google3394c6c8fadba720.html Desember 2010 ~ KUNCUP BIO
SELAMAT DATANG DI TAUFIK ARDIYANTO'S BLOG

DESKRIPSI PENDIDIKAN SAAT SMA (slide)

SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono adalah salah satu sekolah yang terletak di Lampung Timur

DESKRIPSI PERGURUAN TINGGI YANG DITEMPUH (DIJALANI)

Universitas Lampung (Unila) adalah salah satu perguruan tinggi di propinsi Lampung

DESKRIPSI PRIBADI

Taufik Ardiyanto adalah seorang pemuda yang dilahirkan tahun 1992 di kampung kecil Sribhawono

DESKRIPSI MENGENAI ISI BLOG INI

Blog ini memuat tentang informasi seputar pendidikan terutama yang menyangkut Biologi

DESKRIPSI MENGENAI HOBI DAN MINAT

Suka membaca, menulis dan bereksperimen adalah hobiku dan akan selalu auk kembangkan demi meraih cita-cita gemilang.

Kamis, 30 Desember 2010

Bukti apakah yang menunjang bahwa proses sintesis protein terjadi di dalam ribosom?

Ribosom adalah organel yang berfungsi dalam sintesis protein hal ini dapat dibuktikan dari pengamatan dengan mikroskop elektron yaitu adanya bentuk bergerombol yang didalam nya ada polipeptida, dan setelah diuji ternyata kumpulan itu adalah polisom yaitu kumpulan dari ribosom.



Asam nukleat berupa mRNA dari nukleus akan diterjemahkan menjadi polipeptida yang terjadi di dalam ribosom. Molekul tRNA berfungsi mentransfer asam amino dari kolam asam amino, baik dengan mensintesisnya dari senyawa-senyawa lain atau dengan mengambilnya dari larutan di sekitarnya. Ribosom menambahkan tiap asam amino ke ujung rantai polipeptida yang sedang tumbuh. Dalam penelitian diperoleh suatu ribosom tunggal dapat membuat polipeptida berukuran rata-rata dalam waktu kurang dari satu menit. Secara khusus mRNA tunggal digunakan untuk membuat banyak salinan dari suatu polipeptidasecara stimulan karena beberapa ribosom diteliti dapat bekera mentranslasi pesan saat yang bersamaan.

Ribosom berbentuk globular yang mampu menyebarkan maupun menyerap elektron dengan sangat kuat sehingga mikroskop elektron dapat digunakan secara intensif untuk meneliti dengan lebih mendalam. Selain dengan mikroskop elektron, ribosom dapat diteliti dengan  defraksi sinar X, sentrifugasi maupun imunositokimia. Analisis biokimia juga biasa dilakukan untuk mengetahui jumlah dan mengidentifikasi protein dalam subunitribosom. Hasil penelitian ternyata ribosom yang telah dipisahkan apabila ditambahkan senyawa tertentu( misal biuret) maka akan menunjukkan warna tertentu yang mengindikasikan adanya protein yang sedang disintesis.


Dalam sebuah teori menyebutkan hipotesis satu gen –satu polipeptida yang dinyatakan oleh Beadle dan Tatum. Bukti lain yaitu dalam penentuan kode genetik. Pada tahun 1961 Marshall Nirenberg dari The National Institutes of Health  telah mensintesis suatu mRNA buatan dengan menghubungkan nukleotida identik yang mengandung urasildalam campuran tabung reaksi yang berisi asam amino, ribosom, dan komponen lain yang dibutuhkan untuk sintesis protein. Hasilnya adalah didapatkan  sistem buatannya mentranslasi poli U menjadi polipeptida yang mengandung asam amino  tunggal fenilanin. Dari percobaan ini juga selain membuktikan bahwa ditemukannya kode genetik, tapi juga dapat membuktikan bahwa sintesis protein terjadi di ribosom karena pada percobaan hanya menggunakan organel ribosom saja dan terbentuk polipeptida. 

Transfer Faktor dan hubungannya Dengan Ribosom

Transfer faktor adalah semacam protein yang membantu dalam proses sintesis protein. Semua tahapan dalam translasi memerlukan faktor-faktor protein yang membantu mRNA, tRNA, dan ribosom. Transfer faktor terbagi menjadi tiga yaitu faktor inisiasi(initiating factor=IF) , faktor elongasi(elongation factor=EF), dan faktor terminasi(release factor=RF).

Faktor inisiasi terdiri dari beberapa yang memiliki fungsi berbeda. IF1 yang berfungsi menstabilkan ikatan antara tRNA inisiator dengan Ribosom sub unit kecil. Penempelan tRNA inisiator tidak semata-mata terjadi dengan sendirinya tetapi karena adanya faktor ini. IF2 yang berfungsi membentuk kompleks antara GTP dan tRNA inisiator serta memicu pengikatan tRNA inisiator pada ribosom subunit kecil, IF2B berfungsi memicu perubahan GTP menjadi GDP yang kemudian bergabung dengan IF2 untuk membentuk kompleks IF2 dan GTP, kemudian IF3 berfungsi memicu disosiasi antara subunit ribosom untuk kemudian menstabilkan subunit ribosom setelah terdisosiasi. Faktor inisiasi yang lain adalah IF4A yang akan mengikat 5’ sebagai segmen yang tak dapat diterjemahkan pada mRNA.

Faktor elongasi terdapat 3 macam EF yaitu EF1α (EF-Tu) yang berfungsi berinteraksi dengan aminoasil-tRNA dengan memicu pengikatan antara aminoasil-tRNA pada sisi A Ribosom. Selanjutnya EF2 (EF-G) berfungsi memacu pengosongan tRNA dari sisi P setelah terbentuk rantai peptida dan translokasi ribosom ke kodon berikutnya. EF ketiga adalah Efβγ(EF-Ts) berfungsi memacu  perubahan GTP menjadi GDP yang kemudian berasosiasi dengan EF1α untuk meregenerasi kompleks EF1-GTP.

Pada tahap terminasi juga ada transfer faktor yaitu RF1 sebagai pengenalan kodon stop saat mRNA telah sampai pada akhir penerjemahan dan RF2 yang berperan dalam penghentian proses translasi.


Hubungan transfer faktor dengan ribosom adalah transfer faktor mempengaruhi aktivitas dari proses sintesis protein, transfer faktor mempercepat reaksi, karena merupakan suatu protein yang dapat bertindak sebagai enzim.

Selubung Nukleus

Selubung nukleus terdiri dari dua lembar selaput yang saling berhimpitan. Keduanya dipisahkan oleh ruangan sempit yang disebut perinukleus. Lembaran yang disebelah dalam disebut selaput dalam atau selaput nukleoplasma sedangkan lembaran yang disebelah luar disebut selaput luar atau selaput sitosol. Membran nukleus berpori. Pori nukleus ini terbentuk akibat menyatunya dwilapis lipid dari selaput nukleoplasma dan selaput sitosol. Jumlah pori kira-kira 10% dari permukaan inti.

Selaput dalam atau nukleoplasma membran nukleus berlapiskan suatu anyaman setebal 10 sampai 20 nm. Anyaman ini terbuat dari filamen intermedia yang pada mamalia terdiri dari 3 protein yaitu lamin A, B, dan C. Anyaman filamen ini disebut lamina nukleus. Protein lamina ini berikatan dengan protein integral maupun perifer dari selaput dalam. Protein-protein lamina ini juga berikatan dengan benang-benang halus yang terdapat dalam nukleus. Benang-benang halus ini tak lain adalah kromatin. Lamina nukleus ini sangat dinamis artinya mudah terurai dan mudah terakit kembali. Misalnya pada saat pembelahan sel lamina ini oleh proses fosforilasi akan terurai menjadi lamin A fosfat, klamin C fosfat, dan lamin B yang tetap terikat pada selaput dalam. Bila pembelahan memasuki tahap akhir terjadi defosforilasi dan lamina nukleoplasma.

Selaput luar atau selaput sitosol nukleus berhubungan langsung dengan retikulum endoplasma. Permukaan selaput sitosol ini penuh ditempeli ribosom. Protein yang disintesis di ribosom tersebut akan dicurahkan ke dalam ruang peri nukleus yang berhubungan dengan lumen retikulum endoplasma. Pada permukaan selaput sitosol ini terjulur filamen-filamen yang sebagian akan menempel atau berikatan dengan membran organel-organel lain. Dengan demikian selaput sitosol nukleus ini seperti terperangkap dalam jala-jala dan tidak dapat bergerak bebas.

Struktur membran nukleus yang sedemikian rupa tersebut ternyata berkaitan dengan fungsinya. Fungsi membran nukleus sangat rumit, di satu pihak selubung nukleus merupakan suatu pembatas, dipihak lain karena berpori maka berfungsi sebagai sarana pengangkutan antar kompartmen(ruangan).

Berdasarkan strukturnya terdapat tiga cara pengangkutan dari dan ke sitoplasma. Cara pertama adalah dengan melewati pori nukleus.cara kedua adalah pengangkutan melalui selaput dalam menuju ke ruang perinukleus dan diteruskan ke sisterna (lumen) retikulum endoplasma. Cara terakhir adalah dengan jalan pinositosis. Sebagai pembatas membran nukleus akan menghalangi perpindahan molekul dari dan ke sitoplasma. Air, ion-ion, dan mikromolekul senyawa organik misalnya gliserol dan sukrosa dapat melewati membran nukleus dengan mudah dan cepat. Meskipun demikian ternyata permeabilitas membran nukleus berbeda untuk setiap sel. Khusus transport protein yang diperlukan untuk replikasi dan transkripsi DNA tidak ada hambatan.

Sumber: Pramudiyanti.2008.Bahan Ajar Mata Kuliah Biologi Sel. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Fungsi dan persamaan sistem membran internal dengan membran dalam mitokondria

Membran internal merupakan jaringan membran yang sangat kompleks pada stroma yang terdapat klorofil, pembawa elektron dan faktor menggandeng transfor elektron pada fosforilasi. Fungsi dari membran internal adalah karena mengandung F1, maka berfungsi dalam aktivitas ATP-ase dan sintesis ATP, selain itu berdasarkan referensi menyebutkan bahwa sebagai tempat fotosintesis dalam proses reaksi terang karena pembentukan ATP pada proses fotosintesis hanya terjadi pada reaksi terang saja. Persamaan membran internal dengan membran dalam mitokondria adalah pada membran internal dapat menunjukkan struktur berkepala (knoblike) seperti yang terdapat pada mitokondria. Sebagaimana struktur knoblike ini adalah F1 yang merupakan tempat aktivitas ATP-ase dan sintesis ATP.
membran internal

membran dalam mitokondria


Dilihat dari gambar membran dalam mitokondria melekuk membentuk krista sedangkan membran internal membentuk tilakoid, intinya dalam membran internal dan membran dalam mitokondria terjadi proses pembentukan ATP ( transfer elektron) dengan struktur membran mirip mrmbran sel dan memiliki protein integral yang berfungsi sebagai tempat loncatan elektron.