yang tampak pada penampang melintang batang.
Semakin tebal kayu, semakin menekan epidermis dan korteks sehingga sering kali robek. Sebagai jaringan pelindung sekunder, tumbuhan membentuk lapisan gabus (fellem) yang menggantikan fungsi utama epidermis. Gabus terdiri atas sel pipih yang mati dan tidak mempunyai ruang antar sel. Sel ini dilapisi oleh lamella lemak yang disebut suberin. Jaringan ini dihasilkan oleh cambium gabus (felogen). Pada tumbuhan yang hidupnya lama, dengan bertambahnya diameter batang secara terus-menerus, cambium berkembang lebih lanjut ke bagian dalam, misalnya di dalam floem. Gabus merupakan penghalang yang tidak dapat ditembus (impermeable). Gabus dibentuk di dalam floem sekunder sehingga bagian floem yang terdapat di luarnya mati. Semua jaringan cambium di luar membentuk kulit kayu.
Pasokan oksigen pada jaringan hidup yang ditutupi oleh gabus dilakukan oleh sekelompok sel yang mempunyai ruang antarsel yang disebut lentisel.

DAUN
Fungsi utama daun adalah menyintesis bahan organic dengan menggunakan sinar sebagai sumber energy melalui proses fotosintesis. Pengubahan energy ini terjadi di dalam organel sel khusus yang disebut kloroplas, yang di dalamnya terdapat pigmen klorofil.
Struktur luar dan di dalam daun berkaitan dengan perananya dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Daun biasanya rata dan tipis sehingga memudahkan masuknya sinar matahari ke dalam sel. Luas permukaan daun juga memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Di dalam helaian daun juga terdapat jaringan pembuluh. Mesofil daun yang terdapat di antara epidermis atas dan bawah dibedakan menjadi dua macam, yaitu parenkim palisade yang terdiri atas sel yang panjang dan tidak mempunyai ruang antar sel dan parenkim spons yang terdiri atas sel yang berbentuk tidak teratur dengan ruang antarsel yang besar. Parenkim palisade lebih banyak mengandung kloroplas. Pada epidermis terdapat stomata yang membantu pertukaran gas antara jaringan daun dan atmosfer. Setiap stomata terdiri atas dua buah sel penutup yang mengelilingi lubang kecil. Stomata dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur pemasukan dan pengeluaran gas ked an dari daun.

BUNGA
Bunga merupakan organ reproduksi Angiospermae. Bunga dibentuk oleh meristem pucuk khusus yang berkembang dari ujung batang dan dipengaruhi oleh factor dalam maupun luar.
Bunga terdiri atas sekelompok daun khusus yang disebut sepala, petala, stamen, dan karpela. Sepala biasanya berwarna hijau, dan seluruh sepala disebut kelopak bunga (kaliks) petala biasanya berwarna dan menarik, keseluruhannya disebut mahkota bunga (korola). Tiap stamen mempunyai sebuah tangkai sari (filament), yang di bagian ujungnya terdapat ruang sari (antera) dan di dalamnya berisi butir serbuk sari. Butir serbuk sari berisi gamet jantan atau sel sperma. Karpela ada yang tunggal, ada yang berkelompok. Karpela secara keseluruhan disebut putik (pisitium), yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian: bagian basal adalah bakal buah (ovarium), bagian tengah merupakan tangkai yang disebut tangkai putik (stilus), dan bagian ujung disebut kepala putik (stigma). Di dalam ovarium terdapat ruang yang disebut lokulus, di dalamnya berisi ovulum yang merupakan gamet betina atau sel telur.

Butir serbuk sari yang sudah masak dapat disebarkan oleh angina tau serangga sehingga dapat mencapai kepala putik. Proses menempelnya butir serbuk sari di atas kepala putik ini disebut penyerbukan atau pollination. Butir serbuk sari akan berkecambah membentuk buluh serbuk yang berisi dua sel sperma. Buluh serbuk masuk ke dalam ovulum, salah satu dari sel sperma membuahi sel telur dan terbentuklah zigot. Zigot akan tumbuh menjadi embrio. Pada tahap ini karpela mulai tumbuh dan membentuk buah, sedangkan ovulum menjadi biji.

RANGKUMAN
Tumbuhan berpembuluh atau Tracheophyta meliputi empat divisi, dan yang sekarang makin berkembang menjadi kelompok tanaman terbesar di bumi yaitu Spermatophyta atau tumbuhan biji, yang dikelompokkan menjadi tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Di dalam biji terdapat embrio atau calon tumbuhan baru. Organ tumbuhan tersusun atas sekelompok sel yang mempunyai keaktifan sama, yang disebut jaringan. Sel merupakan unit fungsi terkecil makhluk hidup.
Sistem perakaran tumbuhan ada dua macam, yaitu sistem akar serabut dan sistem akar tunggang. Pada akar muda terdapat rambut yang berumur relative pendek, berfungsi memperluas bidang penyerapan air dan garam tanah. Jaringan penyusun akar dari luar ke dalam secara berurutan adalah epidermis, korteks, dan silinder pusat yang terdiri atas jaringan xylem dan floem. Xylem berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun, sedangkan floem berfungsi mengangkut bahan organic (hasil fotosintesis).
Berdasarkan sifatnya, tipe batang secara umum dibedakan menjadi tipe: (1) rumput-rumputan, (2) herba atau terna, (3) batang berkayu dan (4) pohon. Tipe batang dengan bentuk khusus sesuai dengan lingkungan atau fungsinya yaitu bulbus atau umbi lapis dan umbi, berfungsi menyimpan makanan; serta batang sukulen untuk menyimpan air dan melakukan fotosintesis, bisa juga bermodifikasi membentuk duri serta sulur atau tendril.
Susunan anatomi batang dari luar ke dalam secara berurutan yaitu epidermis, korteks, dan silinder pusat yang berisi berkas pengangkut. Batang dikotil dan Gymnospermae mempunyai kambium dalam berkas pengangkut, yaitu di antara xilem dan floem. Kambium membentuk jaringan sekunder kea rah dalam maupun luar sehingga batang semakin tebal.
Pada batang, menempel daun yang fungsi utamanya untuk fotosintesis. Fotosintesis terjadi dengan adanya pigmen klorofil di dalam kloroplas dan energi cahaya. Pada daun terdapat stomata atau mulut daun yang dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur pemasukan dan pengeluaran gas ked an dari daun. Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh kekuatan (intensitas) cahaya.
Organ reproduksi Angiospermae adalah bunga. Bagian bunga terdiri atas kelopak atau kaliks yang berwarna hijau dan mahkota atau korola yang biasanya berwarna-warni menarik. Di dalamnya terdapat benang sari atau stamen yang menghasilkan butir serbuk sari dan putik atau pistilum yang menghasilkan sel telur. Proses menempelnya butir serbuk sari di atas kepala putik disebut penyerbukan atau polinasi. Butir serbuk sari berkecambah menghasilkan sel sperma yang akan membuahi sel telur sehingga terbentuk zigot yang akan tumbuh menjadi embrio.

DAFTAR ISTILAH
-Akropetal : terbentuk secara berurutan dari bagian dasar ke arah ujung sehingga bagian yang paling ujung merupakan yang termuda
-Fellem : gabus dan lapisan bukan gabus yeng membentuk wilayah luar periderm yang dihasilkan sebagai kegiatan felogen.
-Felogen : kambium gabus batang berkayu, timbul sebagai meristem sekunder, yang melahirkan gabus, dan felodermis; disebut juga kambium gabus.
-Kuncup lateral: kuncup aksilar = kuncup ketiak (axillary bud, lateral bud), kuncup yang tumbuh pada ketiak atau lampang daun.
-Lentisel : jaringan spesifik yang terdapat pada periderm dan dapat dibedakan dengan fellem karena adanya ruang antar sel, berpori dan menonjol, biasanya berbentuk lonjong. Terbentuk jika lapisan epidermis bercabang berkayu digantikan oleh lapisan gabus. Lentisel memungkinkan pertukaran gas antara bagian dalam cabang dan atmosfer.
-Monopodium : sistem percabangan dengan satu sumbu utama yang tumbuh terus di ujung dengan arah yang sama dengan pertumbuhan sebelumnya, sedangkan cabang sampingnya dibentuk satu per satu secara akropetal, berselang-seling atau dalam spiral.
-Pepagan : (bark) jaringan terluar yang melapisi batang kayu yang merupakan keseluruhan jaringan di luar kambium pembuluh, meliputi floem sekunder, korteks, dan epidermis; secara popular disebut kulit kayu.
-Perisiklus : lapisan terluar stele, terletak langsung di bawah endodermis, disebut juga perikambium.
-Pita kaspari : penebalan kedap air berupa pita mengayu atau menggabus yang mengelilingi dinding menjari sel endodermis akar.
-Sel pengiring : (companion cells) sel sempit pada floem Gymnospermae yang tetap berinti, berasal dari sel induk unsur floem.

sumber: Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta